Salin Artikel

BERITA FOTO: Melihat SDN 3 Sadahayu, 14 Tahun Tak Direnovasi, Bangunan Nyaris Ambruk hingga Belajar di Posyandu

Atap bangunan sekolah yang berada di perbatasan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat ini, nyaris ambruk.

Kepala SD Negeri 3, Sadahayu Setu Ali Santoso menceritakan, kerusakan bangunan yang di empat ruang itu sudah terjadi cukup lama. Tiga ruang digunakan untuk kelas dan satu ruang untuk para guru.

"Ruang kelas sudah lama tidak ada renovasi, sudah sekitar 14 tahun," kata Setu saat dihubungi, Senin (25/7/2022).

"Awalnya yang rusak berat ruang kelas 3, atap meleot, sehingga pada bulan Juni kemarin sebagian genteng jatuh," ungkap Setu.

Beruntung saat itu siswa sedang menjalani libur kenaikan kelas, sehingga tidak sampai menimbulkan korban.

Akhirnya berdasarkan hasil musyawarah bersama wali murid dan pihak desa, sejak tahun ajaran 2022/2023 kegiatan belajar mengajar (KBM) dipindah ke bangunan Posyandu.

Keputusan tersebut tepat, tak lama berselang dimulainya KBM di Posyandu, giliran atap ruang kelas 1 yang ambruk.

"Selang beberapa hari atap ruang kelas 1 ambruk. Beberapa hari berselang atap kelas 3 ambruk lagi, tambah parah," ujar Setu.

"Sekolah sekarang kosong blong, ruang guru juga dikosongkan. Kami takut (ambruk lagi) karena itu merupakan satu bangunan, tinggal nunggu waktu saja," sambung Setu.

Setu mengatakan, sekolah tak tinggal diam. Sebelum ambruk pihaknya telah mengusulkan renovasi gedung sekolah ke dinas terkait.

"Sejak saya bertugas di situ pada Oktober 2021 sudah mengusulkan sarana prasana bangunan," ujar Setu.

Namun usulan tersebut hingga saat ini belum direalisasikan. Informasi yang diterima Setu alasannya karena di SD tersebut hanya memiliki 26 siswa. Mereka saat ini duduk di kelas 2, 4, dan 6.

"Penerimaan siswa baru di sini dua tahun sekali, karena waragnya sedikit. Ini hanya satu kadus atau satu kampung," kata Setu.

Menurut Setu, sebelumnya sempat ada wacana regrouping sekolah, namun ditolak warga Dusun Tembong, lokasi SD Negeri 3 berdiri.

"Warga menolak keras karena jarak dengan SD Negeri 1 jauh, mungkin sekitar 5 kilometer dari SD Negeri 3," ujar Setu.

Selain itu, akses jalan yang dilalui juga sulit karena kontur naik turun dan berliku.

"Jarakanya terlalu jauh dan sulit. Kalau gerimis mobil dan motor enggak bisa jalan, guru sini ada yang jatuh tiga kali jatuh," kata Setu.

Bahkan ketika gerimis, para guru memilih meninggalkan sepeda motor di jembatan sebelum tanjakan dusun tersebut.

"Guru milih melanjutkan jalan kaki ke sekolah jaraknya sekitar 3 kilometer," ujar Setu.

Atas kondisi tersebut, Setu berharap ada perhatian dari pihak terkait agar proses pendidikan di dusun terpencil itu terus berjalan.

Untuk menuju dusun tersebut memerlukan waktu hingga 1 jam menggunakan kendaraan bermotor dari pusat kota Kecamatan Majenang.

"Setiap warga berhak mendapat pendidikan yang layak, itu yang saya perjuangkan, termasuk sarprasnya yang memenuhi syarat. Mudah-mudahan ini jadi perhatian, ini juga harapan wali murid agar bisa belakar dengan aman," harap Setu.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/25/170433578/berita-foto-melihat-sdn-3-sadahayu-14-tahun-tak-direnovasi-bangunan-nyaris

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke