Salin Artikel

Ketika Musik Indie Digandrungi Anak Muda Semarang

Di samping merebaknya pagelaran konser musik band nasional yang masif, ternyata band-band indie di Kota Lumpia tak ingin kalah menunjukkan pesonanya.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya antusiasme band-band lokal Semarang disejumlah event musik, seperti Incuba Fest dan Swaswa Fest.

Dalam pagelaran itulah, band lokal Semarang seperti Soegi Bornean, Good Morning Everyone, Figura Renata, Ambulance Panic Voice, Soulgroove, Pyong-pyong Rock, Ra Bersinar, dan lain sebagainya bisa memamerkan karya-karyanya.

Uniknya, band-band lokal asal Semarang ini juga memiliki genre dan jenis musik yang beragam. Mulai dari pop, pop folk, pop punk, emo, hingga rock.

Menurut salah satu anggota band Ambulance Panic Voice (APV), Samid, perkembangan industri musik, terlebih band indie di Kota Semarang sudah tampak menggeliat.

Selain band musik yang bertambah banyak, penikmat musik di Kota Semarang juga turut menjejaki.

"Penikmat musik kami di Kota Semarang terbilang banyak. Meski genre APV itu Pop Punk, sebisa mungkin kita membuat karya yang easy listening agar mudah diterima masyarakat," jelas bassis APV kepada Kompas.com, Selasa (25/10/2022).

Tentu, band yang berdiri sejak tahun 2013 itu mempertahankan eksistensi bermusiknya dengan cara mengikuti perkembangan musik zaman sekarang. Pastinya, tak melupakan akar genre musik khas APV.

"Sampai sekarang APV masih eksis juga harus mengikuti perkembangan musik. Karena banyak band sekarang yang lebih modern dalam bermusik," tutur Samid.

Selain APV, ada pula band indie asal Semarang, Soulgroove yang mengembangkan genre pop groovy dalam karya-karyanya.

Keyboardis Soulgroove, Ricky, menuturkan, lagu-lagu yang dibuat Soulgroove itu membawa ciri khas dengan pembawaan yang ringan.

Bukan tanpa alasan band pop asal Semarang itu menggunakan ciri tersebut. Ricky menyebut, Soulgroove sering tampil di panggung pesta pernikahan, cafe, ataupun panggung besar.

Sehingga, dengan pembawaan lagu pop yang ringan, banyak penikmat yang akan tertarik dan suka dengan karyanya.

"Kita bikin lagu yang bisa masuk ke telinga manapun," jelas Ricky.

Tak ada wadah khusus

Perkembangan industri musik di Kota Semarang mulai bermuara pasca pandemi Covid-19. Meski demikian, tak sedikit pelaku seni musik yang mengeluhkan kendala dalam bermusik di Kota Atlas ini.

Menurut Ricky, Kota Semarang belum mempunyai wadah khusus yang menaungi band-band indie untuk bertumbuh.

"Mungkin wadahnya yang belum ada. Hanya saja kita sering kumpul, sharing-sharing bareng anak-anak band Semarang. Itu pun yang satu circle. Karena di Semarang banyak sekali," jelas Ricky.

Tak hanya itu, Ricky menambahkan, Kota Semarang belum memiliki tempat khusus untuk bermusik dan menghasilkan band layaknya Sayidan yang menghasilkan Shaggydog. Ataupun Gang Plotot yang menghasilkan Slank.

Hal senada juga disampaikan oleh gitaris Soegi Bornean, Aditya Ilyas. Menurut Ilyas, ruang bermusik di Kota Semarang masih terbatas.

Mau tak mau, musisi indie yang tersebar di Kota Semarang ini harus mencari alternatif sendiri.

"Ruangnya masih terbatas. Sebenarnya ini mulai ada gigs gigs, tapi hanya di genre tertentu. Kalau yang lebih soft itu belum ada di Semarang," jelas Ilyas.

Dengan itu, Ilyas yang juga selaku Event Director Incuba Fest ini menuturkan, kedepannya event tahunan itu akan lebih banyak mengundang band lokal asal Semarang dan membuat event musik mini.

"Kita juga pengen bikin semacam Incuba Fest tapi versi mini. Perbulan ganti genre, jadi reguler event. Biar band-band lokal Semarang bisa dikenal masyarakat," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/28/164817978/ketika-musik-indie-digandrungi-anak-muda-semarang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke