Salin Artikel

Asal-usul Daerah Tapa, Tuladenggi, dan Panthungo

KOMPAS.com - Suatu daerah sering memiliki kisah sendiri, sama halnya dengan daerah Tapa, Tuladenggi, dan Panthungo yang terletak di Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara.

Kisah daerah tersebut terangkum dalam asal-usul daerah Tapa, Tuladenggi, dan Panthungo
merupakan cerita rakyat Gorontalo.

Kisah daerah tersebut ditemukan ketika raja melakukan perjalanan.

Berikut ini asal-usul daerah Tapa, Tuladenggi, dan Panthungo

Asal-usul Daerah Tapa, Tuladenggi, dan Panthungo

Pada zaman dulu di daerah Gorontalo terdapat kerajaan yang bernama Bolango. Kerajaan ini dipimpin oleh Raja Tilahunga yang arif dan bijaksana.

Rakyat tunduk dan patuh pada raja. Mereka tidak pernah membangkang.

Raja Tilahunga memiliki kesenangan berkelana hingga pedalaman.

Suatu hari, Raja Tilahunga bermaksud melakukan perjalanan panjang. Untuk itu, ia mengumpulkan para pembesar dan hulubalang kerajaan dalam suatu rapat besar untuk membicarakan rencana tersebut.

Raja Tilahunga mengatakan bahwa perjalanan akan dilakukan selama tiga hari, ia meminta para pembesar dan hulubalang mempersiapkan perjalanan itu. Selain itu raja juga menyerahkan urusan kerajaan pada para pejabat istana.

Tiga hari kemudian, rombongan raja berangkat ke arah hulu dengan membawa bekal makanan secukupnya. Mereka juga membawa alat-alat perkebunan, seperti linggis, kapak, cangkul, dan sebagainya.

Peralatan tersebut akan digunakan untuk membuka lahan perkebunan kala menemukan lahan yang subur dalam perjalanan.

Rombongan raja melewati wilayah perbukitan yang terjal. Mereka juga harus melalui semak belukar dan menyeberangi sungai yang berbatu dan dalam. Hal itu, membuat tenaga rombongan terkuras.

Setelah hampir setengah hari perjalanan, rombongan menemukan bukit yang dipenuhi pepohonan rindang disertai udara sejuk.

Raja Tilahunga dan rombongan beristirahat sejenak.

Seluruh rombongan berhenti dan mencari tempat teduh, para hulubalang sibuk menyiapkan tempat istirahat raja. Namun, Raja Tilahunga menolak untuk dibuatkan tempat peristirahatan.

Raja Tilahunga tidak ingin ada jarak dengan dengan pengawalnya. Kesempatan itu juga digunakan untuk melepaskan pakaian kebesarannya dan meletakkan di tanah.

Artinya, Raja Tilahunga meletakkan jabatannya sementara sebagai raja.

Saat itu, tanah berbukit itu dinamakan Bukit Tapa, dari kata tapatopo yakni meletakkan atau menitipkan yang sifatnya sementara.

Kemudian, rombongan Raja Tilahunga melanjutkan perjalanan kembali. Saat hari sudah siang, panas menyengat membuat kerongkonan dahaga dan perut keroncongan. Raja Tilahunga meminta rombongan untuk berhenti.

Raja Tilahunga mempersilahkan rombongan yang mulai terlihat pucat kelelahan untuk istirahat dan membuka bekal. Raja tak lupa mengingatkan untuk makan secukupnya dan merapikan perbekalan setelah makan.

Namun, ada salah satu rombongan yang bernama Denggi terkenal senang makan dan rakus. Saat, rombongan lain sibuk merapikan bekal, ia malah merampas makanan milik mereka.

Peristiwa itu menimbulkan pertengkaran bahkan kericuhan dalam rombongan. Kericuhan di padang rumput menarik perhatian raja.

Raja Tilahunga menasehati Denggi dan menyuruhnya untuk meminta maaf. Akhirnya, denggi mau meminta maaf kepada kawan - kawannya.

Sejak saat itu, padang rumput yang luas dan hijau diberi nama Tuladenggi, dimana diambil kata tula yang berarti rakus dan nama Denggi. Alhasil, Tuladenggi berarti Denggi yang rakus.

Setelah masalah selesai, raja dan rombongan melanjutkan perjalana hingga tiba di tepi Danau Limboto. Pemandangan danau sangat indah memukau dengan pepohonan di sekitarnya.

Raja Tilahunga amat menyukai pemandangan itu. Karena hari sudah gelap, raja meminta rombongan beristirahat di tempat itu.

Kemudian, para pengawal mendirikan tenda di tepi Danau Limboto. Raja Tilahunga dan beberapa pengawal beristirahat,

Sementara pengawal yang lain berjaga di sekitar daerah untuk mewaspadai kalau ada binatang buas.

Keesokkan harinya, Raja Tilahunga memerintahan para pengawalnya untuk mengeluarkan alat-alat perkebunan.

Namun, alangkah terkejutnya para pengawal, karena gagang alat-alat tersebut rusak

Raja Tilahunga yang mengetahui hal tersebut lalu meminta untuk memperbaiki alat-alat perkebunan. Setelahnya, raja memberikan nama daerah itu dengan Panthungo yang artinya pegangan alat berkebun.

Lahan perkebunan tersebut ditanamami sayur-sayuran dan palawija. Rombongan Raja Tilahunga tinggal beberapa lama di lokasi itu. Karena, tanaman terus dirawat maka hasilnya melimpah ruah, mereka juga memperoleh banyak tangkapan ikan dari Danau Limboto.

Raja Tilahunga amat senang tinggal di daerah ini, namun ia harus kembali ke Kerajan Bolango dengan membawa hasil perkebunan dan ikan yang cukup banyak.

Pesan Moral

Pesan moral yang dipetik adalah menjadi pemimpin harus arif, adil,d an bijaksana, seperti Raja Tilahunga. Hendaknya tidak menjadi orang rakus seperti Denggi.

Sumber:

e-literasi.smkn4gorontalo.sch.id

https://regional.kompas.com/read/2022/06/29/060000478/asal-usul-daerah-tapa-tuladenggi-dan-panthungo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke