Salin Artikel

Curiga Bukan Masalah Batu Akik, Anak Pasutri yang Tewas di Tulungagung Minta Bantuan Hotman Paris

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu terungkap kasus pembunuhan pasangan suami istri (pasutri) bernama Tri Suharno (57) dan Ning Rahayu (49) di ruang karaoke di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (29/6/2023) sore.

Tersangka pembunuhan berinisial EP alias Glowoh (44), diduga dipicu oleh persoalan jual beli batu akik.

Meski pelaku sudah ditangkap, dua anak korban bernama Gustama Albar Al Muzaki (28) dan Nabela Eva Nabatasari (22) merasa ada keanehan yang belum terpecahkan dalam kasus kematian kedua orangtuanya tersebut.

Anak korban pun meminta pendampingan penasihat hukum Hotman Paris Hutapea.

Melalui Tim Hukum Hotman 911, Hotman Paris resmi mendampingi ahli waris pasutri korban pembunuhan tersebut.

Sebelumnya kedua anak korban, mengunggah video aduan ke Hotman Paris Hutapea dan tim hukum Hotman 911 lewat media sosial dan menyatakan butuh pihak yang kuat untuk mendampingi menghadapi kasus pembunuhan ini.

“Kami berharap kasus ini terungkap sejelas-jelasnya dan kami mendapat keadilan seadil-adilnya,” ujar Gustama bersama tim Hotman 911.

Curiga ada pihak lain terlibat

Gustama pun menegaskan dirinya curiga ada pihak lain yang terlibat pembunuhan kedua orang tuanya.

Salah satu alasannya karena Suharno tidak kenal baik dengan tersangka.

Mereka memang hidup di satu dusun yang sama, namun tidak kenal dekat dan bergaul akrab.

“Bapak juga bukan orang yang suka akik. Karena itu alasan pembelian akik itu juga aneh,” sambung Gustama.

Indikasi lainnya, Suharno sempat melihat dua orang mencurigakan di depan rumah. Mereka ada di luar pagar saat Glowoh bertamu ke rumah.

Keberadaan dua orang asing itu disampaikan Suharno kepada Nabela.

“Adik mendapat laporan dari bapak itu sekitar pukul 21.30 (WIB) sebelum kejadian,” ungkap Gustama.

Seusai videonya kepada Hotman Paris Hutapea viral, Gustama tidak pernah mendapat intimidasi secara langsung.

Namun adiknya pernah mendapat telepon gelap dari orang asing yang marah-marah.

Saat itu Nabela menyebar broadcast Whatsapp berisi permohonan doa untuk Suharno dan Ning Rahayu.

Selain itu Nabela juga meminta dukungan supaya kasus ini terungkap sepenuhnya.

Namun tanpa dinyana ada orang yang melakukan panggilan video (video call), menyatakan tidak suka dengan pesan yang disampaikan Nabela.

“Orangnya laki-laki yang tak dikenal, dia marah dan mempertanyakan maksud pesan itu,” pungkas Gustama.

Sebelumnya diberitakan, Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Tulungagung AKBP Eko Hartanto mengatakan, pembunuhan dipicu oleh persoalan jual beli batu akik.

Glowoh membunuh Tri lantaran sakit hati. Sedangkan, nyawa Ning direnggut Glowoh agar tak ada orang yang mengetahui aksinya.

Pembunuhan terjadi pada Rabu (28/6/2023) malam. Pelaku mulanya mendatangi rumah korban untuk menanyakan uang jual beli batu akik sebesar Rp 250 juta pada tahun 2021 lalu.

Berdasarkan pengakuan pelaku, saat dirinya menagih, ada kata-kata korban yang membuatnya sakit hati.

Menurut Glowoh, korban menanggapinya dengan candaan. Selepas berbincang di teras, korban mengajak pelaku ke ruang karaoke. Di ruang itu, pelaku bertanya lagi soal uang. Korban pun kembali merespons sambil berkelakar.

"Korban berkata kepada pelaku, 'Untuk apa uang segitu, kamu kan sudah kaya'," ujar Eko dalam konferensi pers di Markas Polres Tulungagung, Senin (3/7/2023).

Tri dan Glowoh sempat berbincang selama dua jam. Namun, tak ada titik temu di sana.

Beberapa saat kemudian, sewaktu korban berdiri, pelaku memukul korban di bagian rahang. Pukulan itu membuat Tri tersungkur.

"Melihat kondisi korban, pelaku sempat bingung, duduk termenung sambil mengisap rokok habis dua batang. Melihat korban masih bergerak, pelaku semakin murka," ucap Eko.

Pelaku lalu menghujani wajah korban dengan pukulan. Korban meninggal. Glowoh lantas mengikat tangan dan kaki Tri memakai tali karet dan menyumpal mulut korban.

Tak seberapa lama, istri Tri mengetuk pintu ruang karaoke dan memanggil suaminya. Saat pintu ruang karaoke dibuka, Glowoh mengaku bahwa Tri sedang tidur.

Sewaktu Ning masuk ruangan dan menyalakan lampu, ia melihat suaminya ditutupi selimut di bagian wajah dan kaki. Karena takut aksinya diketahui orang lain, Glowoh langsung memukul Ning hingga korban terjatuh ke lantai.

"Hasil visum diketahui, korban istrinya ini meninggal karena jeratan di leher," ungkap Kapolres.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pasutri di Tulungagung Tewas Dibantai, Anak Yakin Motifnya Bukan Karena Batu Akik

https://regional.kompas.com/read/2023/07/22/123459978/curiga-bukan-masalah-batu-akik-anak-pasutri-yang-tewas-di-tulungagung-minta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke