Salin Artikel

"Karena Panik, Kita Dibawa Sembunyi ke Ruangan Bawah Tanah"

Para calon pekerja migran Indonesia (PMI) yang semuanya perempuan tersebut akan dikirimkan ke wilayah Timur Tengah.

Dua puluh empat calon PMI tersebut dievakuasi dari sebuah rumah penampungan di wilayah Kecamatan Rajabasa pada Senin (5/6/2023).

Mereka hanya transit di Lampung dan akan dibawa ke daerah Jawa, salah satunya Jakarta.

Dari hasil penyelidikan, rumah penampungan 24 calon PMI tersebut ternyata milik anggota Polri yang berpangkat perwira yang bertugas di Mabes Polri,

Dugaan sementara, rumah tersebut disewakan kepada tersangka yang telah diamankan.

Sementara itu, rumah yang berada di Jalan Padat Karya, Gang H Anwar, Kecamatan Rajabasa Raya itu sudah disegel sejak 8 Juli 2023.

Dari empat pelaku, ada dua orang yang ikut tinggal di rumah tersebut yakni AR dan AL. Mereka berdua mengawasi para korban agar tidak ada yang kabur.

"Kita Dibawa Sembunyi ke Ruangan Bawah Tanah"

Salah satu calon PMI yang menjadi korban adalah NA (38). Ia mengaku dijanjikan bekerja di Dubai dengan gaji Rp 10 juta per bulan.

NA sendiri direkrut dari pegawai pinatu (laundry) di NTB. Ia pun bersedia dan pada 3 Mei 2023, NA dan para calin pekerja migran lainnya diberangkatkan ke Jakarta menggunakan pesawat.

Tiba di Jakarta, NA dan teman-temannya disambut oleh tersangka DW yang membawa para korban ke daerah Bogor, Jawa Barat.

Na mengaku tak tahu tempat ia tinggal selama dua minggu di Bogor. Walaupun sudah memiliki paspor, tidak ada kejelasan keberangkatan mereka.

Bahkan saat di Bogor, NA sempat sakit dan harus diinfus sebanyak dua botol.

Lalu pada 31 Mei 2023, rumah di Bogor digerebek petugas. Namun ia tak tahu apakah polisi atau pihak imugrasi yang melakukan penggerebekan.

"Karena panik, kita dibawa sembunyi oleh teteh. Saya nggak tahu nama aslinya, dibawa ke ruangan bawah tanah," kata NA saat ditemui di Mapolda Lampung pada Jumat (9/6/2023) malam.

Penggerebekan tersebut berhasil dihindari dan NA serta calon PMI diperintahkan berbenah untuk dibawa ke Lampung.

Mereka diberangkatkan secara terpisah dengan satu mobil berisi enam orang.

Para calon PMI tersebut kemudian dikumpulkan di SPBU sebelum Pelabuhan Merak dan diangkut menggunakan bus.

Selama penyeberangan, mereka dilarang turun dari bus oleh pengawasa yang ikut rombongan.

"Di atas kapal itu kami dilarang untuk turun dari bus, tapi kami memberontak karena kami ingin buang air kecil," kata NA.

Setelah diperbolehkan turun dari bus, pengawas perempuan itu bahkan ikut masuk ke kamar mandi.

Perjalanan darat itu lalu berakhir di rumah milik perwira polisi yang berada di Jalan Padat Karya, Kecamatan Rajabasa pada Jumat (2/6/2023).

NA menuturkan tetangga rumah sempat bertanya apakah mereka rombongan siswa sekolah atau TKW (tenaga kerja wanita).

"Ada satu orang yang jawab TKW," kata NA.

Pengawas yang dipanggil Teteh itu sempat mendengar dan memarahi karena jawaban salah satu korban.

"Kenapa dijawab? Kenapa nggak diam aja?" kata NA menirukan ucapan pengawas itu.

Dua hari di rumah itu, anggota Polda Lampung datang dan mengevakuasi mereka.

NA mengaku lega lantaran setidaknya mendapatkan kejelasan setelah terombang-ambing dan dilempar ke sana kemari oleh para pelaku.

"Saya ucapkan terima kasih kepada Polda Lampung kami sudah diselamatkan, saya berharap bisa pulang secepatnya ke rumah," kata NA.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Tri Purna Jaya, Rahel Narda Chaterine | Editor : Michael Hangga Wismabrata, Novianti Setuningsih, Gloria Setyvani Putri)

https://regional.kompas.com/read/2023/06/10/183000578/-karena-panik-kita-dibawa-sembunyi-ke-ruangan-bawah-tanah-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke