Salin Artikel

Cerita Warga Kampung Kepiketik Sikka, Hidup Tanpa Listrik dan Akses Jalan yang Sulit

Begitulah kondisi di Kampung Kepiketik, Dusun Pigang, Desa Mahekelan, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT.

Tanpa adanya lampu penerangan, suasana kampung sangat sunyi dan gelap meskipun waktu baru menunjukkan pukul 19.00 Wita.

Kampung yang sebenarnya hanya berjarak 3 kilometer dari ruas jalan negara menghubungkan Maumere di Kabupaten Sikka dengan Larantuka di Flores Timur tidak membuat kampung ini makmur.

Kondisi jalan masih terjal dengan bebatuan hingga tidak adanya listrik membuat warga Kampung Kepiketik hanya bisa berharap.

Sehari-hari warga hanya mengandalkan lampu minyak tanah, terbuat dari kaleng bekas yang dipasangkan sumbu. Di dalamnya diisi minyak tanah, sumbu dicelupkan ke dasar kaleng agar api di puncak sumbu menyala.

Sementara warga yang memiliki kemampuan lebih, mereka akan membeli lampu panel surya, namun terbatas untuk dua bola lampu saja.

Dilansir dari Kompas.com, anak-anak dari Kampung Kepiketik bernama Yoan, dan teman-temannya, Rio, Evan dan Risal merasakan sulitnya belajar dengan hanya mengandalkan satu lampu pelita atau lampu minyak.

"Kami setiap malam begini, tidak ada lampu listrik. Jalan kami juga di sini rusak," keluh Rio.

Rio mengaku sudah lelah belajar dengan kondisi seperti itu. Mereka berharap Presiden Joko Widodo bisa membangun jalan dan aliran listrik menuju kampung tersebut.

"Bapak Jokowi, kami minta jalan dan listrik. Kami sudah capek belajar pakai lampu pelita," pinta mereka.

Ayah Yoan, Lorensius Loren (45), kesulitan yang paling utama di Kampung Kepiketik adalah listrik dan jalan. Infrastruktur yang sulit membuat warga setempat sulit mengakses sekolah, fasilitas kesehatan dan pasar.

"Minggu lalu ada yang gendong pasien dari sini juga. Kami di sini sangat susah, Pak," katanya.

Bahkan, anak-anak mereka juga kesulitan untuk belajar karena hanya mengandalkan lampu minyak tanah. Akibatnya, banyak yang memilih untuk berhenti bersekolah.

Lorens berharap, pemerintah tidak membiarkan situasi ini berlarut-larut. Bila tidak, semakin banyak anak yang memilih putus dan enggan bersekolah.

"Banyak yang hanya batas kelas 4 dan 5 SD, setelah itu mereka tidak mau sekolah. Kasihan sekali, Pak. Kita berharap pemerintah bisa mendengar keluhan kami," ujarnya.

Senada dengan Lorensius, Ketua RT 01 Dusun Pigang, Susana Sima (49) mengatakan, masyarakat Kampung Kepiketik sangat membutuhkan sentuhan pembangunan dari pemerintah, khususnya jalan dan listrik.

Kampung Kepiketik saat ini dihuni 75 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 220 orang yang dominasi petani.

"Itu sebetulnya kebutuhan yang paling vital. Lalan (jalan) dan listrik ini yang paling penting," ujar Susana saat ditemui dirumahnya.

Susana menuturkan, warga kampung sering dijanjikan untuk dibangun jalan, namun hingga saat ini belum juga terwujud.

"Kita hanya bisa berharap semoga ada niat baik dari pemerintah ke depan untuk bisa bangun di sini," ujarnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Maumere, Serafinus Sandi Hayon Jehadu | Editor Priska Sari Pratiwi)

https://regional.kompas.com/read/2022/07/18/160206378/cerita-warga-kampung-kepiketik-sikka-hidup-tanpa-listrik-dan-akses-jalan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke