Salin Artikel

Mengenal Suku Aceh, dari Asal-usul hingga Tradisi

KOMPAS.com - Suku Aceh merupakan salah satu suku yang mendiami Provinsi Aceh.

Letak geografis Aceh sangat strategis, yaitu berada di sepanjang Selat Malaka dan dikelilingi dua teluk (Teluk Benggala dan Teluk Persia).

Dengan kondisi geografis itu, Aceh banyak disinggahi para pendatang dari negara lain. Sehingga, percampuran penduduk terjadi di wilayah ini.

Suku Aceh 

Asal-usul Suku Aceh

Asal-usul suku Aceh merupakan gabungan dari berbagai bangsa. Aceh merupakan singkatan dari Arab, China, Eropa, dan Hindia.

Pendapat tersebut tersebut berdasarkan karakteristik morfologi wajah orang dewasa Aceh berdasarkan pada keturunan Arab, China, Eropa, dan Hindia.

Dalam sumber antropologi, asal-usul Aceh dari suku Mantir (dalam bahasa Aceh Mantee) yang memiliki kaitan dengan Mantera di Malaka, dimana bagian dari bangsa Mon Khmer (Monk Khmer).

Dalam catatan sejarah, Aceh berasal dari suku-suku yang terdapat di sekitar Pulau Sumatera
yang telah terbentuk sejak zaman Pleistosen (mencairnya es).

Sehingga, adanya perpindahan dan percampuran dengan masyarakat timur Aceh (Langsa dan Tamiang) dengan suku Mante, Minga, Champa, Melayu, dan Lhan.

Suku Aceh menamai dirinya dengan berbagai macam nama, seperti Akhir, Achin, Atse, Asji, dan lain-lain.

Ciri Khas Suku Aceh

Suku Aceh memilik sejumlah ciri khas, yaitu:

  • Bahasa Suku Aceh

Dalam keseharian, suku Aceh menggunakan bahasa daerah yang bernama Bahasa Aceh Chamik.

Bahasa tersebut merupakan hasil percabangan dari bahasa Melayu-Polinesia dan Austronesia. Sedangkan, kosa kata banyak menyerap bahasa Arab.

  • Senjata Tradisional Suku Aceh

Suku Aceh memiliki senjata tradisional sebagai ciri khas, yaitu rencong.

Senjata ini telah digunakan sejak masa kesultanan Aceh, bentuk senjata tersebut berupa belati panjang.

Selain untuk melindungi diri, rencong juga sebagai lambang keberanian pemiliknya.

  • Pakaian Adat Suku Aceh

Pakaian adat Aceh bernama Ulee Balang. Pakaian untuk pria disebut baju Linto Baro, sedangkan pakaian untuk wanita disebut baju Daro Baro.

Dahulu, pakaian ini digunakan oleh para sultan maupun pembesar kerajaan. Saat ini, pakaian tersebut kerap digunakan sebagai busana pengantin.

Linto Baro

Pakaian Linto Baro berupa baje meukasah (baju jas leher tertutup), cekak musang (jas dengan celana panjang, serta kain sarung (ija lamgugap).

Pakaian dilengkapi dengan rencong atau siwah, meukeu top (bagian kepala ditutupi kopiah populer), serta tengkulok atau tompok.

Daro Baro

Pakaian tradisional perempuan yang dipengaruhi budaya Melayu, Arab, dan China, sehingga pakaian tampak longgar.

  • Rumah Adat Suku Aceh

Rumah adat suku Aceh bernama Rumoh Aceh.

Rumoh Aceh merupakan rumah panggung yang memiliki tiga bagian. Setiap rumah memiliki ruang utama.

Jumlah ruang yag dimiliki tergantung kemampuan dan kebutuhan masyarakat.

Kesenian Suku Aceh

Suku Aceh memiliki sejumlah kesenian. Berikut ini beberapa kesenian Suku Aceh.

  • Tari Saman

Tari Saman merupakan tari populer yang ditampilkan berkelompok minimal sembilan orang.

Gerakan tari dilakukan sambil berlutut yang mengandalkan gerakan tangan, kepala, dan badan. Tari dilakukan dengan iringan syair-syair berisi pujian dalam agama Islam.

Tari Saman memiliki makna tentang kepahlawanan, pendidikan, dan keagamaan.

  • Tari Ratoh Jaroe

Tari Ratoh Jaroe mirip dengan Tari Saman, namun tari ini ditarikan oleh penari perempuan dengan iringan musik rapa'i.

Tari Ratoh Jaroe bermakna bahwa perempuan Aceh adalah orang yang kuat, tangguh, dan berani.

Tari Seudati merupakan tari khas Aceh yang berkembang di daerah pesisir.

Tari ini merupakan tari yang energi, penuh semangat, dilakukan dengan berdiri, dan dengan iringan musik serta syair.

Tari yang dilakukan oleh laki-laki ini termasuk tari perang.

  • Didong

Kesenian Didong ditampilkan secara berkelompok oleh laki-laki dengan duduk melingkar. Kemudian, mereka menyanyikan lagu-lagu daerah Aceh sambil bertepuk tangan.

  • Lagu Daerah

Aceh memiliki sejumlah lagu daerah, yaitu Bungong Jeumpa yang melambangkan semangat dan keindahan Aceh.

Lagu daerah lainnya yaitu Lembah Alas yang bermakna sepasang kekasih yang saling menjaga kesetiaan walaupun terpisah jarak.

  • Alat Musik Tradisional

Sarune Kalee merupakan alat musik tradisional Aceh. Instrumen musik ini memiliki bentuk seperti seruling bambu.

Alat musik ini dimainkan bersama Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan.

Tradisi Suku Aceh

Ada sejumlah tradisi suku Aceh yang masih dilakukan hingga sekarang. Berikut beberapa tradisi suku Aceh.

  • Peusijuek

Upacara adat ini dilakukan saat ada upacara perkawinan, berangkat haji, kematian, kelahiran, naik pangkat, dan jenis selamatan lainnya.

Peusijuek memiliki arti pendinginan dengan maksud mendoakan supaya tujuannya tercapai.

Upacara dilakukan suku Aceh dengan tujuan supaya manusia menjadi makhluk yang berpendidikan dan memiliki akhlak mulia.

  • Meugang

Upacara adat meugang dilakukan menjelang bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Masyarakat berkumpul dan masak daging untuk dimakan bersama-sama.

  • Uroe Tulak Bala

Uroe Tulak Bala adalah upacara adat untuk menolak mara bahaya dan meminta perlindungan dari Tuhan.

Upacara ini biasanya dilakukan pada bulan Safar. (Editor: Ari Welianto, William Ciputra)

Sumber:

www.djkn.kemenkeu.go.id, etd.repository.ugm.ac.id, bobo.grid.id, dan www.kompas.com

https://regional.kompas.com/read/2022/08/26/140123278/mengenal-suku-aceh-dari-asal-usul-hingga-tradisi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke