Salin Artikel

Adik Pramoedya Ananta Toer Kenang Dia dan Sang Kakak Perjuangkan Perubahan Prinsip Pendidikan di SMP 5 Blora

Salah satu kenangan itu ketika keduanya mendatangi SMP 5 Blora menuntut adanya perubahan prinsip pendidikan.

Soes mengatakan, waktu itu prinsip pendidikan yang dianut Budi Utomo yaitu belajar, bekerja dan berkarya, tapi di situ ditulisnya berdoa.

"Saya pernah ke sana bersama Pram, Pram menuntut supaya diganti berdoa itu jadi berkarya, saya enggak boleh masuk sama tukang jaga pintunya, saya pakai sendal. 'bapak siapa pakai sendal masuk ke sini lagi', saya bilang 'saya itu anaknya yang ada patung di depan', jadi semua itu saya alami," ucap Soes saat ditemui wartawan di rumahnya, Kelurahan Jetis, Kecamatan Blora, Senin (6/2/2023).

Pria yang kini telah berusia 85 tahun tersebut mengatakan, tanah dan bangunan yang kini menjadi SMP 5 Blora merupakan hadiah dari bapaknya yang waktu itu sempat mendirikan sekolah di tempat tersebut.

Sehingga di depan sekolahan tersebut, terdapat foto bapaknya yang masih eksis dan dipertahankan, sebagai ikon dari sekolah tersebut.

Foto tersebut, kata Soes sudah ada sejak 1987 silam.

"Itu patung (foto) bapak saya itu, jadi tahun 1987 bangunan sama rumah itu kita hadiahkan pada negara, dengan perjanjian jalan ini Halmahera diganti dengan Jalan Mastoer, terus di situ prinsip pendidikan Budi Utomo, yaitu belajar bekerja berkarya tapi di situ ditulisnya berdoa, kita minta ganti berkali-kali berapa kepala sekolah tetap gak mau ganti, tetap berdoa padahal berdoa kan sudah diungkapkan dalam belajar. Pram tamatan situ," kata Soes bercerita.

Soes yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di Rusia tersebut menjelaskan awal mula terdapat sekolahan yang kini dijadikan sebagai SMP 5 Blora itu.

Semua bermula dari kolonialisme Belanda yang kembali menduduki Indonesia pada 1949.

"Ketika Belanda menduduki Blora itu bapak saya ditangkap di Ngawen, 'kamu mau dipenjara apa mau buka sekolah, kalau buka sekolah buka semua sekolah yang tutup di Blora', lha bapak saya memilih pendidikan sama perang kan enggak ada kaitannya, jadi bapak saya memilih membuka sekolahan," terang dia.

Maka, Soesilo Toer mengusulkan jalan yang melewati SMP 5 Blora dapat diubah menjadi Jalan Mastoer untuk menghargai jasa bapaknya yang mendirikan sekolahan tersebut.

"Ya, ya apa susahnya sih. Tapi katanya untuk itu sampai perlu ke DPR MPR," ujar dia.

Sekadar diketahui, Pramoedya Ananta Toer atau akrab disapa Pram, adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang sangat produktif dalam menulis.

Ia lahir di Blora, pada 6 Februari 1925 dengan nama Pramoedya Ananta Mastoer.

Pram menghilangkan awalan Jawa “Mas” pada namanya dan hanya menggunakan “Toer”, karena merasa terlalu terkesan aristokratik.

Pram juga dikenal sebagai penulis seri Novel Tetralogi Buru, yang di dalamnya terdapat novel berjudul Bumi Manusia.

https://regional.kompas.com/read/2023/02/07/134640978/adik-pramoedya-ananta-toer-kenang-dia-dan-sang-kakak-perjuangkan-perubahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke