Salin Artikel

Apa Itu Black Swan Earthquakes? Fenomena Gempa yang Terus Mengguncang Jayapura

KOMPAS.com - Gempa Jayapura yang terus mengguncang disebut sebagai fenomena Black Swan Earthquakes.

Fenomena Black Swan Earthquakes pada gempa Jayapura ini disampaikan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono melalui akun Twitter pribadinya @DaryonoBMKG pada 12 Februari 2023.

“Secara pribadi menurut saya, fenomena Gempa Jayapura termasuk ‘Black Swan Earthquakes’: Belum terpetakan dengan detil sumbernya, di luar prediksi para ahli, berdampak merusak dan membuat cemas masyarakat,” jelas Daryono.

Daryono juga menyebut bahwa Black Swan Earthquakes adalah sebuah peristiwa gempa yang langka, jarang terjadi.

Lebih lanjut, ia juga mengungkap fakta bahwa aktivitas gempa Jayapura ini memiliki kemiripan dengan gempa Ambon pada 2019.

“Kemiripan tipe aktivitas Gempa Ambon September 2019 (M6,5) dan Gempa Jayapura Januari 2023 (M5,4): Aktivitas gempanya sangat banyak, bersifat merusak, fenomena yang termasuk langka, tidak terprediksi para ahli, belum terpetakan sumber gempanya dengan detil,” ungkap Daryono.

Apa Itu Black Swan Earthquakes?

Black Swan Earthquakes adalah sebuah istilah gempa bumi yang merujuk kepada teori Black Swan.

Dari teori tersebut, istilah Black Swan Earthquakes menggambarkan suatu fenomena gempa bumi langka yang sebelumnya secara ilmiah tidak mungkin atau tidak terduga dan berdampak ekstrem, namun setelah terjadi kemudian bisa dijelaskan dan terprediksi.

Teori Black Swan dipopulerkan oleh Nassim Nicholas Taleb, Professor of Risk Engineering dari New York University pada 2007 dalam buku yang berjudul The Black Swan: The Impact of the Highly Improbable.

Taleb mendefinisikan Black Swan secara umum sebagai sebuah kejadian yang memiliki tiga kondisi.

Pertama, kejadian tersebut sangat tidak terduga karena bukti historis atau catatan di masa lalu sangat minim untuk memberikan peringatan bahwa peristiwa ini akan terjadi.

Kemudian yang kedua, kejadian tersebut memberikan dampak yang sangat besar atau ekstrem.

Ketiga, setelah kejadian akan ditemukan fakta yang menciptakan sebuah penjelasan rasional untuk membuat kejadian tersebut bisa dijelaskan dan terprediksi.

Penjelasan terkait teori Black Swan dalam sebuah bencana kemudian disebut dalam penelitian Paolo F. Ricci dan Hua-Xia Sheng (2017) berjudul Assessing Catastrophes—Dragon-Kings, Black, and Gray Swans—for Science-Policy yang dimuat dalam Global Challenges, Volume 1, Issue 6.

Dalam paper tersebut disebutkan bahwa terdapat istilah Black Swan (BS) Black Swan adalah sebuah metafora yang digunakan para filsuf selama berabad-abad terkait dengan penemuan angsa hitam (Black Swan).

Sebelum penemuan angsa hitam (Black Swan) oleh Willem de Vlamingh di Australia Barat pada tahun 1697, para ahli biologi memperdebatkan keberadaan angsa hitam sebagai sebuah ketidakmungkinan karena bukti menyatakan semua angsa adalah putih.

Pendekatan dengan teori Black Swan dapat digunakan untuk memperhitungkan kejadian bencana dan meminimalkan resiko di masa yang akan datang.

Sementara dalam paper Ivan G. Wong (2013) berjudul How big, how bad, how often: are extreme events accounted for in modern seismic hazard analyses disebutkan bahwa terminologi Black Swan pada gempa merujuk pada bencana alam yang memiliki unsur kejutan, menimbulkan dampak yang besar, dan kerap dirasionalkan secara tidak tepat.

Adapun dua contoh Black Swan Earthquakes adalah gempa M 9.2 Sumatra pada 2004 dan gempa M9.0 Tohoku-Oki, Jepang pada 2011.

Kedua gempa termasuk pada jenis Black Swan Earthquakes karena cukup ekstrem hingga memakan korban dalam jumlah signifikan.

Rentetan Gempa Jayapura Masih Terjadi

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com (10/2/2023), gempa di Jayapura, Papua, berkekuatan magnitudo 5,2 menguncang wilayah tersebut pada Kamis (9/2/2023) sekitar pukul 13.28 WIB atau 15.28 WIT.

Pemerintah Kota Jayapura kemudian menetapkan status tanggap darurat selama 21 hari setelah kejadian gempa tersebut.

Sementara merujuk pada data BMKG, wilayah Kota Jayapura dan sekitarnya diguncang gempa secara bertubi-tubi hingga mencapai 1.055 kali sejak 2 Januari 2023.

Adapun kejadian gempa yang dirasakan oleh masyarakat Kota Jayapura ada 120 kejadian.

Lebih lanjut, Daryono dalam cuitan di akun Twitternya juga menyebut bahwa rangkaian gempa Jayapura ini akan selesai.

“Gempa Jayapura pasti akan selesai, itu earthquake sequence, multi fault aktif & triggered off fault seismicity, pernah terjadi di Ambon-Haruku akhir 2019. Sebanyak 2500 lebih gempa terjadi, meneror dan beberapa bulan kemudian selesai karena akumulasi stressnya sudah release semua. Selesai. Kemudian aman,” ungkap Daryono.

Sumber:
twitter.com/DaryonoBMKG  
onlinelibrary.wiley.com  
researchgate.net  
kompas.com  (Penulis : Fika Nurul Ulya, Kontributor Jayapura, Dhias Suwandi | Editor : Novianti Setuningsih, Krisiandi) 

https://regional.kompas.com/read/2023/02/13/180905778/apa-itu-black-swan-earthquakes-fenomena-gempa-yang-terus-mengguncang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke