Salin Artikel

Berkunjung ke NTT, Menkes Bantu Alat Antropometri untuk Deteksi Stunting

Budi bertemu dengan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi.

Saat memberikan keterangan kepada wartawan, Budi mengatakan, Kementerian Kesehatan akan mendukung penanganan stunting di NTT dengan membantu memenuhi kebutuhan alat antropometri pada setiap Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

"Kami terus berupaya memenuhi kebutuhan alat antropometri untuk semua Puskesmas dan Posyandu sehingga penanganan stunting lebih cepat dan lebih mudah melayani masyarakat," ujar Budi.

Budi menjelaskan, alat antropometri memiliki fungsi mendeteksi stunting pada anak melalui pengukuran berat badan, panjang, dan tinggi badan serta lingkar lengan atas dan kepala.

Dengan alat itu, stunting lebih cepat diprediksi sehingga penanganan juga lebih cepat.

"Saat ini, di Kabupaten Sumedang sudah digunakan Sistem Informasi Penanganan Stunting Terintegrasi (e-Simpati). Ini juga memuat semua data terperinci terkait stunting mengenai siapa nama anak yang stunting, umur, alamat, data orangtua, dan posyandu atau puskesmas terdekat. Jadi semua pihak bisa lihat datanya mulai dari Gubernur, Bupati, Kepala Dinas serta seluruh lapisan masyarakat dapat mengakses informasi ini secara lengkap," jelasnya.

Menurut Budi, Presiden Jokowi sangat mengapresiasi penerapan aplikasi ini dan diharapkan juga dapat dikembangkan dan digunakan di daerah lainnya, termasuk NTT.

Budi pun mengapresiasi penanganan stunting di NTT, yang saat ini dilakukan pemerintah daerah di NTT.

"Kita apresiasi kinerja Pemerintah Provinsi NTT melalui Gubernur bersama Wakil Gubernur serta jajarannya hingga tingkat desa dan para kader yang telah berupaya dengan baik dalam penanganan stunting di Provinsi NTT," ujar dia.

Tentunya, lanjut Budi, penanganan stunting akan efektif dan efisien melalui data akurat secara by name by address yang sudah dilakukan di sini sehingga datanya tepat dan penanganannya juga tepat sasaran.

"Jadi nanti data stunting dari Pemprov NTT yang pada hari ini berada pada angka 17,7 persen itu yang akan dipakai untuk Provinsi NTT dan juga secara nasional. Silahkan dipakai data tersebut karena sudah sesuai dengan by name by address," kata Budi.

Untuk data stunting di NTT, menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), sebesar 35,5 persen.  Namun, angka tersebut hanya data sampel atau prediksi garis besar.

"Jadi nanti kita akan hapus kemudian pakai data dari Pemprov NTT yakni 17,7 persen karena lebih valid dan akurat, ini juga merupakan kinerja baik dari semua pihak," sebut Budi.

Sementara itu, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan pentingnya data stunting yang valid agar penanganannya tepat sasaran sehingga penanganan lebih efektif.

"Harus ada data yang jelas maka saya terus minta Bupati, Camat, Kepala Desa, dan semua pihak lainnya bersama tim penanganan stunting dengan kader-kader Posyandu agar mengetahui betul data lengkap stunting anak yang stunting by name by address, sehingga kita bisa intervensi dengan tepat dan terus memberikan penanganan dan kontrol secara berkelanjutan," kata Viktor.

Pihaknya, sebut Viktor, berusaha untuk terus menurunkan angka stunting.

Menurutnya, dalam menangani stunting butuh kerja keras dan kolaborasi semua pihak serta pendampingan yang baik.

"Karena kita membangun sebuah sistem kerja untuk mencetak generasi hebat dan unggul di masa mendatang," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/03/05/101432278/berkunjung-ke-ntt-menkes-bantu-alat-antropometri-untuk-deteksi-stunting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke