Salin Artikel

Ganjar Tantang Bidan Puskesmas di Grobogan Tuntaskan Stunting dalam 3 Bulan

GROBOGAN, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberi tantangan bidan di Kabupaten Grobogan untuk menuntaskan angka stunting menjadi nol selama tiga bulan. 

Pernyataan itu dikemukakan Ganjar dalam acara "Tausiyah Kebangsaan Gerakan Semesta Mencegah Stunting" di Gedung Serba Guna Dewi Sri, Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Selasa (23/5/2023). 

Kegiatan ini dihadiri juga oleh Menko PMK Muhadjir Effendy, Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo, dan Bupati Grobogan Sri Sumarni.

Ganjar mengawali dengan meminta perwakilan pelajar putri dan bidan untuk maju ke depan. Siswi SMA yang berkesempatan berdialog dengan Ganjar yaitu Nur Aini. Menyusul kemudian Riris, bidan yang bertugas di Puskesmas Purwodadi I. Ganjar lantas bertanya berapa jumlah ibu hamil dan anak stunting yang ada di sekitar Puskesmas Purwodadi I.

"Untuk ibu hamil ada 461, yang beresiko tinggi ada 210 karena ada yang KEK (Kekurangan Energi Kronis), tinggi badan kurang, dan jarak persalinan yang mepet. Untuk yang stunting ada 76 yang tersebar di sembilan desa," kata Riris.

Mendengar cukup tingginya angka stunting itu, Ganjar kemudian meminta apakah bisa menuntaskan jumlah stunting menjadi nol selama tiga bulan.

Riris pun mengamininya sekaligus menjelaskan langkah penurunan stunting. Di antaranya, program pemberian makanan bergizi dan konseling.

"Tadi kita tanya kepada bidan bisa tidak tiga bulan diintervensi, rata-rata untuk stunting mereka bisa. Nanti kita akan cari satu per satu untuk kita lakukan treatment masing-masing," kata Ganjar.

Selain itu, Ganjar juga mendengarkan cerita dari Nur Aini, tentang pernikahan dini. Ia menyebut tetangganya memutuskan menikah muda karena kurang bersosialisasi, merasa dikucilkan di sekolah, serta pergaulan bebas.

Nur Aini juga menyinggung bahaya menikah muda seperti faktor kesiapan mental dan ekonomi.

Ia pun tidak ingin mengikuti jejak tetangganya dan memilih menikah di usia wajar di atas 20 tahun. 

"Ada tetangga saya, kakak tingkat sudah menikah. Kalau saya usia ideal menikah itu 20 atau 21 tahun. Bahaya kawin muda itu mental tidak siap, ekonomi nggak siap, wawasan dan fisik nggak siap. Kalau kurang matang nanti bayinya menjadi cacat atau tidak sehat," ujar Aini.

Menurut Ganjar apa yang disampaikan oleh Nur Aini sudah tepat. Penanganan stunting harus dilakukan sejak dini. Mulai dari perhatian kepada remaja putri dengan memberikan vitamin dan pil penambah darah. 

"Dengan itu program Jo Kawin Bocah dan kemudian Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng bisa berjalan sehingga nanti angka kematian ibu dan angka kematian balita bisa dicegah. Bayi yang lahir juga sehat dan tidak stunting," katanya. 

Ganjar menambahkan, penanganan stunting di Jawa Tengah sudah dilakukan bersamaan dengan penanganan kemiskinan termasuk kemiskinan ekstrem.

Dua hal itu, kata Ganjar, sudah menjadi paket yang harus diselesaikan cepat dengan keterlibatan semua pihak. 

Sementara itu, Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan apa yang disampaikan oleh Ganjar soal dinilainya sudah sahih. Penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem tentunya berhimpitan. Karenanya dalam penanganannya harus berkesinambungan.

"Dana desa fokuskan dalam dua hal itu, juga dana APBD dan dari pemprov. Contoh yang diberikan Gubernur tadi sudah benar. Stunting dan miskin ekstrem itu berhimpitan. Data saya 40 persen miskin ekstrem itu punya potensi stunting karena ada anak yang kurang gizi. Jadi, menangani miskin ekstrem, sama juga menangani stunting," katanya

https://regional.kompas.com/read/2023/05/23/190920378/ganjar-tantang-bidan-puskesmas-di-grobogan-tuntaskan-stunting-dalam-3-bulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke