Salin Artikel

Seorang Wanita Penyadap Karet Ditemukan di Dalam Perut Piton, Bagaimana Ular Bisa Menelan Manusia?

Zahara merupakan seorang penyadap karet yang tinggal di Desa Terjun Gajah, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjab) Barat, Jambi.

Awalnya, pada Minggu (23/10/2022) pagi, Zahara berangkat dari rumah untuk menyadap karet.

Hingga sore, korban tak kunjung pulang. Sekitar 300 warga ramai-ramai mencari keberadaannya di kebun karet. Namun warga tak menemukan jejak apa pun.

Keesokan paginya sekitar pukul 09.00 WIB, warga menemukan ular sepanjang 6 meter di sekitar kebun karet.

"Ular itu ditangkap dan kemudian dibunuh warga. Karena curiga perutnya yang besar, maka dibedah. Di sana kita temukan jenazah Ibu Zahara," kata warga Desa Terjun Gajah, Birin melalui sambungan telepon, Senin (24/10/2022).

Bagaimana ular bisa memangsa manusia?

Kejadian yang menimpa Zahara adalah kasus kesekian kalinya ular piton menelan manusia di Indonesia.

Pada 2017, seekor ular piton atau sanca kembang dengan panjang mencapai tujuh meter di Desa Salubiro, Karossa, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, dilaporkan memangsa seorang petani kelapa sawit di desa tersebut.

Pada 2018, seorang perempuan usia 54 tahun di Muna, Sulawesi Tenggara, ditemukan dalam tubuh seekor ular sanca sepanjang tujuh meter.

Sejauh ini ular yang menelan manusia, di Indonesia, jenisnya sama yaitu ular sanca kembang (Python reticulatus), menurut Herna Hadi Prasetyo dari lembaga penanganan ular, Sioux Indonesia.

Jenis ular ini ada di hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali di Papua.

Mereka memangsa mamalia ukuran besar yang bisa 10 kali lebih besar dari ukuran mulut mereka, kata Herna.

Ular piton atau sanca kembang (Python reticulatus) merupakan ular yang sangat kuat.

Mereka melumpuhkan lawan atau mangsa dengan melilitnya, menghancurkannya, dan membunuhnya sampai mati lemas atau menderita serangan jantung.

Namun memakan mangsanya adalah masalah lain.

Ular piton tidak mengunyah makanan mereka, tapi menelan utuh mangsanya.

Rahang mereka dihubungkan oleh berbagai ligamen yang sangat fleksibel sehingga rahangnya mampu meregang jika memakan mangsa dalam ukuran besar.

"Faktor yang membatasi adalah tulang belikat manusia karena mereka tidak bisa dilipat," ujar Mary-Ruth Low, staf konservasi & riset dari lembaga Wildlife Reserves Singapore sekaligus pakar ular piton kepada BBC dalam wawancara beberapa waktu lalu.

Menurut Herna, ular sanca biasanya menanti di atas pohon, untuk kemudian ketika mangsanya lewat dia akan menjatuhkan diri lalu membelitnya.

Namun, sesekali mereka bisa bernasib nahas. Seperti yang dialami seekor ular di Riau pada Oktober tahun lalu.

Orang yang diserangnya melawan dan akhirnya ular sanca itu yang mati dan jadi santapan warga desa.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/29/060000678/seorang-wanita-penyadap-karet-ditemukan-di-dalam-perut-piton-bagaimana-ular

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke