Salin Artikel

Batik Lulantatibu, Lambang Persatuan Suku Dayak di Perbatasan RI-Malaysia

NUNUKAN, KOMPAS.com – Pemerintah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, segera melaunching batik Lulantatibu dengan corak tajam warna merah dan putih, pada peringatan HUT Ke-77 RI.

Batik Lulantatibu merupakan nama corak batik yang berasal dari penggabungan 4 suku dayak di Kabupaten Nunukan masing-masing Dayak Lundayeh, Dayak Tagalan, Dayak Tahol, dan Tidung Bulungan.

Kepala Bidang Kepemudaan dan Olah Raga pada Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Nunukan, Rina Dwi Julianti mengatakan, peluncuran batik Lulantatibu, memiliki filosofi mendalam terhadap arti persatuan dan kesatuan di Perbatasan RI – Malaysia.

‘’Apa yang dilambangkan dalam corak batik dari empat suku Dayak di Kabupaten Nunukan, merupakan implementasi Bhineka Tunggal Ika tapi dalam skala kecil. Ada upaya cinta tanah air dengan pelestarian budaya lokal, yang menunjukkan kekhasan etnis di ujung negeri,’’ujarnya, Senin (15/8/2022).

Rina menjelaskan, batik Lulantatibu memiliki corak dengan filosofi dan ciri khas suku masing masing.

Corak khas

Dayak Lundayeh yang menempati wilayah bagian utara Kabupaten Nunukan memiliki corak khas gambar tempayan yang dalam bahasa setempat dinamai arit tabuk.

Filosofi dari arit tabuk adalah melindungi. Tempayan sendiri dalam kehidupan suku Dayak Lundayeh selain digunakan sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan harta benda, juga merupakan alat untuk menyimpan jasad manusia.

Sehingga tidak heran jika dalam berbagai kerajinan tangan suku Dayak Lundayeh akan terdapat goresan perpaduan garis lurus dan lengkung sebagai simbol arit tabuk.

Sementara dari Suku Dayak Taghol yang mendiami wilayah Kecamatan Lumbis, corak yang digambarkan dengan perpaduan 4 garis membentuk tameng sangat dominan.

Tameng bagi Suku Dayak Taghol memiliki arti perlindungan. Simbol tameng bagi suku Dayak Taghol juga berarti ketahanan.

Meski semua Suku Dayak di Kabupaten Nunukan memiliki goresan tameng, namun tameng suku Dayak Taghol memiliki corak yang sangat kuat.

Sementara dari Suku Dayak Tagalan, diambil goresan perpaduan 4 buah lengkung yang disebut pinduku. Arti kata pinduku dalam bahasa Suku Dayak Tagalan merupakan persatuan.

Corak pinduku selain terdiri dari 4 garis lengkung juga terdapat lingkaran di sekeliling garis lengkung serta aksen titik-titik kecil.

Dari Suku Dayak Tidung Bulungan corak yang diambil sebagai motif batik lulantatibu berupa goresan bunga raya.

Bunga raya mengandung filosofi kemakmuran. Bunga raya dalam keseharian Suku Dayak Tidung Bulungan juga difungsikan sebagai obat yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit.

‘’Kekhasan dan kekayaan budaya tersebut, kita jadikan sebuah perlambang dan langkah untuk mempererat persatuan di perbatasan. Semua disatukan dengan merah putih, dan melangkah bangkit bersama dari kondisi Pandemi Covid-19 dalam semangat merah putih,’’tegasnya.

Rina kembali menegaskan, filosofi Bhineka Tunggal Ika yang menjadi falsafah NKRI, selalu dijunjung tinggi dalam setiap corak yang terlukis pada batik Lulantatibu.

Sesuai dengan tema ke -77 RI, ‘Pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat’, maka dengan semangat merah putih, Pemerintah Kabupaten Nunukan mengajak semua etnis Dayak untuk menjadikan perbedaan sebagai kekayaan yang memperkaya khazanah warisan tak benda.

Terpisah, perajin batik Lulantatibu, Yaya Rinjani mengatakan, batik Lulantatibu edisi 17 Agustus menjadi edisi khusus yang istimewa.

Bagi Yaya, keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19, sempat membuatnya down dan memutuskan berhenti menjahit dan membatik.

‘’Tapi ada harapan untuk terus bersabar karena semua pasti ada waktunya. Begitu pandemi Covid-19 selesai, usaha batik Lulantatibu kembali menggeliat. Sekarang, peminatnya bukan hanya lokal, tapi tiap bulan ada pesanan ratusan lembar pakaian dari saudara saudara kita suku Dayak yang tinggal di sebelah (Malaysia),’’kata Yaya.

Acara peluncuran batik etnik Lulantatibu pada HUT ke-77 nanti, tidak hanya sekedar baju batik tulis atau lukis.

Ada juga baju bordir, serta tenun khas Lulantatibu hasil karya asli warga adat Dayak.

Pakaian tersebut, akan dipadu padankan dengan Sesingal, sebuah ikat kepala khas suku Tidung.

Yaya juga mengatakan, saat ini, batik Lulantatibu sudah menjadi baju khas daerah Nunukan yang di SK-kan Bupati Nunukan, dan wajib digunakan para ASN dan anak anak sekolah, setiap hari Kamis.

‘’Batik Lulantatibu menjadi ciri khas Nunukan yang sudah dilirik dilirik sampai manca negara. Kalau selama ini Nunukan terkesan tidak memiliki oleh oleh yang khas, dan semua serba produk Malaysia, maka batik Lulantatibu menjadi jawaban itu,’’kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/15/164137878/batik-lulantatibu-lambang-persatuan-suku-dayak-di-perbatasan-ri-malaysia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke