Salin Artikel

Mengenal "Jenang" Pengatur Makanan Suku Serawai, Mampu Deteksi Racun yang Dikirim Musuh

BENGKULU, KOMPAS.com - Upacara adat baru selesai dibentang, para tetamu kehormatan terdiri dari pemimpin, tokoh terkemuka diarahkan menuju ruang khusus (pengujung) makan siang sembari diiringi musik tradisional.

Di pengujung terdapat seorang "jenang" mengenakan peci dan kain, memakai jas duduk bersila.

Para tamu undangan diminta duduk melingkar mengelilingi jenang. Saat lingkaran dinyatakan tersambung, datanglah pengantar makanan (daso) diberikan pada jenang lalu jenang membagikan makanan secara melingkar pula tepat di hadapan masing-masing tamu.

Biasanya yang pertama kali dibagikan secara melingkar adalah air cuci tangan, menyusul sambal, kue, 2 porsi nasi, gulai. Semua tamu harus mendapatkan item tersebut tidak boleh ada yang kurang.

Jenang merupakan petugas yang diamanahkan sebagai pengatur makanan dalam setiap acara pernikahan, akikah, dan ritual adat lainnya di masyarakat Suku Serawai, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

Jenang bertugas memastikan makanan harus bersih dari lalat, higienis, serta bebas serangan racun.

Saat ritual mengatur makanan dilakukan, jenang tak boleh merokok. Jenang juga dituntut paham kondisi tamu yang akan makan.

Bagi tamu yang muda maka tak mengapa diberikan makanan agak keras. Sementara tamu yang sudah tua tak boleh diberikan makanan keras, mempertimbangan kemampuan mengunyah makanan.

Setelah semua hidangan tersedia berbentuk lingkaran maka Jenang akan memberi hormat pada tetamu penanda santapan diperbolehkan dinikmati. Sepanjang tamu makan, Jenang dituntut jeli melihat kebutuhan tamu. Saat itu posisi Jenang tetap berada dalam lingkaran.

Arlan, salah seorang Jenang Suku Serawai mengemukakan, Jenang merupakan warisan leluhur Suku Serawai setiap pesta terkhusus saat makan.

Tugas Jenang sejatinya berat. Sebab Jenang bertanggungjawab untuk memastikan makanan yang dihidangkan bersih, sehat, bebas dari gangguan.

"Pada zaman dahulu Jenang harus dilengkapi kemampuan gaib agar mampu mendeteksi makanan yang dihidangkan tidak diracun musuh. Maklum zaman dahulu membunuh lawan menggunakan racun masih sering terjadi. Jadi kalau ada tamu yang makan namun terkena racun maka Jenang harus bertanggungjawab," jelas Arlan.

Antisipasi serangan racun ini wajar menurut Arlan, mengingat biasanya tamu kehormatan yang makan adalah para raja atau pemimpin.

Selain itu, Jenang harus memastikan ketersediaan makanan hingga air minum. Saat tamu makan, jenang diperbolehkan makan. Uniknya, Jenang tidak boleh berhenti makan sebelum semua tamu selesai makan.

"Jadi kalau jadi Jenang maka makannya dikit-dikit saja, takut nanti kalau makan banyak kekenyangan sementara tamu belum ada yang selesai. Jenang yang duluan berhenti makan dianggap tidak sopan," ungkap Arlan.

Terakhir, saat tamu selesai makan, akan masuk hidangan berikutnya, yakni kopi dan rokok.

"Selama kopi dan rokok belum dihidangkan tidak boleh ada tamu dan Jenang yang merokok. Namun kalau kopi sudah dihidangkan pertanda sudah boleh merokok. Itu juga menandakan adab dan jamuan makan berakhir," demikian Arlan.

Ritual Jenang Suku Serawai ini muncul dalam Festival Kuliner Tradisional 2023 di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, Senin (13/3/2023).

Bupati Seluma, Bengkulu, Erwin Octavian menyebutkan, Pemda Seluma saat ini menghidupkan kembali tradisi seperti jenang yang mulai luntur akibat perkembangan zaman.

"Saat ini jenang sudah jarang dipakai karena masyarakat sudah praktis, jenang digantikan tugasnya oleh prasmanan dengan dibuatkan festival kuliner tradisional setiap tahun, kami berusaha menganggkat kembali kearifan lokal leluhur Suku Serawai yang mulai hilang," kata Erwin.

Selain menggelar Festival Kuliner Tradisional 2023, Pemda Seluma menampilkan sejumlah masakan khas Suku Serawai seperti bebotok, gulai guwas, tradisi memaruk kelapa tradisional dengan kukuran, dan banyak lainnya.

"Festival kuliner tradisional ini cikal bakal Pemda Seluma memperkenalkan kearifan lokal Suku Serawai yang ke depan akan kita kolaborasikan untuk pengembangan wisata alam, budaya, dan sejarah yang ada di Seluma," demikian Erwin.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/15/065343178/mengenal-jenang-pengatur-makanan-suku-serawai-mampu-deteksi-racun-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke