Salin Artikel

Masyarakat Gorontalo Laksanakan Tradisi Malam Pasang Lampu Jelang Akhir Ramadhan

Di malam pasang lampu ini, masyarakat Gorontalo menyalakan lampu botol berbahan bakar minyak tanah atau minyak kelapa di halaman rumah, masjid, atau tepi jalan.

Bagi masyarakat yang mampu, mereka membangun gapura kayu yang dihiasi daun kelapa muda, pohon pisang yang tengah berbuah dan sejumlah tanaman adat. Gapura atau gerbang ini biasa disebut sebagai alikusu (arkus).

“Alikusu atau gerbang adat biasa dibangun di depan rumah, masjid atau di tempat lain,” kata Indra Dunggio warga Kota Gorontalo, Senin (17/4/2023).

Di alikusu ini ditempatkan lampu botol yang dinyalakan setelah Maghrib. Menurut Indra Dunggio, dalam perkembangannya malam pasang lampu ini menjadi atraksi wisata yang ditunggu-tunggu banyak orang.

Lampu-lampu botol dinyalakan serentak di halaman atau bahkan di sawah, bantaran sungai, hingga tepi danau.

“Atraksi tumbilotohe atau malam pasang lampu selalu dinanti banyak orang, suasananya sangat meriah,” ujar Indra Dunggio.

Menurut Indra Dunggio malam tumbilotohe ini juga menjadi penanda warga Gorontalo untuk mengeluarkan zakat fitrah. Zakat bisa dikumpulkan di masjid atau diantar langsung ke orang yang berhak menerima.

“Inti tumbilotohe atau malam pasang lampu sesungguhnya adalah pelaksanaan zakat fitrah,” ujar Indra Dunggio.

Secara harfiah, tumbilotohe berarti menyalakan lampu. Pada masa lalu lampu ini terbuat dari damar atau getah pohon yang dibungkus daun woka.

Lampu seperti ini dinamakan tohetutu, saat ini sudah dangat jarang dijumpai, kecuali jika ada yang mencari damar di hutan untuk dijadikan tohetutu.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/18/071454478/masyarakat-gorontalo-laksanakan-tradisi-malam-pasang-lampu-jelang-akhir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke