Salin Artikel

Bertaruh Nyawa demi Butiran Emas di Tambang Tajur Banyumas (Bagian 2)

Di setiap gubuk itu terdapat lubang seukuran tubuh manusia dengan kedalaman mencapai puluhan meter yang tidak diketahui ujungnya. Di dalam gubuk juga ada kasur, bantal dan tumpukan kain tak tertata.

Sementara di sekelilingnya banyak tumpukan-tumpakan material berwarna gelap dengan tekstur yang cukup keras. Kabel listrik juga tampak membentang di atas lahan tersebut.

Sejak 2014 area seluas kurang lebih 2 hektar itu berubah menjadi sumur-sumur tambang penghasil butiran emas.

Dari data yang ada, total terdapat 35 lubang tambang. Lima lubang di antaranya sudah ditinggalkan pengelolannya, sedangkan sisanya masih aktif. Siang dan malam para pekerja bergantian menambang.

Darkim (44), bukan nama sebenarnya- menceritakan, penambangan di lokasi itu bermula dari penemuan emas di Sungai Tajur.

Sungai tersebut berjarak sekitar 70 meter di sisi selatan lokasi sumur tambang saat ini.

Kabar penemuan emas itu pun cepat menyebar. Warga setempat ikut berduyun-duyun turun ke sungai mencari peruntungan, termasuk Darkim.

"Yang menemukan orang Tasikmalaya, pakai alat dulang di sungai. Sejak itu mulai ramai," kata Darkim di sekitar lokasi tambang, Kamis (27/7/2023).

Titik pertemuan antara Sungai Tajur dengan Sungai Datar di sebelah barat daya lokasi tambang saat ini pun berubah menjadi lokasi lahan penambangan terbuka.

Perlahan permukaan Sungai Datar semakin dalam, sehingga warga mulai membuat lubang-lubang di pinggir sungai. Dan kini lokasinya semakin menjauh dari sungai.

"Begitu di sungai mulai sulit (mendapatkan emas), kedalamannya sudah sampai 4 meter, mulai lah melubangi pinggir-pinggir sungai," tutur Darkim.

Dari cerita mulut ke mulut-mulut, tanah di lokasi itu memang disebut-sebut mengandung banyak kandungan emasnya.

Saking banyaknya yang menambang, menurut Darkim, pada kedalaman tertentu beberapa lubang sudah saling terhubung. Lubang-lubang itu ada yang ditembus secara sengaja dan tidak sengaja saat melakukan pengeboran.

"Misal masuk dari lubang satu, kita bisa keluar di lubang yang lainnya," ungkap Darkim.

Namun apabila tanpa sengaja menembus ke lubang lain, biasanya hanya dibatasi dengan bambu. Bambu itu sebagai penanda batas area kelompok penambang yang satu dengan yang lainnya.

Penjelasan ESDM

Terpisah, Kepala Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng Wilayah Slamet Selatan, Mahendra Dwi Atmoko mengatakan, sampai saat ini belum ada kajian mengenai potensi kandungan emas di area tersebut.

"Data di kami sampai saat ini belum ada kajian (tentang) eksplorasi emas di lokasi tersebut. Jadi kami belum bisa bicara feasibitinya untuk dilakukan penambangan dalam skala besar," kata Mahendra.

Namun menurut, Mahendra, di lokasi tersebut memang ditemukan kandungan emas.

"Mulainya dari sungai terus merambat ke permukaan. Untuk skala pertambangan rakyat memang feasible, tapi untuk skala besar kajian eksplorasinya belum ada, kami belum bisa bicara feasible atau tidak," jelas Mahendra.

Persoalannya meski layak untuk pertambangan rakyat, kegiatan itu sampai saat ini tidak mengantongi izin alias ilegal. Hal itu juga telah dikonfirmasi Mahendra.

Bahkan tidak hanya di Tajur, Mahendra menyebutkan, semua pertambangan emas di Banyumas statusnya ilegal, karena tidak mengantongi izin pertambangan rakyat (IPR).

Untuk diketahui, selain di Tajur, pertambangan emas tradisional juga dilakukan di wilayah Kecamatan Gumelar.

"Sampai saat ini belum ada IPR di Banyumas, data di kami belum ada. Dan sampai saat ini belum bisa diterbitkan IPR di Banyumas karena belum ada penetapan wilayah pertambangan rakyatnya dari Kementerian ESDM," jelas Mahendra.

Penetapan wilayah pertambangan diawali usulan dari pemerintah kabupaten ke pemerintah provinsi. Setelah melalui kajian teknis, akan diusulkan ke Kementerian ESDM untuk penetapannya.

"Setelah ada penetapan wilayah pertambangan rakyat, baru bisa mengajukan IPR," kata Mahendra.

https://regional.kompas.com/read/2023/07/30/101612878/bertaruh-nyawa-demi-butiran-emas-di-tambang-tajur-banyumas-bagian-2

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke