Salin Artikel

Mengapa Boyolali Dijuluki Kota Susu?

KOMPAS.com - Kabupaten Boyolali yang berada di Provinsi Jawa Tengah dikenal memiliki julukan sebagai Kota Susu.

Ternyata julukan Kota Susu disematkan kepada Kabupaten Boyolali karena wilayah ini merupakan daerah penghasil susu segar terbesar di Jawa Tengah.

Dilansir dari laman intisari.grid.id, hal ini pula yang membuat Boyolali disamakan dengan New Zealand atau Selandia Baru yang merupakan negara penghasil susu dan produk olahan susu yang cukup besar di dunia ini.

Karena Boyolali juga terkenal dengan peternakan sapinya dan merupakan daerah penghasil susu segar, maka kabupaten ini juga sering disebut New Zealand van Java.

Agar semakin mempertegas citranya sebagai Kota Susu, Boyolali membangun beberapa ikon kota yang tak jauh dari julukan tersebut.

Salah satunya gedung Lembu Sora (Lembu Suro) berupa bangunan berbentuk sapi raksasa tengah 'ndekem' atau meringkuk yang berada di lingkungan Kantor Setda Pemkab Boyolali, atau sisi utara alun-alun Boyolali di Kemiri.

Ada pula Monumen Susu Murni di depan Pasar Boyolali yang menggantikan monumen tugu jam yang telah ada sebelumnya.

Monumen berketinggian 7,5 meter ini akan menggambarkan susu sapi dalam botol yang dituang ke gelas yang ada di bawahnya.

Produksi Susu Sapi di Boyolali 

Dilansir dari data BPS tentang Produksi Telur Unggas dan Susu Sapi Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak di Provinsi Jawa Tengah, produksi susu sapi di Boyolali pada tahun 2019 dan 2020 berada di peringkat pertama.

Produksi susu sapi di Boyolali pada tahun 2019 mencapai 51.109,02 ton, dan meningkat pada tahun 2020 dengan jumlah 51.388,02 ton.

Lebih lanjut, dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Boyolali, pada tahun 2021 tercatat bahwa dalam tiga tahun terakhir Boyolali memiliki jumlah sapi perah sebanyak 94.000.

Kepala Bidang (Kabid) Produksi Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Gunawan Andriyanto menjelaskan, bahwa jumlah tersebut tetap konsisten selama tiga tahun meskipun ada peningkatan sekitar 0,5 hingga 1 persen.

Dari 94.000 ekor sapi di Kabupaten Boyolali, mampu menyumbangkan 49.000 ton/tahun yang setara 136 ton per hari.

Hal ini membuat Kabupaten Boyolali menyumbang 49 persen produksi susu sapi di Jawa Tengah dan menjadi yang tertinggi.

Gunawan juga menyebut bahwa dari segi topografis, kesesuaian wilayah memang membuat produksi susu di Kabupaten Boyolali terkonsentrasi di Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk, Tamansari, Ampel, Mojosongo dan sedikit di Boyolali Kota.

Selain karena kesesuaian suhu dan juga daya dukung pakan ternak karena daerah tegalan, budidaya pakan ternak itu juga menjadi pendorong utama perkembangan industri sapi perah.

Walau begitu, pada tahun 2022 produksi susu sapi di Boyolali berkurang hingga 25 persen.

Dilansir dari TribunSolo.com, merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) membuat nafsu makan sapi menjadi berkurang yang secara otomatis juga memengaruhi produksi susu.

“Karena sapi yang terpapar PMK ini mulutnya lesi, nafsu makannya pun berkurang. Padahal asupan makanan ini yang mempengaruhi produksi susu,” ujar Kabid Produksi Perternakan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali Gunawan Andrianta, kepada TribunSolo.com, Senin (11/7/2022).

Namun upaya penyembuhan telah dilakukan sehingga sapi-sapi perah yang pernah terpapar mulai membaik kondisinya.

Boyolali Menghadapi Krisis Peternak

Saat ini juga muncul kekhawatiran, bahwa julukan Boyolali Gunawan sebagai Kota Susu hanya tinggal kenangan saja.

Pasalnya, minat anak muda untuk beternak sapi perah diketahui terus menurun.

Hal ini diungkap Direktur Program Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta Sumino, yang mengatakan bahwa sebanyak 60 persen peternak berusia diatas 50 tahun dan sisanya berusia di bawah 50 tahun.

"Peternak dengan usia di bawah 30 tahun yang dinilai masih produktif hanya berkisar 20 persen saja. Sehingga dalam 10-15 tahun ke depan, kita akan mengalami krisis peternak," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Kamis (26/8/2021).

Kabid Produksi Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Gunawan menyebut bahwa minat milenial untuk beternak sapi perah masih minim.

Dari 27.055 peternak yang tersebar di delapan kecamatan, hanya 10-20 persen peternak dengan usia muda.

"Minat anak muda pada bidang peternakan terus kami dorong," terang dia.

"Beberapa Kelompok peternakan sapi (KLP) ternak sudah melakukan regenerasi pengurus-pengurusnya anak muda," harap dia.

Sumber: 
dprd.boyolali.go.id, jatengprov.go.id, boyolali.go.id, jateng.bps.go.id, intisari.grid.id, dan solo.tribunnews.com  

https://regional.kompas.com/read/2023/05/29/182202878/mengapa-boyolali-dijuluki-kota-susu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke