Salin Artikel

Cerita Warga Sungai Hanyaan Jayapura Kesulitan Air Bersih, Terpaksa Tampung Tetesan dari Pipa di Jembatan

Selama bertahun-tahun, mereka secara bergantian menampung air bersih dari pipa milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di bawah Jembatan Sungai Hanyaan, di dekat Jalan Raya Entrop-Hamadi, Kota Jayapura.

Jika ada uang, warga terpaksa membeli air dari tangki untuk kebutuhan sehari-hari.

Pada Sabtu (22/10/2022) sore, seorang warga bernama Michael Bobari dan istrinya Salomina Numberi menampung air di bawah Jembatan Sungai Hanyaan. Mereka menampung air menggunakan perahu di bawah jembatan.

Di perahu itu, terdapat beberapa ember, loyak, dan coolbox, yang digunakan untuk menampung air. Michael terlihat memasang selang dari pipa PDAM dan menyalurkannya ke sejumlah wadah di perahu.

Air dari pipa milik PDAM itu tak mengalir deras. Butuh waktu untuk mengisi wadah yang telah disiapkan.

Air yang ditampung tersebut, kata Michael, akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak hingga mandi.

“Awalnya kita menimba air dari pipa PDAM yang bocor di pinggir jembatan Sungai Hanyaan, tetapi sudah ditutup PDAM, sehingga kita terpaksa menimba air dari pembuangan air PDAM yang ada juga di pinggir jembatan sungai,” ungkapnya sambil berbincang-bincang dengan Kompas.com sambil menimba air di atas perahu fiber, Sabtu.

Berjam-jam menadah air

Menurut Michael, sudah hampir puluhan tahun warga kesulitan mendapat air bersih. Setiap hari, warga harus menampung air menggunakan perahu di pinggir jembatan.

Michael menjelaskan, butuh waktu berjam-jam untuk menampung air bersih tersebut. Untuk memastikan seluruh wadah penampung air penuh, butuh waktu dari sore hingga tengah malam.

“Ada pengalaman kami pernah timba air dari sore sampai subuh pukul 03.00 WIT barulah semua tong penampung air yang kita bawa dalam perahu semuanya penuh,” jelasnya sambil menceritakan pengalamannya menimba air berjam-jam.

“Sabtu kemarin sore saja kita timba air dari sore sampai jam 22.00 WIT. Itu pun hanya sebagian tong saja yang penuh, sedangkan sebagian lainnya masih kosong,” jelas Michael saat berbincang di rumahnya, Minggu (23/10/2022).

Tak hanya Michael, puluhan keluarga di pinggir Sungai Hanyaan juga menampung air dari pipa di bawah jembatan itu sejak 2009 hingga saat ini. 

“Jika ada warga yang lebih dulu menadah airnya, maka kita harus menunggu lagi berjam-jam, sehingga kita bisa giliran untuk menadah lagi air. Begitulah kondisi kita lantaran kesulitan mendapatkan air bersih,” ucapnya.

Beli air atau menunggu hujan

Sementara itu, warga lainnya, Yahya Numberi (58), mengungkapkan hal yang sama mengenai kondisi warga di pinggir Sungai Hanyaan kesulitan mendapat air bersih.

Menurutnya, tak hanya menadah air dari pipa di bawah jembatan, warga juga harus membeli air bersih dari tangki.

“Kalau ada berkat, maka kita beli air menggunakan tangki, sehingga bisa mengisi semua kebutuhan air bersih bagi keluarga kami yang ad di rumah ini,” ungkapnya saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Minggu (23/10/2022).

Untuk membeli air dari tangki, pria yang berprofesi sebagai pendeta itu harus mengeluarkan uang Rp 200.000 hingga Rp 250.000. Biaya itu dikeluarkan untuk mengisi semua tong air di rumah.

“Air tangki yang kita beli sekitar Rp 100.000 yang berukuran 5.000 ml. Sekarang harga air sudah naik sekitar Rp 120.000. Kalau ada uang kita beli air di tangki, kalau tidak ya kita harus tadah air menggunakan perahu,” kata Yahya.

Yahya menyebut, air yang dibeli dari tangki itu bisa digunakan satu hingga dua hari. Air itu dipakai untuk mandi, mencuci, dan memasak.

“Air tangki ini kita gunakan paling lama dua hari sudah habis. Setelah itu ya kita harus timba air menggunakan perahu lagi seperti biasa. Hal ini sudah kita lakukan selama puluhan tahun di sini,” bebernya.

Salah satu upaya mendapat air bersih lainnya adalah ketika hujan deras mengguyur wilayah itu. Yahya bersama warga lain di pinggir sungai biasanya menadah hujan untuk mengisi tong air di rumah.

“Kalau air hujan turun, maka kita bisa tadah di tong air yang ada di rumah. Inilah salah satu harapan kita untuk mendapatkan air bersih dari hujan yang turun,” ucap pria paruh baya ini.

Mereka meminta PDAM memasang pipa air di wilayah tersebut. Namun, sampai saat ini tidak ada respons dari PDAM di Jayapura.

Pada 17 Agustus 2022, Yahya mendatangi Kantor PDAM Jayapura untuk meminta pemasangan pipa air ke rumahnya dan warga lainnya di pinggir Sungai Hanyaan.

“Waktu saya ke PDAM mau bayar biar air masuk, petugas di kantor bilang nanti kita survei lokasi dulu setelah itu baru dibayar, sehingga dilakukan penyambungan pipa air ke rumah saya dan beberapa warga yang membutuhkan air bersih selama ini,” ungkap Yahya.

Hingga akhir Oktober, tak ada petugas PDAM yang dikirim untuk melakukan survei dan pemasangan pipa ke rumahnya dan warga lain. 

“Saya bilang kepada mereka (petugas PDAM) untuk datang pasang air. Berapa biayanya nanti kita bayarkan. Bila perlu kita beli dan siapkan pipa untuk menyambung air ke rumah, tapi sampai saat ini belum ada petugas yang datang survei untuk pasang air PDAM,” ungkapnya.


Ia berharap, laporan pada Agustus itu direspons PDAM. Sehingga, PDAM mengirim petugas untuk melaukan survei dan pemasangan pipa air ke wilayah tersebut.

“Kami harapkan PDAM bisa merespons keluhan warga yang sudah puluhan tahun ini kesusahan air bersih. Biar dilakukan survei dan pemasangan air bersih dari PDAM, supaya warga tidak kesusahan air bersih lagi di wilayah Sungai Hanyaan Entrop,” harapnya.

Tanggapan Dirut PDAM Jayapura

Dirut PDAM Jayapura Entis Sutisna akan memeriksa langsung laporan warga terkait pemasangan pipa di sekitar Sungai Hanyaan, Kelurahan Entrop, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, pada Agustus itu.

"Saya cek," kata Sutisna lewat pesan WhatsApp, Senin (24/10/2022).

Menurut Sutisna, ada syarat administrasi dan teknis yang harus dipenuhi untuk pemasangan pipa air PDAM. Namun, ia tak menyebutkan secara rinci syarat tersebut.

“Saya coba cek di perencanaan. Saya lagi cek di perencanaan apa sudah masuk atau belum,” katanya.

Sutisna meneruskan surat yang menyatakan telah dilakukan survei untuk pemasangan pipa bagi pelanggan, tetapi hal itu ditunda karena debit air menurun dan jarak pipa distribusi ke pelanggan sekitar 300 meter.

“Nanti saya cek kembali. Nanti saya diskusikan dulu apa air bisa bagus atau tidak mengalirnya. Sudah di survei jarak cukup jauh dari pipa distribusi 300 meter, makanya masuk daftar tunggu,” ucapnya.

“Mereka belum melaporkan secara teknis,” pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/24/095948378/cerita-warga-sungai-hanyaan-jayapura-kesulitan-air-bersih-terpaksa-tampung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke