Salin Artikel

Menkop Teten Masduki: Pemerintah Kembangkan Model Bisnis Sayur Lewat Koperasi di Kawasan "Nepal Van Java"

MAGELANG, KOMPAS.com - Pemerintah akan mengembangkan model bisnis bagi petani sayur di lereng Gunung Sumbing, kawasan Nepal Van Java Kecamatan Kaliangkrik dan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Dengan model bisnis ini para petani dapat menjual produk-produknya secara kolektif di pasar modern yang dibantu oleh koperasi. 

Hal itu disampaikan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM), Teten Masduki, usai berkunjung di klaster pertanian Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Kamis (16/2/2023).

Pengembangan bisnis ini Kemenkop dan UKM bersinergi dengan Koperasi Mitra Agro Abadi dan KSP AMAJ (Artha Mitra Abadi Jaya). 

"Sekarang mereka (petani di Sukomakmur) bertani sendiri-sendiri, menjual produknya sendiri. Maka kita mau bangun bersama yaitu korporatisasi petani. Jadi nanti para petani ini bergabung di koperasi, pembiayaan sekarang dari AMAJ dan Koperasi Mitra Agro Abadi akan menjadi offtaker," jelas Teten.

Luas lahan pertanian di kawasan ini ada sekitar 400 hektar dengan jumlah petani 400 orang.

Menurut Teten, dengan model bisnis ini para petani tidak perlu menjual hasilnya sendiri-sendiri dan akan dikelola oleh koperasi.

"Kami pun dari jaringan market modern ada permintaan sekitar 60-70 ton per hari dan baru dipenuhi, misalnya koperasi di Ciwidey baru sekitar 7 ton per hari, maka peluangnya masih besar," ungkap Tetan. 

Dia menambahkan, mengkorporatisasi petani artinya mengkonsolidasi petani-petani kecil, perorangan menjadi berkoperasi, bertani secara kolektif dan membangun sistem pertanian yang terencana. Sehingga apa yang ditanam petani, baik volume komoditinya sesuai dengan permintaan market.

"Sehingga nanti tidak ada lagi isu harga jatuh dan lain sebagainya," kata, Teten.

Menurutnya, dengan cara seperti itu akan menjangkau tiga hal yaitu, kesejahteraan petani yang lebih baik karena ada keuntungan dari ekonomi kolektifnya, bisa membangun pertanian terencana, dan bisa menyuplai persediaan dari sisi ketahanan pangan.

"Ini suatu piloting yang kita siapkan untuk nanti menjadi bisnis model yang bisa dikembangkan kemana-mana," ujarnya.

Menurutnya, sistem bisnis seperti ini ada kepastian produk-produk petani bisa terserap 100 persen ke pasar karena sudah merupakan permintaan pasar.

"Sekarang kan masih tradisional, apa yang ditanam sesuai tradisi, akibatnya produk tidak terserap, harga jatuh, kalau pertanian terencana itu tidak mungkin karena sebelum ditanam sudah sesuai dengan permintaan market baik dari volume, jumlah tonasenya maupun kualitas produknya," terang Teten.

Teten menambahkan, pemerintah mendukung para petani di kawasan tersebut dengan pembiayaan melalui koperasi-koperasi. Pemerintah juga menyiapkan anggaran sekitar Rp 50 miliar untuk pengembangan model bisnis tersebut. 

Bahkan, kata Tetan, pemerintah mengelontorkan sekitar Rp 2 triliun untuk mendorong koperasi yang mengelola sektor pangan.

"Jadi kami mengelola setahun Rp 2 trilun untuk mendorong koperasi ini. Sekarang kita akan fokus untuk koperasi di sektor pangan," tandas Teten.

https://regional.kompas.com/read/2023/02/16/191427478/menkop-teten-masduki-pemerintah-kembangkan-model-bisnis-sayur-lewat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke