Salin Artikel

40 Tahun Penantian, Warga Desa Pulau Bungin NTB Akhirnya Dapat Air Bersih

SUMBAWA, KOMPAS.com - Selama puluhan tahun, masyarakat di Desa Pulau Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), kesulitan mengakses air bersih.

Desa dengan luas kurang lebih dari 8,5 hektare yang dihuni 1.035 KK dan 3.800 jiwa ini terkenal dengan sebutan pulau terpadat di dunia. Mayoritas warga desa di wilayah pesisir ini berprofesi sebagai nelayan.

Selama sekitar 40 tahun, warga Desa Bungin sempat kesulitan mengakses air bersih, apalagi mencapai praktik sanitasi yang sehat dan aman. 

"Saat tidak ada air bersih mengalir di Bungin, saya ambil di sumur air tawar yang terletak di Selat Alas," kata Salmiati (39) Rabu (12/4/2023).

Menurut Salmiati, perjalanan ke sumur itu bisa ditempuh selama 15 menit menggunakan sampan atau perahu motor. 

"Saya mandi dan cuci baju di sumur itu. Saya juga isi air ke jerigen untuk kebutuhan di rumah," sebut Salmiati.

Keadaan diperparah ketika terjadi cuaca ekstrem dan banjir bandang yang semakin tinggi frekuensinya akibat krisis iklim. Masyarakat harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk mendapatkan air bersih di desa.

Sulitnya akses air bersih dan fasilitas sanitasi ini juga berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Terutama, bagi anak perempuan dan kelompok rentan.

Bagi perempuan dan anak perempuan, air bersih merupakan persoalan personal.

Peran pemenuhan kebutuhan domestik yang dibebankan kepada perempuan menuntut mereka mencari sumber air bersih bagi keluarganya. 

Menempuh jarak yang jauh dan memikul beban yang berat, menempatkan perempuan ikut dalam posisi rentan untuk keamanan dan keselamatannya.

Ada kalanya mereka harus membeli air dari wilayah lain, karena air tanah di Bungin payau dan tidak bisa dikonsumsi.

"Saya sering terlambat ke sekolah karena tempat mandi jauh. Harus naik sampan dulu selama 15 menit," kata Marwa (11).

Hal yang sama juga dirasakan Nurul (14). Pelajar SMP ini mengatakan, sulitnya air bersih membuatnya harus bangun pagi dan diantar bapaknya menggunakan sampan ke sumur air tawar.

"Saya sengaja pergi ke sumur pagi sekali, agar tidak lama antre dan tidak terlambat ke sekolah," ucap Nurul.

Selain kebersihan diri, keterbatasan air juga memengaruhi manajemen kebersihan menstruasi (MKM). Marwa mengaku kesulitan saat menstruasi di sekolah, karena tidak ada akses air yang cukup untuk membersihkan pembalut.

Tari (18) juga merasakan dampak dari segi ekonomi akibat keterbatasan air. Ia merupakan salah satu remaja perempuan di Desa Pulau Bungin yang menjual air minum instan karena putus sekolah.

Ketika Desa Bungin masih kesulitan air, setiap hari, Tari harus membeli air untuk es batu yang dijualnya. 

Hal itu berdampak pada pengeluaran yang semakin besar. Ia dan keluarganya harus mengeluarkan Rp 225.000 untuk kebutuhan air bersih per bulan.

"Dulu, kami mesti ambil air pakai jerigen lalu ditampung untuk membuat es batu untuk proses pengawet ikan, (proses ini) membutuhkan waktu yang lama," kata Tari.

Perjalanan panjang advokasi air bersih

Kepala Desa Pulau Bungin, Jaelani, membenarkan bahwa Bungin sempat kesulitan air bersih selama kurang lebih 40 tahun. Imbasnya, warga harus mengeluarkan uang yang cukup besar demi mendapatkan air. 

"Dulu ada masuk air PDAM, tetapi mendekati bayar baru nyala," ungkap Jaelani, Rabu (12/4/2023).

Meski ada pipa air bersih di Bungin, pipa ini sering tersumbat dan banyak yang bocor.

Selain itu, warga membeli air di tangki dan menggunakan mesin pompa hisap.

Sementara, penggunaan pompa hisap akan mempengaruhi tekanan air bagi KK yang lain dalam mengakses air bersih.

Titik terang akhirnya mulai terlihat pada 2020. Sejak 2020 hingga akhir 2021, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), sebuah lembaga sosial masyarakat yang bergerak di bidang pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan, mengawal advokasi pengadaan akses air bersih di Bungin melalui program Water for Women.

Upaya ini juga meliputi daerah sekitar Bungin, seperti Gontar Baru, Usar Mapin, dan Labuan Mapin.

Menurut Novika Noerdiyanti, Water for Women Project Manager Plan Indonesia, Desa Pulau Bungin menjadi prioritas utama, karena kondisinya yang sudah puluhan tahun mengalami kesulitan air bersih.

"Pembangunannya membutuhkan anggaran besar dan kolaborasi berbagai pihak,” ujarnya.

Selain itu, Novika menambahkan, pembangunan pipanisasi Pulau Bungin berdampak pada desa tetangga, Desa Gontar Baru.

Kedua desa ini memiliki satu jalur pipa yang sama melalui sumber air dari PDAM.

“Sehingga, melakukan pembangunan air bersih di Pulau Bungin juga akan berdampak pada kemudahan akses desa lain,” ungkap Novika.

Setelah melalui serangkaian proses, PDAM, pemerintah kecamatan, pemerintah desa, dan Plan Indonesia bekerja sama memformulasikan pemenuhan akses air bersih di Desa Pulau Bungin.

Pada 2020, PDAM mendukung pembuatan pipa jaringan wilayah, sementara Plan Indonesia melakukan pengadaan mesin air berdasarkan rekomendasi PDAM dan beberapa pipa distribusi. 

Sementara, masyarakat Bungin memberikan dana untuk pengadaan pipa dan aksesoris mesin. Mereka berhasil mengumpulkan dana sejumlah Rp 20 juta secara swadaya untuk mengadakan pipa-pipa air bersih yang disambungkan ke rumah warga. 

Hal ini menunjukkan betapa akses terhadap air bersih sangat dinantikan oleh masyarakat setempat.

"Saya sumbang dana saat pengadaan dan peremajaan akses air bersih secara sukarela. Semoga air bersih bisa lebih dekat agar kami tidak kesulitan lagi," kata Jenni (28) Rabu (12/4/2023).

Akhirnya, pada 2021, air bersih mengalir lancar di Bungin.

"Kami sudah merdeka air bersih dari ujung ke ujung. Alhamdulillah setelah puluhan tahun berjuang, kami akhirnya merdeka air bersih," kata Jaelani 

Jaelani menyampaikan, ia memiliki mimpi yang lebih besar untuk Bungin. Setelah desanya berhasil merdeka air, ia ingin menjadikan Bungin sebagai desa percontohan pesisir terbersih dan membangun reservoir.

Ia juga berharap agar Bungin dapat mencapai pilar-pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) selanjutnya.

STBM adalah konsep yang digagas oleh pemerintah untuk memastikan masyarakat dapat melakukan praktik sanitasi yang sehat dan aman. 

Dengan menerapkan STBM, diharapkan Bungin memiliki akses terhadap jamban yang sehat, pengelolaan limbah cair rumah tangga, hingga akses terhadap pengelolaan sampah.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/13/072859178/40-tahun-penantian-warga-desa-pulau-bungin-ntb-akhirnya-dapat-air-bersih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke