Salin Artikel

Kisah Anita, Guru TK yang Menyambi Jadi Tukang Ojek demi Menyambung Hidup

Sejak tahun 2010, perempuan berusia 36 tahun ini menjadi guru honorer di sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Negeri 08 Kota Bima.

Penghasilan Anita sebagai guru honorer sangat kecil. Namun besaran gaji yang ia terima naik seiring pergantian kepala sekolah.

Setelah melewati masa pengabdian hingga belasan tahun, kini ia menerima gaji hingga Rp 2 juta dalam setahun.

Gaji yang ia terima itu diambil dari dana Komite dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) yang dicairkan dalam dua tahap atau enam bulan sekali.

"Alhamdulillah, sekarang bisa dapat satu sampai dua juta dalam setahun, dibayar enam bulan sekali," kata Anita saat ditemui Kompas.com, Kamis (1/9/2022).


Anita mengungkapkan, selama seminggu, ia masuk mengajar selama lima hari.

Dalam sehari, Anita menghabiskan waktu selama 5 jam untuk mengajar.

Di sekolah itu, ia mengajar 30 anak didik. Usianya pun beragam, mulai dari empat hingga enam tahun.

Anita bercerita dirinya pernah mendapatkan gaji Rp 600.000 per tahun. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sejak tiga tahun silam sampai sekarang, dia mengaku diberi upah Rp 1 hingga Rp 2 juta per tahunnya.

Kendati demikian, gaji yang ia dapatkan rupanya tak cukup untuk biaya hidup sehari-hari.

Dengan upah sekecil itu, Anita harus memberikan makan kedua orangtuanya yang kini sudah renta. Belum lagi untuk membayar listrik dan yang lainnya.

Ia pun harus pandai-pandai mengatur keuangan dan mencari penghasilan tambahan untuk bisa menyambung hidup.

"Kalau ngomong soal gaji, gimana ya, sebenarnya tidak cukup. Karena tidak sesuai dengan kebutuhan. Biaya hidup sekarang sangat besar, terutama kebutuhan sehari-hari yang semakin hari semakin mahal. Sementara pemasukan sedikit," ujarnya

Meski menerima gaji yang kecil, Anita tidak mau berhenti mengajar.

Baginya, mengajar bukan sekadar hobi atau cara untuk mendapatkan uang, melainkan sebuah panggilan jiwa demi dapat memberikan pendidikan bagi generasi bangsa. Dia pun tetap senang menjalani profesinya.

"Saya ikhlas mengajar, bukan gaji yang kita tuntut. Bagi saya pendidikan anak-anak itu sangat penting. Kebetulan saya senang dan nyaman sama anak-anak. Kalau pun tidak digaji, enggak apa-apalah, kan ada pahala yang kita dapat," tuturnya

Anita mengakui, kesejahteraan guru honorer memang masih terpuruk. Ibarat api yang jauh dari panggang. Tentu saja, hal itu tidak berbanding lurus dengan jasa guru yang mengajari murid hingga menjadi pandai.

"Gaji yang kita dapat dari guru honorer masih jauh dari kata layak. Harusnya ini ada perhatian serius dari pemerintah," kata dia.

Dengan penghasilan kecil itu, Anita kini harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan sampingan pun dilakukannya, bahkan apa saja ia kerjakan demi bertahan hidup. Termasuk mencari penghasilan tambahan dengan menjadi pengemudi ojek online.

"Yang penting dapat penghasilan, apa saja saya kerjakan, termasuk ojek. Ini aktivitas saya sehari-hari selain jadi guru," tutur Anita.


Kini, Anita memiliki dua kesibukan. Pagi hingga siang, ia menjadi guru dan sore hingga malam menjadi tukang ojek.

"Ojek ini hanya kerja sampingan untuk nambah penghasilan. Ya mau gimana lagi, harus dijalanin. Kalau hanya mengandalkan penghasilan mengajar, tentu saja tidak cukup," ucapnya

Anita mengatakan, pekerjaan menjadi ojek online yang dilakoninya selama bertahun-tahun itu tidak akan mengganggu perkerjaan utamanya.

Dia mengaku tidak akan meninggalkan tugasnya sebagai guru, meski siang hingga malam menjadi tukang ojek.

Setiap harinya Anita dituntut masuk sekolah dari pukul 07.30 sampai pukul 11.00 untuk mengajar. Baru selepas mengajar, Anita langsung aktif narik ojek sampai sore.

"Kadang-kadang sampai malam, tergantung panggilan dari penumpang," tuturnya.

Bekerja sebagai pengemudi ojek online, Anita bisa mendapatkan pemasukan tambahan rata-rata Rp 70.000 per hari.

Di sisi lain, dia mengaku jika pendapatan hasil mengojek itu tak tentu. Penghasilan tersebut sangat membantunya untuk kebutuhan sehari-hari.

"Kalau sehari biasanya dapat cuma Rp 70.000. Tapi kadang saat sepi bisa di bawah itu. Tapi yang pasti ini sangat membantu, ya dari situ sumbernya," kata dia

Kini, Anita menjadi tulang punggung keluarganya Ia tinggal di sebuah rumah sederhana di Lingkungan Penaraga bersama ayah dan ibunya.

Kondisi orangtua yang sudah renta mengharuskan Anita bekerja keras demi menyambung hidup. Ia banting tulang dan bekerja apapun demi menafkahi keluarga.

Semua perjuangan keras itu harus ia lakukan, tak hanya untuk menghidupi dirinya sendiri, melainkan pula menghidupi kedua orangtuanya.

Kedua orangtua Anita sehari-hari hanya bisa menikmati masa tuanya di rumah. Karena faktor umur, ayah Anita tak bisa lagi mencari nafkah.

"Ayah dulu jadi kusir delman, sudah tua. Sudah enggak bisa bawa. Mau enggak mau saya harus berjuang sendiri," tuturnya

Ia menceritakan, ada suka duka menjadi tukang ojek. 

Demi memenuhi kebutuhan, Anita rela kehujanan dan kepanasan saat menyusuri jalanan kota serta membelah padatnya jalan raya.

“Itulah liku-liku kehidupan yang harus saya jalani," kata dia.

Hingga kini, kerja sampingan yang dia lakukan itu masih terus berjalan. Selain mencari uang tambahan dengan ojek, Anita juga nyambi berjualan online.

"Semua saya kerjakan, kadang jual kue di sekolah. Yang penting ada penghasilan buat makan," ucapnya

Anita mengesampingkan gengsi atau rasa malu kepada teman-temannya. Karena pilihannya menyambi sebagai kerja serabutan itu guna memenuhi kebutuhan hidup.

"Saya enggak pernah gengsi atau malu, teman-teman termasuk kepala sekolah juga tahu kalau saya ngojek atau jualan kue juga. Mereka sangat mendukung, yang penting tidak meninggalkan tugas sebagai guru," pungkasnya

https://regional.kompas.com/read/2022/09/02/060820278/kisah-anita-guru-tk-yang-menyambi-jadi-tukang-ojek-demi-menyambung-hidup

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke