Salin Artikel

"Solar Naik, Tangkapan Belum Tentu Banyak, Bingung Mau Melaut..."

Sehaeri (42) warga Kenjeran mengaku bahwa situasi ini membuat ia harus berpikir keras. Harga solar yang dibanderol Rp 6.800 per liter membuat dirinya harus memikirkan uang tambahan agar bisa melaut.

"Harganya sudah naik, untungnya belum sulit cari Solar, tapi kalau begini situasi kita semakin sulit. Solarnya naik, hasil tangkapan belum tentu banyak, bingung kalau dipikir mau melaut apa enggak," ucap dia kepada Kompas.com, Minggu (11/9 /2022).

Menurut Sehaeri, ia dan para nelayan lainnya harus mulai menyiasati naiknya harga solar. Karena mau tidak mau dia mesti turun ke laut. 

"Tapi bagaimanapun kita harus tetap melaut, kasihan anak dan istri dirumah mau dikasih makan apa, wong penghasilannya dari ini saya, semoga saya rezeki saya lancar," kata dia.

Sehaeri menuturkan, kini dia harus mengurangi takaran solar saat pergi melaut karena naiknya harga. 

"Ya kalau saya beli seumpama 100 ribu dapat 94 liter sekarang dengan uang segitu kan berkurang, itu yang jadi masalahnya," terang dia.

Sehaeri mengaku tidak tahu bahwa elompok nelayan juga akan mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) BBM. Hingga kini, kata dia, belum ada pemberitahuan atau pun sosialisasi terkait BLT BBM.

"Enggak tahu tuh, biasanya ada yang ngabarin sesama nelayan, semoga saja dapat juga," cetus dia.

Roni Saputra (48), nelayan warga Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran juga merasakan dampak kenaikan harga Solar.

Selama ini, hasil tangkapannya di laut juga tak selalu mujur.

"Yang lokasi yang kita datangi belum tentu banyak ikannya, belum lagi kalau sudah cuaca buruk, jadi risikonya dobel. Ditambah sekarang Solar harganya naik," kata dia saat dihubungi melalui sambungan telepon WhatsAap.

Roni mengaku harus berpikir dua kali untuk melaut sejak harga Solar naik.

"Kalau lagi enggak mood atau kondisi batin kita kurang bagus saya enggak melaut, eman-eman (sayang) solarnya. Semoga saja pascakebijakan ini rezeki para nelayan ini mujur terus," cetus dia.

Roni berpendapat, bantuan dari pemerintah berupa BLT BBM kurang tepat, karena sifatnya hanya sementara.

"Nanti ada bantuan tapi tak terus, kan sama saja kita cuma apus-apusi, paling bertahan 3 bulan, selebihnya sudah enggak lagi," terang dia.

Dirinya masih berharap BBM harganya turun kembali, karena bagi Roni cara itu jauh lebih baik,

"Weslah kembalikan saja harganya kayak kemarin, itu jauh lebih bagus dari pada ada bantuan apa gitu tapi sementara," pungkas dia.

Penjelasan pemerintah

Sementara itu, Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) belum secara gamblang menanggapi keluhan nelayan.

"Kalau itu kewenangan kementerian ya, memang kami juga belum tahu persis nanti bantuannya seperti apa," kata  Kepala Bidang Perikanan DKPP Surabaya Ipong Wisnoe Wardhono.

Ipong, saat ini upaya yang sudah dilakukan Pemkot Surabaya adalah berkoordinasi dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. 

Koordinasi dilakukan untuk memastikan bentuk bantuan kepada para nelayan setelah adanya kenaikan harga solar.

"Kami belum pas mengerti bentuknya apa bantuan ini, kami masih berkoordinasi dengan dinas perikanan Jatim, karena kalau kenaikan BBM ini sekala nya nasional. Reelnya bantuannya seperti apa kami masih menunggu, karena kami juga di bawan Kementerian Perikanan dan kelautan di pusat," pungkas ia.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/11/175905478/solar-naik-tangkapan-belum-tentu-banyak-bingung-mau-melaut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke