Salin Artikel

Cerita Pramugari Kereta Api asal Mojokerto, Tetap Bekerja dan Tak Bisa Bertemu Orangtua Saat Lebaran

MALANG, KOMPAS.com - Tidak semua orang bisa berkumpul bersama keluarga saat Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2023.

Resiko pekerjaan menjadi tanggungan yang harus diterima bagi sebagian orang. Salah satunya dirasakan oleh Ranisha Vioriella Putri Riatmoko.

Putri sudah 1,5 tahun menjalani profesi sebagai pramugari kereta api.

Pada tahun keduanya bekerja, dia terpaksa tidak bisa bertemu dengan keluarganya saat umat Muslim pada umumnya merayakan hari kemenangan usai menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Ditemui di dalam gerbong restorasi, Putri bersama seorang pramugara sedang menata makanan yang akan disajikan kepada penumpang.

Kereta api Gajayana relasi Malang-Gambir (Jakarta) akan berangkat sekitar 25 menit lagi atau pukul 14.25 WIB dari Stasiun Malang.

Gadis asal Sooko, Kabupaten Mojokerto itu bercerita, pagi tadi hanya bisa menyapa keluarganya melalui sambungan telepon video.

Hal yang berbeda dirasakannya dibanding libur Lebaran tahun lalu.

Putri pada saat itu masih bisa bertemu langsung dengan orangtuanya meskipun tidak pada hari H Lebaran.

"Tahun kedua pada hari H saya mengalami hal yang sama harus berangkat dinas, tahun lalu masih bisa pulang sebelum hari H Lebaran, jadi masih bisa komunikasi tatap muka dengan orangtua, tahun ini saya padat jadwalnya, enggak bisa pulang, akhirnya lewat video call tadi," kata Putri, saat ditemui di Stasiun Malang, pada Sabtu (22/4/2023).


Jadwal kerja dengan perjalanan kereta yang padat dibandingkan sebelum bulan Ramadhan 2023 berpengaruh terhadap waktu pribadinya.

Bahkan, Putri bisa melakukan perjalanan kereta sebanyak tiga kali dalam seminggu. Dibandingkan sebelum Ramadhan hanya dua kali.

"Sebelum Ramadhan, saya satu minggu hanya dua kali perjalanan (bekerja), tetapi momen mudik Lebaran ini bisa tiga kali perjalanan, tidak hanya di kereta Gajayana saja tapi bergantian dengan jadwal kereta lainnya," kata dia.

Sebenarnya, Putri memiliki waktu istirahat, tetapi tidak cukup untuk kembali ke kampung halamannya.

Meski begitu, orangtua Putri memahami kondisi pekerjaannya.

"Tahun lalu orangtua ya nangis, kalau tahun ini orangtua sudah bisa memahami karena juga termasuk tuntutan pekerjaan," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/22/185823478/cerita-pramugari-kereta-api-asal-mojokerto-tetap-bekerja-dan-tak-bisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke