Salin Artikel

BNN Klaim Turunkan Kawasan Rawan Narkotika Jadi 6.000, Daerah Pertambangan Jadi Prioritas

Kepala BNN RI, Petrus Reinhard Golose menyebutkan kawasan pertambangan saat ini menjadi prioritas penanganan karena banyak ditemukan pengguna narkotika. Selain itu, kawasan wisata juga dianggap berpotensi besar menjadi tempat penyalahgunaan narkotika.

"(kawasan rawan peredaran narkotika) kita turun sekitar 2.000, dari 8.000 menjadi 6.000 sekian," sebut Golose, usai kegiatan Musyawarah Perencanaan BNN RI tahun 2023 di Hotel Artos Magelang, Jawa Tengah, Senin (6/2/2-23).

"Yang jadi prioritas kita ada daerah pertambangan yang banyak pengguna. Tetapi setelah dibuka, tempat wisata jadi perhatian kita. Tentu, yang wisatanya tetap didukung tetapi tempat-tempat yang akan jadi penyalahgunaan narkoba," lanjut Golose.

BNN juga mencatat, tempat penggunakan narkotika telah bergeser sejak pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi kasus penggunaan narkoba lebih banyak dilakukan pengguna di rumah kosong, apartemen dan tempat tinggal, tapi setelah pandemi cenderung di tempat-tempat hiburan.

"Kalau tempat penggunaan, kalau waktu pandemi Covid-19 dari hasil survei yang kita lakukan akan dividen by base di rumah kosong, apartemen, tempat tinggal. Sekarang sudah ada kecenderungan di tempat-tempat hiburan, dulu Covid-19 belum ada. Ini yang harus diantisipasi, antisipasinya, dengan pencegahan," papar Golose.

Golose menambahkan, hampir setiap pekan ditemukan narkoba jenis baru. Di dunia tercatat ada 1.150 jenis narkoba, banyak di antaranya terdeteksi di Indonesia termasuk tembakau Gorilla.

"Yang beredar di Indonesia ada 91 (jenis narkoba), ada sekitar 9 yang belum masuk undang-undang. Paling banyak demand (permintaa) adalah sabu-sabu," sebut Golose.

Lebih lanjut, tahun 2021 BNN berhasil menangkap sekitar 3,3 ton mentamentamin atau sabu-sabu. Kemudian, pada tahun 2022 BNN mengamankan sebanyak 1,902 ton dari seluruh Indonesia.

"Kategori yang berbahaya yang sekarang itu adalah masalah sabu. Yang berasal dari golden triangle (Thailand, Laos, dan Myanmar), sehingga kita perlu untuk melakukan kerjasama," ungkap Golose.

"Lalu bicara tentang cannabis (Ganja) itu juga banyak kita musnahkan lahan Ganja. Kemudian, penangkapan ber ton-ton. Itu ada rangenya kalau dihitung kita berhasil menyelamatkan 1,2 juta calon pengguna. Prevelensi itu 3,36 juta itu, ukuran 1 kali pakai narkotika selama satu tahun," paparnya.

Golose berujar pencapaian ini menjadi merupakan hasil kerjasama yang baik antara BNN yang tersebar di Kabupaten/Kota di Indonesia dan stakeholder setempat. Ini menjadi catatan baik bagi BNN RI saat ini.

Melalui Musyawarah Perencanaan BNN se-Indonesia ini pihaknya ingin menyamakan persepsi bahwa core bisnis BNN bukan hanya menangkap orang tapi bagaimana menyelerasakan kegiatan pencegahan pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi dengan penggunaan anggaran yang benar, tepat sasaran dan direncanakan dengan baik.

"Tetapi lebih penting lagi, bahwa kami BNN RI menggelorakan, apalagi dengan program saya tahun 2023. Yakni, akselerasi perang terhadap narkotika 'war of drugs'," tegas Golose.

https://regional.kompas.com/read/2023/02/06/203534578/bnn-klaim-turunkan-kawasan-rawan-narkotika-jadi-6000-daerah-pertambangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke