Salin Artikel

Mengintip Keseruan Event Lari Semarang 10K, Peserta Pakai Kostum Gembel, Dinosaurus, Spiderman, hingga Wayang Orang

Pukul 06.00 WIB, peserta dilepas oleh Plt Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu di Balai Kota Semarang. Sekitar 2.000 pelari yang datang dari berbagai daerah itu mulai meluncur usai terompet ditiup.

Terlihat puluhan peserta mengenakan kostum unik yang mencolok di antara peserta lainnya. Mulai dari kostum gembel, pasangan dinosaurus dan T-Rex, kostum superhero spiderman, hingga kostum budaya wayang orang.

“Emang rencana pengen menghibur karena race akhir tahun, buat seru-seruan aja,” terang Fifin (32) yang mengenakan kostum dinosaurus dan T-Rex bersama istrinya, Rizqi (29) saat diwawancarai Kompas.com, Minggu (18/12/2022).

Usai lari, keduanya masih banyak disapa anak-anak. Tak jarang beberapa minta diantar orang tua untuk berfoto dengan pengguna kostum dino-tyrex itu.

“Banyak yang interest sama kita, anak-anak kecil nyapa, ‘dino-dino!’ Taunya dino, soalnya jarang yang tau tyrex, terus ngajakin foto sehabis finis,” imbuh Fifin.

Pasangan itu mengaku biasa mengikuti bisa belasan event lari dalam setahun. Menurutnya lari lebih dari sekadar hobi, tapi sudah menjadi gaya hidup.

Mereka mulai aktif sejak tahun 2015. Rizqi belum lama ini mengikuti lari trail 7k sementara suaminya terakhir mengikuti marathon di Thailand.

“Berat memang, agak susah lari, kalau dia (Fifin) panas (kostumnya) soalnya ini baru pertama kali pakai kostum gini, diajakin suami,” tutur Rizqi.

Selanjutnya, Kompas.com mewawancarai Zakeus yang berdandan layaknya gembel jalanan. Ia mengenakan kaos dalam lusuh dan bawahan bekas karung beras. Sementara aksesoris kepala ia memakai besek bekas.

Wajahnya dilumuri arang dan giginya hitam. Ia bahkan nekat berlari tanpa alas kaki. Dengan pakaian itu, ia menyampaikan pesan bila tak perlu sepatu dan jersey mahal untuk mengikuti event lari.

“Intinya kita berlari yang penting niatnya. Enggak perlu pake jersey mahal, sepatu mahal, dan jam mahal. Nggak pake sepatu aja bisa,” beber lelaki asal Batang yang diantar istri dan anaknya itu.

Dengan berlari telanjang kaki, Ia berhasil menuju garis finish pada selama 1 jam 15 menit dengan pace kurang lebih 9 menit per kilometer.

Sebelumnya dalam event Half marathon di Borobudur, lelaki itu juga memilih kostum gembel dan konsisten menyampaikan pesannya. Hanya saja ia tetap mengenakan alas sepatu demi keselamatan.

Kemudian, Kompas.com menjumpai pelari asal Jakarta, Irawan Adi yang sengaja menggantungkan banyak balon terbang di punggungnya selama berlari.

Ia memakai kaos dalam, bawahan kain sarung, dan ikat kepala, dan koyo yang ditempel di sekujur tubuh. Lelaki itu cukup menarik perhatian anak-anak dengan balon-balon lucu yang dibawanya.

“Balon-balon ini untuk menghibur orang yang lewat. Kalau kita lari kan banyak orang terganggu. Baru tadi malam membeli di simpang lima,” ujar Irawan.

Ini bukan pertama kalinya ia memakai kostum unik. Sebelumnya pada event lari yang diikuti di Bandung ia mengenakan kostum dinosaurus.

Di samping itu, Irawan mengaku terkesan dengan beberapa ikon Kota Semarang. Seperti Simpang Lima, Lawang Sewu, dan Kota Lama.

“Saya ke sini karena 2019 saya dipanas-panasin temen saya. Katanya enak lari di Semarang, akhirnya ya saya cobain ke sini. Baru kali ini lari di Semarang. Asyik tempatnya. Asyik semarang. Sekalian healing,” ucapnya antusias.

Lebih lanjut, Kompas.com juga menemui sekumpulan peserta yang mengenakan kostum budaya dan karnaval. Daintaranya wayang orang, buto, dan kostum tema binatang yang biasa dipakai saat pawai.

“Ini kan karena event di Semrang, ya sekalian mempromosikan budaya di Semarang. Makanya pilih kostum wayang orang,” tutur Fahri.

Ia, Pipi, dan keempat temannya dari Komunitas Freelatik berinisiatif mencari konsep unik yang menggambarkan budaya lokal. Mereka bahkan rela menyewa kostum sampai Kota Solo.

“Ini konsepnya kostum Gajah. Pake aja buat seru-seruan soalnya ini juga ada best costume,” imbuh Pipi.

Di samping keunikan kostum para peserta, ajang lari kali ini juga pertama kali membuka kategori anak, Kids Dash khusus usia 4-9 tahun. Diharapkan lahir bibit atlet lari dari peserta anak-anak tersebut.

Penyelenggara Harian Kompas bersama Pemkot Semarang telah menentukan batas akhir peserta menuju garis finish selama 2 jam hingga pukul 08.00 WIB. Meski begitu banyak finisher yang tiba di menit ke-30.

Usai mengitari ikon Kota Semarang dan berhasil menembus garis finish, peserta berbondong-bondong memasuki area balai kota untuk mendinginkan tubuh setelah pertandingan.

Puluhan booth kuliner juga berderetan di sekeliling Gedung. Antuasiame peserta terlihat dari padatnya booth itu, khususnya kuliner lokal. Perhelatan ini dinilai berhasil megobati rindu penghobi lari pada event lari di Kota Semarang.

https://regional.kompas.com/read/2022/12/18/204006878/mengintip-keseruan-event-lari-semarang-10k-peserta-pakai-kostum-gembel

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke