Salin Artikel

"Keseimbangan" dalam Inersia, Tari Tradisional Lampung Bernuansa Kontemporer

LAMPUNG, KOMPAS.com - Aksi "penolakan" tidak melulu berarti negatif serta harus dilawan secara keras dan solid.

"Penolakan" bisa menjadi momentum untuk berkonsolidasi secara alami maupun mengambil pelajaran dari hal negatif tersebut.

Sedikit banyak pengalaman ini hendak dibagikan Kiki Rahmatika, seorang koreografer dan penari asal Lampung dalam karyanya berjudul "Inersia" yang ditampilkan di Lamban Akas, Bandar Lampung, Minggu (11/9/2022) sore.

Konsep penolakan yang tidak perlu dilawan ini diejawantahkan Kiki dalam bentuk tarian tradisional Lampung bernuansa kontemporer.

Sebuah kuali ukuran besar menjadi lantai Kiki menari. Gerakan-gerakan tari bertumpu sepenuhnya pada efek pendulum dari kuali.

Ketika kaki kiri menjejak, kuali bergerak miring dengan sisi tertinggi di sebelah kanan. Begitu juga ketika tubuhnya condong ke depan, sisi tertinggi kuali berada di belakang.

Secara garis besar, Kiki mengatakan, pertunjukan 13 menit yang ditaja bersama Hujan Hijau Dance-Lab ini mencoba menerjemahkan arti Inersia, yakni keseimbangan.

"Inersia ini merupakan sifat suatu benda untuk mempertahankan kedudukan, posisi dan keadaannya," kata Kiki, Minggu sore.

Riset sejak 2019

Kiki mengungkapkan, tari eksperimental ini tercetus ketika dia melakukan perjalanan dengan bus. Saat itu bus mengerem secara tiba-tiba, sehingga tubuhnya terdorong ke depan.

Momen "penolakan" kemudian dia rasakan saat bus kembali mengerem.

Dari situ, Kiki melakukan riset tentang konsep keseimbangan. Terhitung riset yang dilakukannya dimulai sejak 2019 hingga 2022.

Dalam riset ini, Kiki dimentori koreografer tari dunia di antaranya Arco Renz (Eropa), Nanako Nakajima (Jepang), dan Padmini Chettur (India).

"Kenapa kuali? Secara pribadi, kuali besar ini simbol dari tradisi di keluarga, awalnya saya pakai kuali milik ibu saya yang merupakan warisan dari nenek, tapi sudah pecah dipakai latihan," kata Kiki.

Gerakan pendulum dari kuali juga memungkinkan Kiki lebih mendalami bagaimana dia bernegosiasi dengan unsur "penolakan" itu.

Seperti bagaimana dia harus bersikap ketika hendak jatuh, atau menyesuaikan posisi ketika kuali bergerak.

"Penolakan bukan sesuatu yang harus disikapi negatif, kita bisa mendapatkan pelajaran dan awareness," kata Kiki.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/12/090849278/keseimbangan-dalam-inersia-tari-tradisional-lampung-bernuansa-kontemporer

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke