Salin Artikel

Diduga Diancam "Bikin Stres" oleh Kapolres Nagekeo, Ini Penjelasan Wartawan Tribun

Patrick menuturkan, peristiwa itu bermula dari informasi tentang sebuah insiden di jalan Trans Utara Flores, tepatnya di simpang tiga Aeramo-Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Minggu (9/4/2023) sore.

Beberapa informan menyebut terjadi pengadangan mobil pribadi, yang ditumpangi Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata bersama istrinya, dan seorang ajudan oleh sekelompok pemuda mabuk.

Malam harinya sekitar 22.54 Wita, Patrick menghubungi Kasat Reskrim Polres Nagekeo Iptu Rifai melalui aplikasi WhatsApp untuk konfirmasi terkait peristiwa itu serta penanganannya di Polres Nagekeo. Namun upaya tersebut tidak direspons oleh Iptu Rifai.

"Saya menghubungi Pak Kasat Reskrim Polres Nagekeo, Iptu Rifai untuk konfirmasi. Karena tak direspons, saya urungkan niat membuat berita malam itu," ujar Patrick dalam keterangannya, Selasa (25/4/2023).

Kedua orang itu memberitahukan, ada tiga pemuda yang terlibat aksi pengadangan dan sudah diamankan polisi.

Mereka adalah F, K, dan O. F, atau FJ merupakan cucu dari ketua Suku Nataia yang telah berjasa untuk menyerahkan lahan secara cuma-cuma untuk pembangunan fasilitas Polres Nagekeo.

Berdasarkan informasi tersebut dan sumber-sumber lain yang dihimpun, Patrick membuat salah satu berita dengan menyoroti salah satu pemuda yang ditangkap merupakan keponakan ketua Suku Nataia.

Berita tersebut diterbitkan PosKupang.com dan TribunFlores.com pada Senin, 10 April 2023.

"Terdapat dua paragraf yang menerangkan siapa FJ: Satu dari tiga pemuda yang terlibat langsung dalam aksi penggerudukan mobil Kapolres adalah FJ alias F, pria beristri yang tak lain merupakan keponakan kandung dari PS, ketua Suku Natalia saat ini di Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo," jelasnya.

"Kakek F, Alm. Mathias Padha merupakan ketua Suku Nataia terdahulu yang berkontribusi menyerahkan tanah suku untuk sejumlah fasilitas publik di wilayah Suku Nataia termasuk tanah untuk bangunan kantor Polres Nagekeo, rumah dinas Kapolres dan Wakapolres yang baru di Desa Aeramo," sambungnya.

Setelah berita itu terbit, Patrick hendak melakukan update berita dengan menghubungi keluarga F, yakni pamannya yang juga adik dari ketua Suku Nataia untuk meminta tanggapan terkait kasus tersebut pada Senin sore.

Namun sebelum berangkat untuk menemui paman F, tersiar kabar melalui pemberitaan media daring bahwa ia telah dipolisikan oleh ketua suku.

"Demi pertimbangan keamanan, saya mengurungkan niatnya untuk bertemu paman F yang juga adik dari sang ketua suku," katanya.

Patrick menambahkan, pada Selasa (11/4/2023) beredar tangkapan layar percakapan Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata dengan sejumlah wartawan yang tergabung dalam WhatsApp Group (WAG) KH Destro.

Yudha menyuruh dengan memberitahukan cara kepada para wartawan untuk membuat Patrick stres dengan persoalan tersebut.

Isi percakapan itu kemudian viral di media sosial.

Kapolres Nagekeo AKBP Yudha Pranata, membenarkan grup WhatsApp itu dan tulisan yang dia buat.

"Betul itu chat saya, sebagai bentuk pembinaan dan juga sebagai mitra Polri dalam bentuk penyiaran berita yang tidak pernah kita tutupi," kata Yudha, saat dihubungi Kompas.com, melalui pesan WA, Senin pagi (24/4/20230.

"Semua itu ada asal muasalnya. Dimulai dari kasus pengadangan mobil saya oleh pemuda yang mabuk, yang akhirnya saya cabut dan maafkan mereka. Sampai direkayasa adanya kriminalisasi wartawan," sambung Yudha.

Pasca kejadian, lanjut Yudha, Ketua suku Nataia melaporkan secara resmi kepada Polres Nagekeo oknum wartawan Tribun Flores dan Pos Kupang yang bernama Patrick Meo Jawa, yang menulis berita pengadangan mobil Kapolres Nagekeo.

Yudha menyebut, dalam berita itu wartawan Tribun menulis berita dengan narasi keponakan kepala Suku Nataia ditangkap Polres Nagekeo karena mengadang dan memukul mobil Kapolres Nagekeo.

Almarhum orangtua Ketua Suku Nataia telah memberikan tanah kepada Polres Nagekeo.

"Akibat narasi berita tersebut ketua Suku Nataia merasa tersinggung dan merasa dirugikan, karena pemberitaan pemberian tanah kepada Polres Nagekeo tidak ada hubungannya dengan perkara yang dihadapi keponakan kepala Suku Nataia," kata Yudha.

"Karena pemberian tanah yang diberikan almarhum orangtua Kepala Suku Nataia tidak boleh diungkit lagi, karena itu menurut mereka sangat pamali," sambung Yudha.

Menurut Yudha, meski telah menerima laporan, tapi pihaknya belum memroses kasus itu, karena masih berkoordinasi dengan Dewan Pers, apakah tulisan wartawan Tribun Flores masuk ranah pidana atau tidak.

Di sisi lain, solidaritas pemuda Suku Nataia membuat pernyataan kepada Polres Nagekeo untuk meminta kasus pencemaran dan penghinaan nama suku tetap diproses.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/25/105349178/diduga-diancam-bikin-stres-oleh-kapolres-nagekeo-ini-penjelasan-wartawan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke