Salin Artikel

Jelang Ramadhan, Warga Wadas Gelar Tradisi Nyadran, Tegaskan Tolak Perusakan dan Perampasan Lingkungan

Dalam tradisi itu, warga bermunajat, tahlil dan berdoa bersama untuk mendoakan para leluhur dan para pendiri Wadas, serta menegaskan bahwa warga menolak segala bentuk perusakan dan perampasan lingkungan.

Agenda ini dimulai dengan berziarah ke makam-makam leluhur dan para pendiri Desa Wadas di Makam Pidikan dan Makam Dukuh Wetan. Dilanjutkan dengan berziarah di Makam Krajan di desa setempat.

"Warga merawat tradisi nenek moyang Nyadran atau berziarah ke makam. Nyadran ini bertujuan untuk mendoakan dan mengingat perjuangan para leluhur warga Wadas dalam menjaga alam desa Wadas," kata Siswanto, warga Desa Wadas pada keterangan tertulisnya Senin (13/3/2023).

Warga di Desa Wadas rutin ziarah di makam luluhur. Ada tiga makam yang dijadikan lokasi acara Nyadran ini.

"Kita percaya alam yang diciptakan tuhan selama ini telah menghidupi dan mensejahterakan masyarakat desa Wadas. Memang tradisi Nyadran ini biasanya rutin dilakukan sebelum datangnya bulan ramadhan," kata Siswanto.

Budaya yang telah dijaga selama ratusan tahun ini dilakukan dengan bersih-bersih makam para orang tua atau leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, serta berdoa bersama di sekitar area makam.

Kegiatan ini dimulai pada pukul 11.00 WIB, Kemudian makan siang bersama (kembulan). Dilanjutkan Shalat Dzuhur berjamaah di Masjid Nurul Huda, Pengajian.

"Selain berziarah ke makam, warga juga melakukan kepungan atau makan bersama sebagai wujud rasa syukur warga Wadas karena telah di beri rejeki yang berlimpah dari alam desa oleh Allah SWT," kata dia.

Begitu berartinya tanah bagi warga Wadas, sehingga sebagian warga desa meyatakan akan terus mempertahankan tanah. Selain itu, warga akan tetap konsiten untuk merawat alam Desa Wadas demi masa depan anak cucunya.

"Selain itu, kepungan dan nyadran bersama ini juga bertujuan untuk mempererat kerukunan antar warga dan mengobarkan semangat warga Wadas untuk terus menjaga kelestarian alam Wadas yang telah dijaga dan diwariskan oleh leluhur," kata Siswanto.

Siswanto menyebut, jika tambang batuan andesit benar-benar akan dilakukan di desanya, ia khawatir, mata pencaharian warga akan hilang. Hal ini menurutnya akan memacu para warganya merantau ke luar daerah.

Ditambahkan, bahwa keinginan sebagian warga hingga saat ini tidak berubah yakni menolak penambangan di Wadas serta cabut Ijin Penetapan Lokasi (IPL) tambang andesit Wadas.

"Harapan warga itu dari dulu sampai sekarang hanya mneginginkancabut ipl, kita tetap menolak tambang, karena sejak awal prosesnya kita sudah menolak," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/13/213939378/jelang-ramadhan-warga-wadas-gelar-tradisi-nyadran-tegaskan-tolak-perusakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke