Salin Artikel

Berkunjung ke Kampoeng Flora Wonolopo, "Hidden Gem" Asyik bagi Pehobi Tanaman

Ratusan tanaman hias maupun holtikultura tampak dipajang rapi di sepanjang kios sederhana berukuran kurang lebih 100 meter.

Tentu, letak Kampoeng Flora ini dikelilingi oleh banyak tanaman, tepatnya di depan hutan jati yang rindang, di dekat permukiman warga.

Uniknya, Kampoeng Flora ini sudah dibangun sejak tahun 2000 lalu.

Ketua Kelompok Tani Kampoeng Flora, Eko Susanto, menuturkan, berdirinya Kampoeng Flora ini didasarkan atas keresahan warga. Yang menilai bahwa Semarang belum memiliki tempat sentra khusus tanaman.

Lantaran memiliki hobi yang sama dalam merawat tanaman, maka warga setempat bersikeras untuk membangun dan mengembangkan Kampoeng Flora.

"Awalnya sejak tahun 2000, warga di sini pada suka tanaman. Kita merasa bahwa Semarang tidak punya sentra khusus. Kemudian saya buat perlahan kelompok petani di sini, resmi tahun 2017. Lalu baru diresmikan jadi kampung tematik tahun 2022," jelas Eko kepada Kompas.com, Jumat (24/3/2023).

Lebih jelas Eko mengatakan, dulunya, tempat berdirinya kios-kios di Kampoeng Flora ini adalah kawasan yang kumuh dan banyak sampah.

Namun, lantaran warga memiliki visi yang sama untuk memajukan kampung, akhirnya mereka menyulap tempat tersebut menjadi layaknya Pasar Agro.

"Dulu di sini itu tempat kumuh. Banyak orang yang membuang sampah di hutan. Nah kesadaran itu kan tidak bisa kami gugah langsung. Jadi kita berupaya membangun kesadaran pelan-pelan," ucap dia.

Eko menyebut, saat ini terdapat sekitar 25 anggota kelompok tani yang ikut mengembangkan Kampoeng Flora.

Tidak hanya tanaman hias, mereka juga menyediakan beragam jenis bibit tanaman holtikultura, seperti algaonema, anthurium, begonia, bonsai, peperomia, dan masih banyak lagi.

"Di sini juga ada Kelompok Wanita Tani (KWT) ibu-ibu yang mengembangkan sektor urban farming. Tapi yang dijualkan di pasar lebih ke tanaman hias dan holtikultura," jelas Eko.

Biji tanaman yang dijualkan di Kampoeng Flora juga memiliki harga yang beragam. Mulai dari yang paling murah Rp 5.000, hingga paling mahal Rp 10 juta, tergantung jenis tanaman.

Hingga saat ini, warga Semarang dan sekitarnya mulai banyak yang berkunjung ke Kampoeng Flora untuk berburu tanaman.

Dengan demikian, Eko menyebut, adanya pasar agro di Kampoeng Flora ini dapat membantu menumbuhkan perekonomian warga.

"Yang pasti tujuan utamanya memang menggerakkan perekonomian, mengurangi pengangguran, tempatnya bisa lebih asri dan bersih. Dan tentu bisa mensejahterakan masyarakat," ucap Eko.

Kedepannya, tambah Eko, Kampoeng Flora akan terus dikembangkan dengan menyediakan beragam kuliner tradisional.

Sehingga, selain membeli tanaman, pengunjung juga bisa mencicipi makanan tradisional ala warga Mijen.

"Kalau kuliner masih kita rintis di bulan Ramadhan ini. Isyaallah per tanggal 25 Maret, sudah mulai ada kuliner makanan tradisional. Jadi kayak tempat nongkrong untuk ngabuburit," ungkap dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/24/142951478/berkunjung-ke-kampoeng-flora-wonolopo-hidden-gem-asyik-bagi-pehobi-tanaman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke