Salin Artikel

Ratusan Umat Buddha Ambil Api Dharma Waisak di Mrapen Grobogan, Biksu Thudong Tunggu di Candi Mendut

Mereka yang mengenakan pakaian serba putih serta jubah khas berwarna oranye itu tiba menumpang bus dan kendaraan roda empat sekitar pukul 09.50.

Para biksu itu selanjutnya berdoa di depan altar Buddha yang telah dipersiapkan.

Suara lantunan doa parita suci menggema lebih dari satu jam hingga puncak acara pengambilan api.

Perwakilan umat Buddha yang telah membawa obor selanjutnya beranjak menuju titik lokasi Api Abadi Mrapen.

Mereka didampingi para pemangku kepentingan lantas secara bersamaan menyulutkan obor tersebut ke pusat sumber api yang telah berkobar.

Perwakilan biksu kemudian berjalan naik ke atas bak mobil pikap untuk menyulutkan obornya, ke tungku telah dipersiapkan untuk menampung api yang diambil dari Api Abadi Mrapen.

Dengan menumpang pikap, api yang telah berkobar di angklu berbentuk bunga teratai itu akan disemayamkan di Candi Mendut.

Selanjutnya, api akan diantarkan ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak.

Rombongan lalu mengawal perjalanan percikan Api Abadi Mrapen itu ke arah Magelang.

Prosesi pengambilan api secara estafet ini berlangsung kondusif selama bertahun-tahun.

Warga, TNI dan kepolisian terus bersinergi mengawal ritual pengambilan Api Waisak di obyek wisata kebanggaan warga Grobogan tersebut. Mereka berbaur dan bersiaga di sejumlah lokasi.


Ketua DPP Wanita Walubi Esther Setiawati Santoso menyampaikan, 23 biksu yang menjalani laku Thudong dari Thailand yang dikabarkan mengikuti prosesi batal datang lantaran kelelahan.

"Biksu Thudong dari Thailand tidak ikut, karena mereka sudah cukup lelah. Mereka menunggu di Candi Mendut," kata Esther.

Menurut Esther, prosesi pengambilan Api Dharma diikuti 200 umat Buddha beserta sangha dari 10 majelis di berbagai daerah.

Kegiatan keagamaan ini merupakan rangkaian peringatan Waisak 2023 yang mengusung tema, "Menjalankan Ajaran Dharma dalam Kehidupan Sehari-hari dengan subtema Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa serta Perdamaian Dunia".

"Api Dharma menjadi bahan puja. Lilin panca warna yang dinyalakan menjadi simbol penerangan dan energi yang luar biasa. Api Dharma merupakan cahaya gemerlapan yang mampu menghapus kegelapan dan kesuraman," ungkap Esther.

Esther menuturkan, pengambilan api alam tersebut dimaksudkan sebagai "pralambang" penerangan dan energi luar biasa untuk manusia, memancarkan cahaya gemerlapan dan menghapus keadaan suram menjadi terang.

"Dengan cinta kasih dan welas asih dapat menembus ketidaktahuan dalam kehidupan. Akhirnya melepas belenggu penderitaan manusia menuju kesempurnaan," pungkas Esther.

https://regional.kompas.com/read/2023/06/02/174137578/ratusan-umat-buddha-ambil-api-dharma-waisak-di-mrapen-grobogan-biksu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke