Salin Artikel

Dulu Tempat Menginap Presiden Soekarno dan RA Kartini, Hotel di Semarang Ini Kondisinya Memprihatinkan

Selain itu, Hotel Inn Dibya Puri juga pernah menjadi saksi bisu pertempuran lima hari di Kota Semarang. Di bangunan tersebut, sekelompok pemuda membangun strategi melawan penjajah. 

Namun sayang, kini bangunan itu terlihat muram. Tembok bangunan tersebut juga sudah mulai kusam. Halaman depan hotel tersebut dipenuhi dengan rumput ilalang. 

Hotel bersejarah yang masuk dalam cagar budaya itu hanya digunakan untuk parkir sepeda motor dan mobil. Selain itu juga sudah tak lagi dibuka untuk menginap. Hanya terlihat beberapa orang yang berjaga di pos depan gerbang. 

Pemerhati sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono mengaku khawatir dengan nasib hotel bersejarah tersebut. Seharusnya hotal tersebut dimanfaatkan agar fungsinya kembali seperti semula. 

"Dulu saat zamannya Soeharto Hotel Dibya pernah aktif lagi. Pejabat yang kunjungan ke Semarang harus menginap di sana," jelasnya saat dikonfirmasi, Kamis (22/6/2023). 

Menurutnya, pemerintah bisa bekerja sama dengan swasta agar Hotel Inn Dibya Puri agar aktif lagi. Kerja sama itu diperbolehkan selama tidak merusak dan mengubah bangunan hotel. 

"Swasta bisa bantu pemerintah agar hotel aktif lagi," katanya. 

Saksi bisu perjuangan kaum muda

Dia menjelaskan, dalam perjalanan sejarah Kota Semarang, hotel tersebut menjadi saksi bisu pertempuran lima hari warga Kota Semarang melawan Jepang. Selain untuk membangun strategi, Hotel Inn Dibya Puri juga dijadikan tempat persembunyian para pejuang.

"Akhirnya pertempuran tak dapat dihindarkan di hotel tersebut," katanya.

Dia menjelaskan, pada hari kedua 16 Oktober 1945, Jepang menambah kekuatan di sekitar Hotel Dibya dan Pasar Johar. Pertempuran di tempat tersebut berlangsung sehari semalam.

"Jadi tempat-tempat itu yang paling seru. Karena tempat berlangsungnya itu sehari semalam," ujarnya.

"Hotel Dibya Puri diserang karena menjadi markas pemuda selain itu para pemuda juga sering mengadakan pertemuan di sana," ungkapnya.

Namun, saat ini para pejuang kalah senjata. Hal itu membuat para pejuang kocar-kacir dan bergerak mundur ke sejumlah daerah untuk bersembunyi dan menyusun strategi. 

"Para pejuang mundur ke Kampung Melayu, Pendrikan dan daerah-daerah lain," imbuhnya. 

Selain untuk pertempuran, dia juga membenarkan jika Hotel Dibya merupakan salah satu penginapan terbaik pada masanya sekitar tahun 1800-an.

"Ada dua dulu Hotel Jansen dan Hotel Dibya ini yang terbaik," paparnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/06/22/184842778/dulu-tempat-menginap-presiden-soekarno-dan-ra-kartini-hotel-di-semarang-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke