Salin Artikel

Permen Pinang, Inovasi Siswa SMA di Jambi, Dijual di Marketplace hingga Naikkan Harga Pinang

JAMBI, KOMPAS.com - Rendahnya harga pinang di tingkat petani telah melahirkan inovasi produk bernilai ekonomi tinggi yakni permen pinang.

Seperti diketahui, harga pinang terjun bebas awal tahun ini. Pengepul hanya membeli pinang Rp 5.000-8.000 per kilonya.

Padahal normalnya, harga pinang bisa menembus angka Rp 30.000 per kilogram.

"Orang-orang di kampung saya, banyak yang berprofesi petani pinang. Kalau harganya rendah kita prihatin. Makanya kita bikin inovasi," kata Desri Lestari, Rabu (3/8/2022).

Rupanya inovasi produk dari bahan baku mentah menjadi produk siap konsumsi ini meningkatkan nilai jual pinang di masyarakat.

Tidak hanya itu, pinang tidak hanya eksklusif sebagai produk ekspor ke luar negeri, tetapi dapat dinikmati semua kalangan, termasuk anak-anak.

Pada awal Januari, Desri bersama beberapa temannya yakni Eka Putra Nurdin Samantani, Tiara Hikmatul Solehah, Sri Amelia Putri, dan Salis Sarifa, mendapat fasilitas dari sekolah.

Sekolah kala itu mendatangkan pelatih yang dapat mengolah pinang menjadi produk siap konsumsi seperti permen.

Inovasi Pinang

Mengapa harus pinang? Sebenarnya kelompok Desri diberikan kebebasan untuk memilih apapun, agar dapat mengembangkan diri.

Setelah melakukan riset di sekeliling sekolah, ternyata harga pinang masyarakat sedang rendah. 

Selanjutnya produksi pinang Betara di kampung Desri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, menjadi tertinggi di Jambi dan merupakan komoditas andalan untuk ekspor.

"Pandemi telah menghancurkan harga pinang. Idenya dari situ, dari keprihatinan terhadap petani pinang, yang kesulitan saat harga pinang rendah," kata Desri.

Desri dan kelompoknya antusias untuk membuat produk olahan dari pinang. Maka sekolah mendatangkan pelatih, yang dapat mengubah pinang menjadi permen.

Pelatihan ini berasal dari sekolah, sehingga ada keterbatasan waktu dan pendanaan. Sehingga di awal-awal, ia mengalami banyak kegagalan.

"Itu pinangnya gagal jadi permen, karena lembek, gak bisa keras. Itu kami hampir menangis, karena sudah berjuang tapi gagal," kata Desri.

Produksi permen pinang perlahan stabil dan mendapatkan citarasa yang enak dan unik yakni perpaduan rasa kelat dan manis.

Citarasa unik ini, ternyata disukai anak-anak bahkan orangtua. Pesananpun banjir. 

"Rasanya memang unik. Ada manis, ada juga kelat, rasa khas buah pinang," kata Desri.

Tidak hanya rasanya yang unik, pinang dari permen juga berkhasiat untuk kesehatan. Seperi menguatkan daya tahan tubuh, meningkatkan stamina, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kanker.

Selama dua bulan terakhir, Desri sudah menjual 3.500 butir permen dengan harga Rp1.000 setiap butirnya.

Untuk memproduksi permen pinang dibutuhkan dana sekitar Rp 28.500. Dari modal itu didapatkan 185 butir produk atau 27 bungkus.

Permen dari pinang ini diberi merk dagang Gupin atau Gula Pinang. Sekarang selain di kantin sekolah, Gupin sudah ada di pasar digital seperti shopee dan platform lain.

"Dana pertama itu dari sekolah, untuk pembuatan selanjutnya, kami memutarkan hasil penjualan," tutur dia. 

Sedangkan untuk pembelian mesin produksi dan packaging, pendanaan didukung pemerintah. 

Kepala SMA 6 Kabupaten Tanjung Jabung (Tanjab) Barat, Tri Atmaji mengatakan, semua peralatan yang dibutuhkan untuk membuat inovasi permen dari pinang, ditanggung sekolah.

"Kita memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan mengolah hasil pertanian di Betara," kata Atmaji.

Untuk mendapatkan pendanaan dari sekolah, anak-anak harus memiliki gagasan mengembangkan hasil pertanian menjadi produk olahan.

Selain itu, sekolah juga membantu promosi, di antaranya mengikuti pameran produk pemerintah daerah dan pasar digital.

"Sekolah bantu promosi, agar permen dari pinang ini bisa dipasarkan ke masyarakat secara luas. Saya sudah rasakan permennya, memang enak," kata Atmaji.

https://regional.kompas.com/read/2022/08/04/083751378/permen-pinang-inovasi-siswa-sma-di-jambi-dijual-di-marketplace-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke