Salin Artikel

Kasus Pencabulan Anak Meningkat di Ambon, Ini Pendapat Pakar

Dalam bulan Oktober ini, tercatat sudah ada empat kasus kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur di Kota Ambon.

Bahkan salah satu bocah korban pemerkosaan mengalami pendarahan.

Ironisnya para pelaku kekerasan seksual terhadap anak di Ambon rata-rata masih berusia remaja dan masih berstatus sebagai pelajar.

Pemerhati masalah perempuan dan anak dari Yayasan Lingkar Pembedayaan Perempuan dan Anak (Lappan) Maluku, Bayhajar Tualeka menyikapi fenomena tersebut.

Menurut Bay, sapaan akrabnya, ada beberapa faktor yang memengaruhi tingginya angka kasus kekerasan seksual terhadap anak di Ambon.

Seperti pengaruh media sosial dan kemajuan teknologi, faktor lingkungan serta gaya hidup dan pergaulan bebas.

“Kalau pengalaman saya ya, media sosial dan kemajuan teknologi punya pengaruh yang besar (terhadap kasus kekerasan seksual), memang ada positif ada negatif tapi kalau disalahgunakan kadang-kadang namanya juga anak-anak rasa ingin tahunya tinggi,” kata Bay yang juga Ketua Lappan Maluku ini kepada Kompas.com Selasa (18/10/2022).


Dia meminta setiap orangtua dan sekolah dapat lebih meningkatkan pengawasan terhadap anak dalam penggunaan teknologi termasuk saat mengakses internet.

Sehingga orangtua harus melakukan kontrol.

Anak-anak boleh menggunakan teknologi namun harus diawasi.

"Ada konten porno jangan diakes, dan kalau ada orang yang tidak dikenal ajak untuk ketemu lewat medsos jangan ditanggapi,” kata dia.

Faktor kedua, kata Bay, adalah soal gaya hidup dan kurangnya perhatian orangtua terhadap anaknya.

Menurutnya perhatian orangtua kepada anak yang minim membuat anak memilih mencari kenyamanan di luar rumah sambil berinteraksi dengan dunia luar.

Dalam beberapa kasus, anak-anak yang dipengaruhi gaya hidup berlebihan akan mudah dipengaruhi.

“Mereka dipengaruhi dengan gaya hidup misalnya pingin punya handphone yang bagus, terus pingin punya pulsa lalu teman kadang-kadang mengajak mereka ke hal-hal yang tidak baik, jadi pergaulan ini juga penting,” ungkapnya.

Ia mengaku kasus kekerasan terhadap anak di kota Ambon sangat tinggi setiap tahun bila dibanding dengan 10 kabupaten kota lainnya di Maluku.

Umumnya kasus kekersan seksual yang terjadi di Ambon selama ini rata-rata pelakunya adalah orang-orang terdekat korban.

“Itu berarti fenomenanya di rumah sudah tidak aman, di lingkungan masyarakat tidak aman dan di sekolah juga tidak aman,” katanya.


Untuk meminimalkan angka kasus kekerasan seksual terhadapa anak di Kota Ambon maka harus ada keterlibatan semua pihak untuk melakukan pencegahan baik itu dari orangtua, pemerintah, pihak sekolah, lembaga keagamaan, tokoh agama hingga komunitas.

“Pencegahan untuk kasus kekerasan seksual itu harus juga dilakukan melalui pendidikan formal, informal melalui edukasi yang dilakukan semua elemen masyarakat,” katanya.

Khusus kepada orangtua dan sekolah, upaya pengawasan terhadap anak harus secara terus menerus dilakukan.

“Lalu apa yang harus dilakukan ketika ada korban, nah ini harus dipastikan korban harus tertangani baik secara hukum, pemulihan psikologi dan secara medis dan juga harus dipastikan bahwa korban tidak boleh disalahkan,” ungkapnya.

Senada dengan Bay, Pakar Psikologi dari Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, Junita Sipahelut mengatakan pengaruh media sosial dan pergaulan bebas dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi terjadinya kasus kekerasan seksual terhadap anak.

“Ya, media sosial itu sangat berpengaruh sekali karena media sosial itu ikut membentuk karakter anak, kalau mereka sering nonton film porno itu akan berpengaruh apalagi pergaulannya bebas dan tidak ada pengawasan orangtua, ini bahaya,” ungkapnya kepada Kompas.com.

Ia menambahkan cara pandang anak saat ini tentang dunia seks sangat berbeda jauh dengan anak di zaman dulu. Anak saat ini kerap melakukan eksperimen atas apa yang mereka lihat dan saksikan di media sosial.

“Jadi cara pandang mereka (anak) saat ini tentang seks dengan anak yang dulu jauh berbeda karena ada yang mempengaruhi, seperti medsos, pergaulan bebas, lingkungan dan sebagainya,” katanya.

Ia pun meminta orangtua lebih mengawasi anak-anaknya dan sebisa mungkin menyediakan waktu untuk berkonsultasi dengan anaknya terkait persoalan apa saja yang dihadapi, begitu pun sekolah juga harus melakukan pengawasan yang sama.

“Dan sebaiknya sejak dini itu orangtua sudah harus memberikan pendidikan seks kepada anak-anaknya, tentu dalam rangka pencegahan,” katanya.

Terkait rentetan kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di Ambon akhir-akhir ini ia mengaku sangat prihatin.

Karena itu orangtua, sekolah, pemerintah dan semua lapisan masyarakat di Ambon harus dapat mengambil langkah kongkret untuk melindungi setiap anak.

“Tentu ini menjadi keprihatinan kita bersama karena itu persoalan ini juga harus menjadi tanggung jawab kita semua untuk mencegah kasus-kasus ini kembali terjadi,” katanya.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/19/071919178/kasus-pencabulan-anak-meningkat-di-ambon-ini-pendapat-pakar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke