Salin Artikel

Ibu di Surabaya yang Mohon agar Anaknya Dibolehkan Mengamen Sempat Akan Jual Ginjal

KOMPAS.com - Agus Riyani (44), seorang ibu di Surabaya, Jawa Timur, berkeluh kesah mengenai kondisi ekonominya kepada Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi pada acara "Sambat Nang Cak Eri", Sabtu, (23/7/2022).

"Pak Wali... Abot Pak Wali," kata Riyani kepada Eri sambil menangis, dikutip dari Tribunnews.com, Sabtu (23/7/2022).

Riyani mengadu, suaminya menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di tempatnya bekerja, sehingga dia kesulitan mendapat modal untuk melanjutkan usahanya.

"Suami saya mulai kerja 28 Juni kemudian dipecat tanggal 18 Juli dengan alasan attitude. Usianya sudah 46 tahun, gaji suami saya Rp2,8 juta Pak Wali," imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Riyani mengungkapkan bahwa bukan kali ini saja keluarganya mengalami kesulitan ekonomi.

ia mengaku pernah akan menjual ginjalnya, namun rencana itu dicegah oleh Wali Kota Surabaya sebelumnya, Tri Rismaharini.

"Saya dulu sempat akan menjual ginjal saya Pak. Tapi, oleh Ibu Risma (Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya sebelumnya) dilarang dan diminta tinggal di rusun. Saat itu, saya juga dikasih modal oleh camat untuk usaha," ujarnya.

Selama suaminya tak bekerja, Riyani memutuskan untuk bekerja membuat kotak makanan yang dipesan oleh beberapa pelaku UMKM.

"Sekarang sebenarnya banyak pesanan tapi saya tidak bisa kerjakan karena modal tidak ada. Suami tidak kerja, saya tidak bisa usaha," ucap Riyani.

Oleh sebab itu, Riyani meminta agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberikan modal agar ia bisa melanjutkan usahanya tersebut.

Selain itu, Riyani pun memohon perpanjangan tenggat waktu pembayaran sewa rusun yang ditempatinya, yakni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Romokalisari.

"Saya ini kontraktor, tukang kontrak (rusun) sana-sini," ujar Riyani yang disambut riuh tawa peserta lainnya.

"Saya minta waktu kemudahan membayar rusun, Pak. Apalagi, saya punya anak yang Tuna Grahita, hanya bisa berteriak untuk komunikasi. Sering tidak diterima warga lainnya," jelasnya.

Untuk meringankan beban ekonomi keluarganya, Riyani juga meminta kepada pihak Pemkot Surabaya agar mengizinkan anaknya mengamen.

"Anak saya mohon diizinkan ngamen. Lumayan Pak bisa menambah penghasilan keluarga," katanya.

Menanggapi curhatan tersebut, Eri pun memberikan sejumlah solusi untuk meringankan beban Riyani dan keluarganya.

Eri menawarkan Riyani beserta suaminya untuk mengikuti program padat karya milik Pemkot Surabaya.

Dalam mengikuti program tersebut, warga berpenghasilan rendah akan mendapatkan pelatihan kerja, seperti bertani, pengusaha tambak, atau kegiatan ekonomi lainnya.

"Sudah, keluar saja, tidak apa-apa. Ikut aku saja," jawab Eri terkait suami Riyani yang menjadi korban PHK.

"Bisa ikut saya untuk berusaha, yang penting, mau kerja," terangnya.

"Misalnya, kerja di tambak. Yang penting mau kerja. Bukan hanya suaminya, Anda juga bisa ikut kerja dengan berjualan makanan, menjahit, atau kegiatan ekonomi lainnya yang bisa dilakukan di rumah," ujar Eri.

Menurut Eri, Riyani atau warga dengan kemampuan ekonomi rendah lainnya di Surabaya bisa menerima bantuan modal yang dananya berasal dari zakat ASN pemkot.

"Ayo berdoa, semoga bisa mendapatkan modal. InsyaAllah Nanti ada modal. Diberikan oleh Allah. Di antaranya lewat zakatnya orang Surabaya atau ASN Pemkot," kata Eri.

Sementara itu, terkait perpanjangan masa tenggat pembayaran sewa rusun, Eri meminta Riyani untuk mengirimkan surat kepada Pemkot Surabaya.

"Kalau memang tidak mampu, ya tugas pemkot untuk memberikan pekerjaan hingga warga menjadi mampu dan lulus dari MBR. Kalau tidak dapat pekerjaan, justru saya yang salah," ucapnya.

Akan tetapi, soal permohonan Riyani agar anaknya dibolehkan mengamen, Eri dengan tegas menolaknya.

"Jangan boleh ngamen. Biar orang tua saja yang kerja. Surabaya adalah kota layak anak. Artinya, orang tua mengorbankan apa pun untuk kebahagian anak," tegasnya.

Eri berjanji, Pemkot Surabaya akan membantu setiap warganya untuk mendapatkan pekerjaan dan memiliki penghasilan di atas Rp 4 juta per bulan.

"Kalau nanti penghasilan orang tua sudah di atas Rp 5 juta, ngapain harus ngamen. Pokoknya Anda lebih rajin Tahajud, lebih rajin salat Dhuha, InsyaAllah ada jalan. Tolong terima kasih kepada Gusti Allah," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/23/184744278/ibu-di-surabaya-yang-mohon-agar-anaknya-dibolehkan-mengamen-sempat-akan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke