Salin Artikel

Rumah Baca Apung Tambak Lorok Semarang Riwayatmu Kini

SEMARANG, KOMPAS.com - Kondisi Rumah Baca Apung di kawasan Tambak Lorok, Kelurahan Tanjung Mas, Kota Semarang, kini tampak sepi dan tak terawat.

Buku-buku bacaan berserakan, jembatan penghubung putus, tak ada bohlam lampu, dan lantai yang dipenuhi pasir cokelat sisa-sisa abrasi.

Tak hanya itu, bangunan berukuran 10 meter×14 meter itu seperti bagunan terbengkalai.

Pintu besi tekunci, cat bangunan terkelupas, ditambah pula beberapa penyangga kayu sudah mulai melapuk.

Rumah Baca Apung yang diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, pada 2016 itu awalnya disebut sebagai pilot project rumah baca apung pertama di Indonesia.

Hanya saja, setelah diresmikan 6 tahun lalu, belum ada lagi pembaharuan dan kelanjutan dari pihak Kementerian PUPR.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua RT 001, RW 016, Tambak Rejo, Kelurahan Tanjung Mas, Achmad Arifin.

Menurut dia, kondisi Rumah Baca Apung yang semakin sepi ini diakibatkan oleh tidak adanya dukungan pendampingan ataupun operasional.

"Dari Kementerian PUPR meresmikan langsung, tapi belum ada penyerahan ke Pemerintah Kota Semarang. Sampai sekarang belum ada serah terima secara tertulis. Makanya sering lempar-lemparan," ucap Arifin, saat ditemui Kompas.com, pada Senin (5/9/2022).

Arifin mengaku kesulitan dalam mengelola dan merawat Rumah Baca Apung lantaran terkendala biaya operasional.

Tidak hanya itu, pada Februari 2022 lalu, tali jembatan penghubung Rumah Baca Apung itu terputus dan mengenai rumah warga.

Arifin lantas melapor ke pihak penanggung jawab (PUPR), namun masih belum ada perbaikan hingga sekarang.

"Tidak tanya perkembangan, cuma datang, dilihat dengan tim ahli, dicatat, tapi belum beraksi dibenahi sampai saat ini," tutur Arifin.


Harapan warga

Sementara itu, dirinya menyebut bahwa Rumah Baca Apung juga membutuhkan pendamping untuk mengawasi anak-anak yang bermain dan membaca di bangunan berlantai dua itu.

Mengingat, membaca di bangunan yang terapung di atas air memerlukan keamanan khusus dan kehati-hatian.

"Dulu masih ramai anak-anak ke sini, bahkan beberapa Sekolah Dasar (SD) dijadwalkan buat berkunjung ke sini. Tapi, sejak tahun 2021 sudah sepi tidak ada satu pun pembaca," ungkap Arifin.

Agar tetap berfungsi, imbuh Arifin, warga memanfaatkan Rumah Baca Apung sebagai tempat olahraga senam anggota Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tambak Lorok pada setiap minggunya.

Arifin berharap, Rumah Baca Apung bisa aktif kembali sebagai tempat literasi warga pesisir dengan dukungan penuh dari penanggung jawab pusat.

Hal senada juga disampaikan oleh salah satu warga Tambak Lorok, Subowo.

Menurut dia, adanya dukungan dari penanggung jawab pusat akan berpengaruh pada geliat masyarakat dalam menumbuhkan literasi di kawasan Tambak Lorok.

"Kalau dulu sebelum 2020 masih ramai sekali. Karena sekarang air pasang tinggi, pada tidak mau," ujar Bowo, sapaan akrabnya.

Dirinya menyebut, nantinya masyarakat Tambak Lorok akan turut beraksi dalam merawat Rumah Baca Apung.

Yang terpenting, terdapat penyerahan dan kejelasan dari pihak penanggung jawab.

"Mulai dari tahun 2018 kami sudah bersikeras gimana caranya Tambak Lorok tidak terkena air pasang. Kalau tidak begitu, tidak berkembang. Ke depannya akan diperbaiki perlahan," pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/05/182645078/rumah-baca-apung-tambak-lorok-semarang-riwayatmu-kini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke