Salin Artikel

Mengenal Water Toren, Menara Air Tempat Pengibaran Bendera Merah Putih Pertama di Jambi

Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Mayang, sempat memanfaatkan bangunan bersejarah itu, untuk mengalirkan air Sungai Batanghari ke rumah-rumah warga.

Setelah PDAM memiliki alat yang lebih canggih, fungsi bangunan untuk mengalirkan air Sungai Batanghari ke pemukiman pun terhenti sejak 2018.

Siapa sangka, bangunan berusia 94 tahun itu menyimpan cerita di era kemerdekaan.

Water Toren pernah menjadi tempat berlindung penjajah Belanda, dari serangan-serangan pejuang Jambi. Belanda juga memantau gerak-gerik warga pribumi atau siapa saja yang melewati Sungai Batanghari melalui celah-celah jendela yang ada pada bangunan menara utama.

Pada saat dibangun 1928, bangunan diberi nama dengan bahasa Belanda ‘water leding bedrif’, masyarakat Jambi mengenalnya dengan sebutan ledeng atau Water Toren.

Pada bangunan utama tertera bahwa menara tersebut dibangun pada tahun 1928 oleh kolonial Belanda sebagai tempat untuk instalasi penyimpanan dan penyaringan air.

Bahkan pada zaman kemerdekaan, tepatnya pada 19 Agustus 1945, untuk pertama kali di Jambi, para anak muda mengibarkan bendera merah putih di bangunan itu, sebagai tanda Indonesia telah merdeka.

"Water Toren adalah bangunan tertinggi di Jambi. Jadi tempat pengibaran bendera merah putih pertama di Jambi," kata Dedi Arman, Peneliti Pusat Riset Kewilayahan BRIN, Sabtu (6/8/2022).

Ia mengatakan bangunan tersebut mencolok, tinggi menjulang, dan menjadi ikon Jambi.

Tak heran, tempat itu pernah digunakan untuk mengibarkan merah putih supaya bendera terlihat oleh masyarakat hingga kabar kemerdekaan diketahui.

Dedi mengatakan, pengibaran bendera baru dilakukan 19 Agustus 1945. Pasalnya, berita proklamasi tak serta merta langsung diterima semua daerah.

"Jambi termasuk cepat dalam menerima berita proklamasi," kata Dedi Arman.


Berita-berita proklamasi Jambi, malah diketahui dari siaran radio Singapura.

Menurutnya momen pengibaran bendera pertama di sejumlah daerah memang terjadi di waktu berbeda-beda. Kepulauan Riau, misalnya baru melakukannya pada tahun 1949 di Tanjungpinang.

Lalu daerah Sungaipenuh baru mengibarkan bendera merah putih pada 24 Agustus 1945, setelah sehari sebelumnya mendapatkan informasi dari Padang, Sumatera Barat.

"Tidak mudah juga untuk mengibarkan bendera merah putih, karena Jepang masih ada di sejumlah daerah," katanya.

Pengibaran bendera di Jambi dilakukan oleh pemuda-pemuda pemberani. Dua orang tokohnya adalah R Husin Akip dan M Amin Aini.

Menara tua ini berada di tengah-tengah Kota Jambi, terletak di Jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Murni, Kecamatan Danau Sipin  Kota Jambi.

Menara terdiri dari tiga bangunan. Satu bangunan yang paling tinggi (3 tingkat/bangunan induk) berada di tengah dan dua buah bangunan yang lebih rendah (2 tingkat) terletak di samping kanan dan kirinya. Banguna itu memiliki ketinggian 24,150 meter. 

Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia melalui pemerintah daerah di Jambi mengambil alih menara tersebut.

Kemudian oleh Pemerintah Kota Jambi difungsikan menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mayang untuk pertama kali pada tahun 1974.

Mulanya bangunan itu hanya meyalurkan air ke rumah dinas gubernur, rumah potong hewan, dan kantor pemadam kebakaran dengan kapasitas 7 liter air per detik.

Kini, setelah diambil alih oleh Pemkot Jambu, menjadi 28 liter per detik dan melayani rumah-rumah warga yang di sekitar menara tersebut.

Seiring dengan perluasan daerah Kota Jambi, akhirnya Pemerintah Kota Jambi memutuskan untuk membuat PDAM di kawasan Broni dengan kapasitas yang jauh lebih besar serta penyaringan air yang lebih baik dengan didukung oleh instalasi-instalasi penyaluran yang  modern.


Pada tahun 1982 menara ini sempat dinonaktifkan dan diaktifkan kembali pada tahun 1995. Kemudian berhenti berfungsi sejak 2018 lalu.

Setelah PDAM yang berada di Broni selesai dikerjakan pada tahun 2018 sudah jadi akhirnya menara air benteng tersebut tidak digunakan lagi.

"Kini tempat tersebut hanya dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan barang-barang milik PDAM Tirta Mayang," kata Arman.

Keaslian terjaga

Pemerintah dan PDAM Tirta Mayang telah melakukan perencanaan yang intinya akan memugar kembali menara air Benteng itu tanpa meninggalkan sidikit pun bentuk aslinya.

Pemerintah tetap mempertahankan keaslian bentuk bangunan. Sejak pembangunan menara air pada tahun 1928 itu, tidak banyak perubahan yang dilakukan. 

Hanya tangga yang menuju ke atas yang diganti dan pengecatan ulang hanya dilakukan satu kali yaitu pada tahun 1995.

Lokasi di seberang Menara Air, berdiri Museum Perjuangan Rakyat Jambi.  Sedangkan di sebelah sisi kirinya selang beberapa bangunan ada Masjid Al Falah atau Masjid Seribu Tiang, yang merupakan ikon Kota Jambi.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/07/050500678/mengenal-water-toren-menara-air-tempat-pengibaran-bendera-merah-putih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke