Salin Artikel

Cerita Jatuh Bangun Anak Muda Salatiga Pertahankan Usahanya di Kala Pandemi Covid-19

Namun, di balik hal tersebut, ada usaha-usaha yang tetap bertahan. Anak muda di Salatiga melakukan berbagai cara agar usahanya bisa bertahan di kala pandemi Covid-19. 

Salah satunya, Pattaya Corner yang dikelola Febryawan Hendarwin. Memulai usaha sejak 2018, saat ini Pattaya Corner yang menjual minuman kekinian memiliki lima gerai di Kota Salatiga.

Tak hanya itu ada juga lima gerai kemitraan di Kabupaten Semarang, Temanggung, dan Boyolali.

Febri, panggilan akrabnya, mengaku selama pandemi adalah masa terberat dalam usahanya.

"Ini karena Pattaya Corner yang menjual aneka minuman bertopping, pangsa pasar utamanya adalah anak sekolah. Saat sekolah diliburkan, terus terang harus berpikir keras untuk menyelamatkan usaha," jelasnya, Selasa (23/8/2022).

Febri mengatakan, sebelum pandemi ada tujuh gerai di Salatiga.

"Tapi dua gerai kami tutup, agar lima gerai yang lain bisa maksimal. Termasuk yang di kemitraan, karena itu dikelola orang lain," ungkapnya.

Menurut Febri, tantangan selama pandemi adalah anak sekolah tidak masuk. Padahal anak sekolah merupakan segmen utama. Selain itu juga penurunan daya beli masyarakat sehingga anggaran jajan berkurang.

"Sementara itu jam operasional juga dibatasi, harga bahan baku naik, dan juga perubahan pola konsumsi. Selama pandemi didengungan pola hidup sehat, padahal kita jual minuman es sehingga dihindari," kata Febri.

Strategi bertahan pun dilakukan. Mulai dari memilih jam operasional yang tepat, promosi diskon, pemangkasan operasional, dan yang terpenting memotivasi karyawan secara berkelanjutan.

"Saat ini, kondisi sudah membaik. Kehidupan mulai normal dan bisnis juga mulai stabil lagi," terangnya.

Dengan lima gerai di Kota Salatiga, Pattaya Corner memiliki 19 karyawan yang kebanyakan adalah mahasiswa.

"Karyawan dibagi di bagian dapur dan operasional," kata Febri.

Perjuangan serupa juga dialami Wafid Mutarrif, pemilik Roti Panggang Kukus Dino. Dia yang membuka usaha sejak 2017 ini memiliki enam gerai.

"Tapi sejak pandemi melanda, secara perlahan beberapa gerai ditutup karena akvititas juga terbatas," paparnya.

"Penjualan turun drastis sehingga bagaimana cara usaha harus tetap ada dan bertahan. Dari enam gerai tersebut, hanya tinggal satu yang buka di Jalan Kartini Salatiga. Otomatis karyawan juga berkurang," kata Wafid.

Tak hanya itu, untuk mengurangi biaya produksi, varian rasa yang dahulu ada sekitar 18 rasa, sekarang hanya tersisa delapan.

"Tapi kami juga berinovasi dengan mengeluarkan Dino Instant yang bisa dikirim dan diolah di rumah," ucapnya.

Meski saat ini kondisi berangsur normal, Roti Panggang Kukus Dino belum sepenuhnya pulih.

"Ini masih kisaran 50 persen karena mayoritas pasar adalah anak sekolah dan mahasiswa. Tantangan baru yaitu mengenalkan ulang Dino kepada mereka, karena sekolah dan kampus vakum 2,5 tahun sehingga sudah terjadi pergantian populasi siswa dan mahasiswa," kata Wafid.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/23/103842978/cerita-jatuh-bangun-anak-muda-salatiga-pertahankan-usahanya-di-kala-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke