Salin Artikel

Benteng Van der Wijck: Sejarah, Fungsi, dan Keunikan Bangunan

KOMPAS.com - Benteng Van der Wijck adalah sebuah benteng peninggalan Belanda yang menjadi objek wisata sejarah di Gombong.

Lokasi Benteng Van der Wijck berada sekitar 19 kilometer dari pusat Kota Kebumen, tepatya di Jalan Sapta Marga No. 100, Sidayu, Kota Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Bangunan Benteng Van der Wijck memiliki bentuk segi delapan dengan luas kawasan benteng mencapai 7.168 meter persegi

Luas benteng bagian bawah dan bagian atasnya sama yaitu sekitar 3.606,625 meter persegi dengan tinggi 9,67 meter dan cerobong setinggi 3,33 meter.

Benteng berwarna merah ini dibangun dengan 16 barak tentara dengan ukuran panjang masing-masing sekitar 7,5 meter dan lebar sekitar 11,32 meter.

Sejarah Benteng Van der Wijck

Dilansir dari laman Kemdikbud, Benteng Van Der Wijck dibangun pada tahun 1833 atau beberapa tahun setelah berakhirnya Perang Diponegoro (1825-1830).

Nama benteng ini diambil dari nama Komandan Van Der Wijck yang pada saat itu yang karirnya cukup cemerlang dalam membungkam perlawanan rakyat Aceh.

Sebelumnya, benteng ini bernama Fort Cochius atau Benteng Cochius yang diambil dari nama salah seorang Jenderal Belanda yaitu Frans David Cochius (1787-1876).

Cochius sendiri pernah ditugaskan di daerah Bagelen yang menjadi bagian dari wilayah karesidenan Kedu dan memimpin prajurit Belanda ketika Perang Diponegoro berlangsung.

Adapun keberadaan benteng ini juga kerap dikaitkan dengan petilasan Kyai Giyombong dan Kyai Gajahguling di Gombong, yaitu tokoh pendukung Pangeran Diponegoro di daerah Bagelen (Kedu Selatan).

Fungsi Benteng Van der Wijck

Benteng Van der Wijck pada awalnya merupakan sebuah kantor bagi kongsi dagang Belanda yaitu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Selepas itu, bangunan ini lantas digunakan sebagai benteng pengintaian dan pertahanan serta gudang logistik bagi tentara Belanda.

Kemudian pada tahun 1856, benteng ini berubah fungsi menjadi Pupillen School atau sekolah calon militer bagi anak-anak keturunan Eropa yang lahir di Hindia Belanda.

Hal ini berdampak pada lingkungan sekitar benteng yang berkembang menjadi permukiman bagi anggota militer Belanda di Gombong.

Permukiman di luar kompleks benteng ini dilengkapi dengan fasilitas-fasiltas seperti tempat tinggal untuk perwira dan pengajar Puppilen School, makam, penjara, dapur, pos penjagaan, barak, tempat latihan menembak, kantin, kolam renang, taman, rumah sakit, bengkel zeni, lapangan terbuka, hotel, kantor pos dan lapangan olah raga.

Selanjutnya pada masa pendudukan Jepang, kompleks Benteng Van Der Wijck difungsikan sebagai tempat pelatihan anggota PETA (Pembela Tanah Air) untuk menghadapi sekutu.

Pada masa ini, tentara Jepang menutupi tulisan-tulisan Belanda yang ada di Benteng Van Der Wijck dengan cat hitam.

Setelah Agresi Militer pada Juli 1947 dan adanya kesepakatan berupa garis demarkasi Van Mook sebagai batas kekuasaan Belanda-Indonesia, kompleks ini kembali dijadikan sebagai markas pertahanan terdepan oleh Belanda.

Benteng Van Der Wijck digunakan untuk menghadapi kekuatan para pejuang Indonesia yang berada di timur Sungai Kemit.

Setelah kepergian Belanda, kompleks benteng kemudian sempat dimanfaatkan oleh TNI Angkatan Darat hingga tahun 2000.

Saat ini kompleks Benteng Van Der Wijck menjadi area wisata dengan fasilitas lengkap, termasuk permainan anak, gedung pertemuan, serta hotel wisata dengan mempertahankan arsitektur asli bangunan.

Keunikan Benteng Van der Wijck

Benteng Van der Wijck memiliki berbagai keunikan, salah satunya material bangunan yang seluruhnya terbuat dari batu bata.

Bahkan atap benteng berbentuk segi delapan ini juga terbuat dari batu bata yang kokoh dan dibuat menyerupai bukit-bukit kecil.

Adapun bentuk pintu dan jendela hampir seluruhnya berbentuk setengah lingkaran.

Bangunan ini juga sangat kokoh dengan ketebalan dinding mencapai 1,4 meter.

Adapun lapangan besar di tengah benteng sempat digunakan sebagai lokasi pengambilan syuting film The Raid 2: Berandal .

Semantara pada bagian atap benteng kini juga tersedia kereta wisata yang dapat mengantar pengunjung menikmati pemandangan kawasan benteng dari atas.

Pengunjung bisa menikmati keunikan Benteng Van der Wijck dengan waktu kunjungan setiap hari yang dibuka mulai pukul 0.00-16.00 WIB.

Adapun harga tiket Benteng Van der Wijck juga cukup terjangkau yaitu hanya Rp 25.000 per orang.

Sumber:
kebumenkab.go.id  
kebudayaan.kemdikbud.go.id  
tribunnews.com 
kompas.com  (Editor : Serafica Gischa) 

https://regional.kompas.com/read/2023/02/28/191919778/benteng-van-der-wijck-sejarah-fungsi-dan-keunikan-bangunan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke