Salin Artikel

Sejarah Pulau Nusakambangan sebagai Tempat Bui, Berawal dari Napi Bangun Benteng Tahun 1861

Kepala BMKG Geofisika Banjarnegara Setyoadjie Prayodhie mengatakan ada kemungkinan Pulau Nusakambangan menjadi benteng penahan tsunami di Cilacap.

Namun dia mengatakan kemungkinan itu sangat tergantung pada posisi sumber gempa.

"Tergantung sumber kegempaannya di mana. Misalnya sumber gempa ada di Barat atau di Barat daya Cilacap, mungkin saja jika Pulau Nusakambangan bisa bermanfaat, bisa sebagai pelindung alamiah," jelas Setyoadjie, Jumat (29/7/2022).

Napi bangun banteng tahun 1861

Nusakambangan adalah pualu di Jawa Tengah yang lebih dikenal sebagai tempat terletaknya Lembaga Pemsyarakatan Lapas berekamanan tinggi di Indonesi.

Secara administratif, Nusakambangan terletak di Kecamatan Cilacap Selatan yang dikelilingi oleh perairan lepas Samudra Hindia.

Pulau Kecil yang ada di sebelah selaran Cilapac memanjang dari barat ke timur sepanjang kurang lebih 36 kilometer dengan lebar antara 4-6 kilometer dengan luas keseluruhan 21.000 hektare.

Dikutip dari skripsi Muchamad Sulton yang berjudul Perkembangan Lembaga Pemasyarakatan Pulau Nusakambangan Kabupaten Cilacap tahun 1908-1983 dijelaskan ada 12 rumah penjara yang terpisah antara satu rumah dengan rumah lain.

Disebutkan pulau tersebut dipergunakan untuk penjara sejak tahun 1905. Kala itu yang ditawan di Pulau Nusambangan mereka yang berpangkat kolonel hingga prajurit penembak klas III.

Dituliskan penggunaan Pulau Nusakambangan berawal saat ada penggunaan tenaga napi yang disebut perantaian untuk pembuatan benteng pertahanan di pulau tersebut tahun 1861.

Kala itu mereka membangun benteng pertahanan Karangbolong yang terletak di sebelah tenggara Nusakambangan.

Peristiwa itu menjadi titik awal masuknya orang-orang hukuman ke Nusakambangan.

Bui yang pertama dibangun adalah Bui Permisan yang dibangun tahun 1908 yang terletak di bagian selatan.

Lokasi itu dipilih jika ada pelarian yang hilang akan ditelan gelombang laut selatan atau dimakan binatang buas di hutan sekelilingya.

Pada tahun 1035 dilanjutkan pembangunan Bui Limus Bunti dan Cilacap. Terakhid dibangun Bui Kembang Kuining pada tahun 1950 dengan daya tampung mencapai 1.000 orang.

Sejak zaman penjajahan, para napi yang ditampung di Pulai Nusakambangan akan dipekerjakan di perkebunan karet.

Disebutkan jika Nusakambangan telah berpenduduk sebelum pulai ini dijadikan pulau penampungan narapidana.

Mereka kemudian tersebar di beberapa wilayah di Nusakambangan seperti Jumbleng (sekarang Batu), Kembang Kunung, Lempung Pucung, Kali Wangi, Tumpeng, Brambang, Gliger, Limus, Buntu, Kauman, Gereges dan Karang Salam.

Ada tiga macam masyarakat yang tinggal di Nusakambangan. Mereka adalah masyarakat pegawai (dan keluarga), masyarakat narapidana dan masyarakt yang terdiri dari guru SD dan petugas mercusuar.

Pada tahun 1861, Pemerintah Belanda memindahkan sebagian besar penduduk asli ke tempat lain yakni Kampung Laut, Jojok dan Cilacap untuk memanfaatkan pulau sebagai basis pertahanan.

Penduduk asli lainnya kemudian diminta untuk membantu perbaikan benteng dan pembuatan sarana militer lainnya.

Penghuni pulau adalah para narapidana, pegawai penjara dan keluarga, serta pegawai perkebunan. Jumlahnya pun tidak pasti.

Sebelum ditetapkan sebagau pulau bui, Nusakambangan ditetapkan sebagai monumen alam berdasarkan Staatsblad Van Nederlandsc-hindie tahun 1923.

Namun status tersebut tak bertahan lama. Pemerintah Hindia Belanda kembali mengeluarkan peraturan baru. Sesuai dengan keputusan dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda tanggal 24 Juli 1922 No. 25 yang dimuat dalam berita Negara Hindia-Belanda tahun 1928 No 281 tenyang wujud penjara Banyumas.

Petunjuk yang berlaku untuk sleuruh Pulau Nusakambangan sebagai tempat menghukum bagi yang terkena hukuman.

Sejak itu, Pulau Nusakambangan terkesan angker ditambah banyak kasus pidana mati yang dieksekusi di Pulau Nusakambangan.

Pulau tersebut kemudian menjadi pulau yang terisolasi, tertutup dan sangat ketat penjagaannya.

Keputusanya ini diperkuat dengan dikeluarkannya Staatsblad Van Nederlandsc-hindie tahun 1937 No. 369 yang menyebut Nusakambangan merupakan daerah tertutup untuk penyelidikan pertambangan dan kepentingan umum.

Jumkah penduduk Nusakambangan kala itu tak pasti. Namun tercatat pada tahun 1970, jumlah penduduk mencapai 7.500 orang. Sementara tahun 1980, jumlah penduduk berkurang tinggal seperempatnya.

Hal ini dikarenakan adanya pembebasan seluruh tahanan politik kasus G30S PKI yang berjumlah 4.000 orang.

Selain itu pada tahun 1985, lima dari 9 Lembaga Permsyarakatan yang ada ditutup yakni LP Nirbaya, LP Karang Tengaj, LP Karanganyar, LP Gliger dan LP Limus Buntu.

Penutupan itu membuat banyak keluarga pegawai keluar dari Nusakambangan dan pindah ke Cilacap

https://regional.kompas.com/read/2022/07/30/105000178/sejarah-pulau-nusakambangan-sebagai-tempat-bui-berawal-dari-napi-bangun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke