Salin Artikel

Lord Thong Thong Shod, Pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandowo Kisahkan Rakyat Kecil yang Jadi Pemimpin

Salah satu penampilan menarik dalam pembukaan FKL Semarang ini diwarnai oleh pertunjukan Wayang On The Street oleh komunitas seni Ngesti Pandowo.

Pada pertunjukan kali ini, Ngesti Pandowo mengisahkan lakon Petruk sebagai rakyat kecil yang memiliki keberuntungan menjadi seorang pemimpin.

Cerita yang dikemas dalam judul “Lord Thong Thong Shod” ini menjadi suatu kritik pada masyarakat kita yang kerap menganggap rakyat kecil tidak bisa apa-apa.

Pelaku wayang orang Petruk, Paminto Widi Legowo, mengatakan, banyak pesan yang hendak disampaikan pada pertunjukan yang diselenggarakan di Schouwburg LAROKA, Kota Lama, Semarang.

Dirinya menyebutkan, masyarakat kecil bukanlah komoditas yang bisa diinjak-injak. Justru, mereka punya banyak kelebihan yang bisa lebih berperan untuk sekitar.

"Jangan menyepelekan rakyat kecil, karena kecil itu bukan kecil semuanya. Rakyat itu punya kecerdasan yang melebihi pejabat ada, yang punya wawasan luas dari pejabat juga ada," tutur Paminto kepada Kompas.com, Kamis (15/9/2022) malam.

Tidak hanya itu, Paminto juga menuturkan, rakyat kecil terkadang dianggap remeh lantaran tidak memiliki harta melimpah, ataupun penampilan yang megah.

Stigma tersebut, imbuh Paminto, menjadi salah satu faktor yang membatasi dam tidak memajukan bangsa Indonesia.

"Jangan memandang strata, tapi nilailah intelektualnya. Karena negara bisa maju karena intelektualnya. Pejabat itu hanya mengatur, tapi rakyat yang mengawasi," tutur dia.

Sementara itu, Director Lord Thong Thong Shod, Bagas Surya Muhammad, menuturkan, pertunjukan wayang orang ini pada dasarnya dikemas dengan genre komedi.

Hanya saja, dirinya ingin menyampaikan pesan tersebut kepada masyarakat melalui cerita Petruk, tokoh Punakawan sebagai rakyat kecil yang berkesempatan menjadi ratu sementara.

"Saya kemas Thong Thong Shod itu padat dan praktis untuk mengetahui siapa sisi prabu Tong Thong Shod," jelas Bagas.

Lantaran demikian, Bagas mengaku, dirinya tidak tahu secara rinci sejarah dibalik nama Thong Thong Shod.

Yang jelas, Thong Thong Shod dapat mewakili suara rakyat yang tak terdengar.

"Karena lakon wayang seperti ini biasanya yang digunakan untuk mengritik pemerintah. Mungkin itu jadi rahasia panggung dan orang-orang zaman dulu juga," tutur dia.

Meski sudah berusia 85 tahun, tambah Bagas, eksistensi komunitas seni Ngesti Pandowo masih bertahan hingga sekarang.

Dengan itu dia berharap, masyarakat Indonesia, terlebih Kota Semarang bisa lebih menghargai seni budaya dengan melihat pertunjukan-pertunjukan seni.

"Dengan generasi muda yang bangkit kembali dengan semangat baru. Kami masih yakin bahwa generasi Ngesti Pandowo masih kuat dan kami masih ada," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/17/054623378/lord-thong-thong-shod-pertunjukan-wayang-orang-ngesti-pandowo-kisahkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke