Salin Artikel

Bledug Kuwu di Grobogan: Daya Tarik, Asal-usul, dan Rute

KOMPAS.com - Bledug Kuwu adalah objek wisata berupa Telaga Lumpur.

Letak Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Fenomena alam ini banyak menyedot wisatawan yang dapat melihat letupan-letupan lumpur dari jarak yang tidak terlalu jauh.

Bledug Kuwu

Daya Tarik Bledug Kuwu

Sesuai namanya Bledug Kuwu, obyek wisata ini berupa letupan-letupan lumpur alami di lahan kosong seluas 45 hektar.

Kondisi geografis kawasan wisata berada di dataran rendah dengan suhu sekitar 28-36 derajat Celcius.

Pengunjung dapat mendekat dan melihat asap yang mengepul di atas bentangan tanah yang luas. 

Suara letupan terdengar nyaring dengan ledakan yang dasyat.

Suara letupan bervariasi, terkadang terdengar bunyi seperti suara air mendidih.

Ada juga semburan lumpur setinggi sekitar tiga meter dan sebesar balon, terutama jika musim penghujan.

Lokasi letupan tersebut berubah-ubah, namun secara periodik letupan tersebut terus bermunculan.

Setengah menit sekali pengunjung dapat mendengar dan melihat fenomena alam yang berasal dari perut bumi tersebut.

Pengunjung disarankan untuk tidak melihat terlalu dekat untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Mereka juga diminta berhati-hati supaya tidak terperosok, meskipun tanah yang dipijak keras namun di dalamnya berisi lumpur yang sesekali terasa bergoyang-goyang.

  • Terjadinya Bledug Kuwu

Dilansir dari Kompas.com (15/07/2017), Bledug Kuwu terjadi sebagai proses alam yang disebut fenomena Gunung Api Lumpur (Mud Volcanoes).

Fenomena ekstrusi cairan, seperti hidrokarbon dan gas, seperti methane. Ekstrusi adalah sebuah aktivitas gerakan cairan untuk mencapai permukaan.

Suhu Mud Volcano tersebut lebih rendah sehingga tidak mengeluarkan magma.

Adapun, material yang dikeluarkan, seperti butiran yang sangat halus yang tersuspensi dalam cairan berupa air atau hidrokarbon.

Adanya temperatur mendapatkan tekanan sedimen yang menghasilkan gas methane dengan sedikit kandungan karbondioksida dan nitrogen.

  • Bledug Kuwu Mengandung Garam

Fenomena unik lainnya adalah air yang terkandung dalam lumpur tersebut mengandung garam. Hal ini cukup menarik mengingat, lokasi Bledug Kuwu jauh dari laut.

Warga setempat memanfaatkan potensi tersebut dengan membuat garam dengan cara tradisional.

Air semburan lumpur yang mengandung garam dialirkan melalui parit buatan dan ditampung di sebuah kolam.

Air tersebut kemudian ditimba dan diisikan ke dalam klakah atau batang bambu yang telah dibelah menjadi dua.

Klakah yang telah terisi air kemudian dijemur di bawah matahari hingga membentuk kristal garam.

Asal-usul Bledug Kuwu dalam Cerita

Dikisahkan sekitar abad ke-7 Masehi, wilayah Grobogan termasuk daerah Kerajaan Medang yang diperintah Dinasti Sanjaya/Syailendra.

Salah satu raja dinasti tersebut adalah Dewata Cengkar yang konon gemar makan daging manusia.

Karena kesukaan raja tersebut, rakyat menjadi ketakutan dan tidak ingin menjadi santapan raja. Di sisi lain, mereka juga tidak mampu melawan kesaktian raja.

Kemudian muncul, Aji Saka, seorang pengembara, yang prihatin dengan penderitaan rakyat.

Dengan disaksikan ribuan rakyar, Aji Saka menantang adu kesaktian dengan raja.

Raja yang meremehkan Aji Saka yang memiliki tubuh kecil memberikan tawaran, yaitu jika Aji Saka mempu mengalahkannya, maka dia berhak mendapatkan separuh wilayah kerajaan.

Sebaliknya, jika Aji Saka kalah dalam pertarungan, maka raja berhak memakan tubuh Aji Saka.

Aji Saka menyanggupi tawaran raja, namun kalau kalah dia meminta tulang-tulangnnya ditanam di tanah selebar ikat kepalanya. Raja langsung mengiyakan permintaan Aji Saka tersebut.

Aji Saka melepaskan ikan kepalanya dan menggelar di tanah. Ajaib, ikat kepala tersebut menjadi lebar hingga Dewata Cengkar tercebur di Laut Selatan.

Dewata Cengkar tidak mati, namun tubuhnya berubah menjadi buaya putih. Rakyat kemudian menobatkan Aji Saka sebagai raja Medang.

Saat Aji Saka memerintah Kerajaan Medang Kamolan, muncul seekor naga bernama Jaka Linglung. Menurut pengakuannya dia adalah anak Aji Saka.

Aji Saka menolak pengakuan tersebut dan berusaha menyingkirkan secara halus.

Aji Saka mengatakan akan mengakui sebagai anak, jika naga tersebut berhasil membunuh buaya putih jelmaan Dewata Cengkar.

Jaka Linglung menyepakati dan segera berangkat. Aji Saka memintanya berangkat melalui dalam tanah untuk menuju Laut Selatan.

Sampai di Laut Selatan, Jaka Linglung berhasil membunuh Dewata Cengkar. Kemudian, Jaka Linglung kembali ke Medang melalui jalan dalam tanah kembali sambil membawa bukti berupa grinting wulung dan air laut yang asin.

Beberapa kali Jaka Linglung muncul ke permukaan dan mengira sebagai tempat yang dituju. Hingga akhirnya, dia muncul di Kuwu untuk melepas lelah.

Tempat terakhir munculnya Jaka Linglung diyakini sebagai asal-usul Bledug Kuwu.

Rute Bledug Kuwu

Bledug Kuwu terletak di arah timur Purwodadi.

Jarak tempuh Bledug Kuwu dari Purwodadi sekitar 28 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 54 menit.

Perjalanan akan melalui Jalan Kudus-Purwodadi, Jalan Raya Blora-Purwodadi, Jalan Kusuma Bangsa, dan Jalan Raya Wirosari-Kuwu.

Penulis: Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho | Editor: Sri Anindiati Nursastri

Sumber:

www.grobogan.go.id dan travel.kompas.com

https://regional.kompas.com/read/2023/07/29/180509178/bledug-kuwu-di-grobogan-daya-tarik-asal-usul-dan-rute

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke