Salin Artikel

Menjajal Jalur Pendakian Hutan Hujan Sumatera, Bukit Daun Si Penghasil Air Bersih untuk 5 Kabupaten Bengkulu

BENGKULU, KOMPAS.com - Hutan hujan (rain forest) di Pulau Sumatera dikenal surganya beragam flora dan fauna dilindungi. Selain tutupan pepohonan yang masih relatif terjaga. suasana rimba kental terasa.

Hujan sepanjang waktu mengakibatkan padang lumut tumbuh subur di tanah, akar, hingga batang pohon. Hijau meneduhkan mata.

Kompas.com berkesempatan menjajal rimba hutan hujan di Sumatera tepatnya Bukit Daun yang berada dalam kawasan hutan lindung bukit daun.

Ketinggian bukit daun yang mencapai 2.467 meter di atas permukaan laut (Mdpl) merupakan wilayah tertinggi di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.

Pendakian dilakukan bersama tim pendaki Pencinta Alam Sosial Politik (Palasostik) Fisip- Universitas Bengkulu.

Kami masuk melalui jalur Desa Sentral Baru, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu dan melakukan registrasi pada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat.

Usai registrasi, perjalanan masih bisa ditempuh menggunakan mobil menuju pintu rimba yang terletak di perkebunan teh milik PT. Agrotea. Layaknya izin melintas, registrasi di pos PT. Agrotea juga kami lakukan.

Selama perjalanan dari PT. Agrotea menuju pintu rimba, mata akan dimanjakan dengan bentangan tanaman teh hijau. Perjalanan kurang lebih selama satu jam dengan jalan kaki, di mana medan jalan terus mendaki.

Rombongan baru sampai di pintu rimba pada malam hari. Akhirnya tim Palasostik memutuskan bermalam dengan tenda, memasak, dan mulai menghangatkan badan karena cuaca dingin disertai kabut.

Semakin malam, rasa dingin semakin menjadi. Keputusan membuat api unggun kecil adalah pilihan tepat sembari menunggu fajar menyingsing.

Pagi hari selepas dari pintu rimba perjalanan dimulai. Jalur pendakian terlihat menanjak tak ada jalan yang datar.

Sepanjang perjalanan ditemui beberapa spot bekas perkebunan ilegal, ilegal logging, juga jalur motor untuk mengangkut kayu curian.

Total waktu pendakian 8 jam dengan jalur mendaki pada kemiringan 40 derajat hingga 70 derajat. Termasuk jalur berat.

Pemandangan hutan perawan terlihat memasuki shelter dua dengan kerapatan pohon dan kabut yang menyelimuti sepanjang pendakian. Di shelter dua pendaki bisa menambah asupan air pada beberapa sumber air setempat.

Tak diketahui pasti mengapa bukit itu dinamakan Bukit Daun. Namun tim Palasostik menyebut melimpahnya dedaunan yang mengendap lalu menjadi humus setebal 30 sentimeter hingga 1 meter lebih di kawasan tersebut mungkin bisa menjadi asal usul nama.

"Ditemukan humus dedaunan yang gugur sangat tebal. Mungkin itu pertimbangan dinamakan Bukit Daun," kata Bima salah seorang tim Palasostik.

Memasuki puncak di shelter dua, sejauh mata memandang selain pepohonan terdapat hamparan lumut menghijau yang tumbuh di tanah, akar, hingga batang kayu. Sebuah pemandangan yang luar biasa.

Dengan jalur yang terus mendaki, hujan tak berkesudahan akibatkan badan selalu basah serta durasi waktu 8 jam wajar kiranya urat kaki berasa keram bercampur letih, juga mengantuk. Semua itu akan terobati ketika mencapai puncak Bukit Daun.

Hijau kanopi pepohonan membentang warna-warni sebuah danau di puncak bernama Danau Telapak Kaki merupakan obat mujarab pengobat letih.

Cuaca dingin menjadi ancaman di Bukit Daun. Suhu mencapai 12 derajat, kebutuhan pakaian hangat sangat penting guna menghindari serangan hypothermia.

Salah seorang pendaki sempat terkena gejala hypotermia tangan dan kaki mengunci tak bisa digerakkan akibat dingin menyerang serta suhu tubuh yang ikut menurun.

Bukit Daun merupakan penghasil air bersih bagi 5 kabupaten di Provinsi Bengkulu. Ancaman perambahan, ilegal logging, serta perkebunan selalu membayangi wilayah itu.

"Kawasan ini merupakan suplai air bagi banyak masyarakat Bengkulu. Semoga dapat terjaga dari perambahan dan ilegal logging. Karena bila kawasan ini hancur maka ribuan masyarakat di Bengkulu terancam kekeringan," ucap Bima.

Kabut tebal kembali datang di puncak Bukit Daun menutup semua pandangan. Dingin semakin menusuk tulang. Bunyi angin bergemuruh menerpa dedaunan menghasilkan irama gemuruh. Kawasan ini sejatinya tidak ramah terhadap pendaki.

https://regional.kompas.com/read/2022/11/24/105133578/menjajal-jalur-pendakian-hutan-hujan-sumatera-bukit-daun-si-penghasil-air

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke