Salin Artikel

10 Alat Musik Tradisional di Aceh, dari Arbab hingga Serune Kalee

KOMPAS.com - Setiap daerah memiliki alat musik tradisional, tak terkecuali Aceh.

Alat musik tradisional tersebut sebagai pengiring hiburan rakyat, tari-tarian, maupun upacara adat.

Umumnya, alat musik tradisional terbuat dari bahan-bahan alam dan kulit binatang yang dimainkan dengan cara ditabuh, dipukul, ditiup, maupun digesek.

Berikut ini alat musik tradisional di Aceh.

Alat Musik Tradisional di Aceh

1. Arbab

Arbab merupakan alat musik gesek atau semacam kordofon tradisional Simalungun.

Arbab terbuat dari labu pahit tua, tempurung, kulit kambing, bambu, dan benang hori. Untuk alat geseknya terbuat dari bulu kuda atau ijuk enau yang kuat.

Alat musik tradisional ini terdiri dari dua bagian, yaitu arbab (instrumen induk) dan penggeseknya.

Musik Arbab pernah berkembang di wilayah Pidie, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Alat musik ini digunakan untuk mengisi acara keramaian rakyat, seperti pasar malam.

Saat ini, musik Arbab hampir tidak pernah ditemui, ada kemungkinan kesenian ini telah punah.

Terakhir, kesenian Arbab dipertunjukan pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.

2. Serune Kalee (Serunai)

Serune kalee merupakan alat musik tradisional yang telah lama berkembang di daerah Aceh.

Alat musik tradisional ini populer di wilayah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat.

Umumnya, serunee kalee dimainkan bersama dengan rapai dan gendrang dalam acara-acara hiburan, tarian, maupun penyambutan tamu kehormatan.

Serune kalee terbuat dari kayu, tembaga, dan kuningan. Bentuk alat musik ini seperti seruling bambu.

Warna dasar hitam berfungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional.

Serune kalee, geundrang, dan rapai merupakan alat musik yang telah digunakan sejak masa kejayaan Kerajaan Aceh. Hingga saat ini, alat musik tradisional itu merupakan salah satu kekayaan budaya Aceh.

3. Bangsi Alas

Bangsi Alas adalah alat musik tradisional yang dijumpai di daerah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara.

Bangsi alas merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Pembuatan bangsi terkait dengan adanya orang yang meninggal dunia.

Jika diketahui ada orang yang meninggal dunia, bangsi yang telah dibuat dihanyutkan di sungai.

Kemudian, bangsi tersebut akan diambil oleh anak-anak lala dirampas lagi oleh pembuatnya dari anak-anak itu. Nantinya, bangsi inilah yang memiliki suara merdu.

Selain itu, ada juga bangsi milik orang kaya yang dibungkus dengan perak atau suasa.

4. Rapai

Rapai merupakan alat musik tradisional yang berbahan dasar kayu dan kulit binatang. Bentuk alat musik ini seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda.

Rapai merupakan alat musik pukul sejenis perkusi yang berfungsi sebagai pengiring kesenian tradisional.

Ada beragam jenis rapai, yaitu Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Geurimpheng, Rapai Daboih, Rapai Pulot, dan Rapai Anak.

5. Geundrang (gendang)

Geundrang merupakan alat musik dari perangkat musik Serune Kalee. Geundrang merupakan alat musik pukul yang cara mainnya dipukul dengan tangan atau kayu pukul.

Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Utara.

Fungsi alat musik ini sebagai pelengkap tempo dari alat musik tradisional etnik Aceh.

Alat musik ini terbuat dari kulit kambing, kayu nangka, dan rotan.

6. Tambo

Tambo merupakan alat musik pukul yang terbuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi, dan rotan sebagai alat peregang kulit.

Di masa lalu, tambo berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat. Alat musik ini juga untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah untuk membicarakan masalah-masalah kampung.

Saat ini, keberadaan tambo hampir punah karena terdesak dengan microphone.

7. Bereguh

Bereguh merupakan alat tiup yang terbuat dari tanduk kerbau.

Pada masa lalu, bereguh terdapat di Pidie, Aceh Utara, dan beberapa tempat di wilayah Aceh.

Alat musik tradisional ini memiliki nada yang terbatas, banyaknya nada yang dihasilkan tergantung pada teknik meniupnya.

8. Celempong

Celempong merupakan alat kesenian tradisional yang terdapat di Kabupaten Tamiang. Alat musik ini terdiri dari beberapa potongan kayu. Cara memainkannya dengan menyusun di antara kedua kaki pemain.

Celempong dimainkan oleh para wanita, tarutama gadis-gadis. Namun saat ini, hanya wanita lanjut usia saja yang dapat memainkan secara sempurna. Celempong juga sebagai iringan tari Inai.

Diperkirakan di daerah Tamiang, Celempong telah berusia lebih dari 100 tahun.

9. Canang

Canang memiliki banyak pengertian. Dalam alat kesenian di Aceh, canang ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul.

Alat musik ini terbuat dari kuningan yang bentuknya seperti gong.

Canang terdapat di hampir semua daerah di Aceh, namun fungsi dan pengertian alat musik ini berbeda-beda.

Secara umum, canang berfungsi sebagai pengiring tari-tarian tradisioanl serta hiburan untuk anak-anak gadis yang berkumpul.

Canang biasanya dimainkan di waktu senggang atau setelah setelah selesai mengerjakan perkerjaan di sawah.

10. Taktok Trieng

Taktok trieng merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu. Alat musik ini dijumpai di daerah Pidie, Aceh Besar, dan beberapa daerah lainnya.

Ada dua jenis taktok trieng, yaitu alat musik yang digunakan di meunasah (langgar-langgar), balai pertemuan, atau tempat lain yang dirasa wajar untuk menempatkan alat ini.

Jenis lainnya adalah alat musik yang digunakan di sawah-sawah, fungsinya untuk mengusir burung atau serangga lainnya yang mengancam tanaman padi.

Biasanya, jenis ini di letakkan di tengah sawah lalu dihubungkan dengan tali ke dangau (gubuk tempat menunggu padi di sawah).

Sumber:

acehprov.go.id dan warisanbudaya.kemdikbud.go.id

https://regional.kompas.com/read/2022/08/27/230143778/10-alat-musik-tradisional-di-aceh-dari-arbab-hingga-serune-kalee

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke