Salin Artikel

Opsi Flyover Sitinjau Lauik Sumbar Batal, Pilihannya Kini Jalan Diperlebar

Walakin, jalur rawan kecelakaan dan kemacetan itu tetap bakal dibenahi mulai 2023 dengan mengubah geometri jalan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumbar Medi Iswandi mengatakan, pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR, sejak 2013, menyusun beberapa dokumen dan alternatif model pembenahan jalan nasional tersebut.

Ada dua pilihan, yaitu model jembatan layang dan perubahan geometri jalan.

Model jembatan layang yang cantik dan megah, kata Medi, sempat viral di media sosial. Namun, biayanya sangat besar.

Untuk jembatan layang pertama di titik Panorama I Sitinjau Lauik biayanya hampir Rp 1,5 triliun.

Sedangkan jembatan layang kedua di titik Panorama II Sitinjau Lauik hampir Rp 2,5 triliun.

”Belum lagi memperhitungkan kondisi rawan gempa yang tentu konstruksinya akan menjadi semakin mahal sehingga Kementerian PUPR mencari alternatif lain, yakni mengubah geometri jalan existing. Itu yang disepakati saat musrembangnas pada Mei lalu,” kata Medi, Sabtu (18/6/2022), dikutip dari Kompas.id.

Pembatalan rencana pembangunan jembatan layang itu, kata Medi, juga mempertimbangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang berakhir 2024.

Dengan besarnya anggaran jembatan layang, dikhawatirkan pembangunan tidak akan selesai dan tidak masuk RPJMN pemerintahan berikutnya.

Opsi pelebaran jalan

Medi melanjutkan, pada opsi perubahan geometri jalan, bentuknya bisa jadi ada jalan layang, tetapi tidak seperti yang viral di media sosial.

Jalan saat ini tetap dipakai dan diperlebar ke arah jurang, kemudian menembus tebing, agar kemiringan tidak tajam seperti sekarang. Biayanya pun tentu lebih murah.

”Output dan outcome yang kami inginkan sudah sampai, tetapi metode kan macam-macam, tentu dicari yang paling murah dengan kondisi keuangan negara yang sedang susah setelah Covid-19. Tujuan kami ingin jalan aman, lancar, tidak begitu curam lagi sehingga potensi kecelakaan berkurang,” ujar Medi.

Menurut Medi, Kementerian PUPR sedang menghitung perkiraan anggaran untuk opsi perubahan geometri jalan.

Kementerian PUPR mengevaluasi desain jembatan layang sebelumnya, mempertimbangkan titik mana yang desainnya bisa dipakai, dan bagaimana memperbaiki geometri jalan dengan harga jauh lebih murah. Pembangunan fisik ditargetkan dilakukan pada 2023.

Kecelakaan

Medi menambahkan, pemerintah provinsi sebelumnya mengusulkan perbaikan jalur Sitinjau Lauik, terutama di Panorama I dan II, karena rawan kecelakaan dan macet.

Rata-rata frekuensi kecelakaan di jalur itu 50 kali setahun.

Adapun jalan nasional itu merupakan jalur utama kendaraan pengangkut hasil bumi dan bahan pokok dari arah timur Sumbar, seperti Dharmasraya dan Jambi, menuju Pelabuhan Teluk Bayur dan ibu kota Sumbar.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, dalam kunjungannya tahun lalu, meminta kajian rencana pembangunan Jembatan Layang Sitinjau Lauik dipercepat.

Ia berharap jembatan layang mulai dibangun tahun depan dan selesai pada 2024 (Kompas, 9/4/2021).

”Kondisinya layak untuk dibangun. Sejak tahun 2012 sudah direncanakan, sudah ada feasibility study (studi kelayakan). Jadi, kami me-review. Saya minta review-nya harus dipercepat. Paling tidak tahun depan bisa di-groundbreaking, tahun 2024 selesai,” kata Suharso, Kamis (8/4/2021), seusai mengunjungi tikungan Panorama I Sitinjau Lauik, jalan nasional Padang-Solok, Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang.

Untuk membaca artikel secara lengkap, silakan klik: Opsi Jembatan Layang Batal, Geometri Jalur Sitinjau Lauik Dibenahi Mulai 2023

https://regional.kompas.com/read/2022/06/21/151807578/opsi-flyover-sitinjau-lauik-sumbar-batal-pilihannya-kini-jalan-diperlebar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke