Salin Artikel

Kisah Penyintas Skizofrenia Asal Sumedang: Putus Kuliah, Sempat Ditinggal Istri, hingga Lahirkan 15 Lagu Rap

SUMEDANG, KOMPAS.com - Agung Sefti Ginanjar (35 tahun) menceritakan bagaimana perjuangan hidupnya berhadapan dengan skizofrenia. 

Warga Jalan Dewi Sartika, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang ini mengaku, pengidap skizofrenia umumnya memiliki dorongan kuat untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.

"Pengidap penyakit skizofrenia, memang rentan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri," ujar Agung kepada Kompas.com di Alun-alun Sumedang, Jumat (17/6/2022).

Akan tetapi, pengidap bisa menekan keinginan itu dengan tidak lepas mengonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter.

Agung menuturkan, keinginan untuk mengakhiri hidup itu adalah hal yang paling berbahaya yang dihadapi pengidap skizofrenia.

"Jadi, selain tidak putus obat sesuai anjuran dokter, jangan membiarkan pikiran menguasai diri kita. Kita harus punya self defence dengan mengalihkan keinginan itu melalui aktivitas lain," tutur pria kelahiran Sumedang, 24 September 1987 ini.

Agung menceritakan awal mula dirinya divonis mengidap skizofrenia. Saat itu, tahun 2005. Ia tengah mengenyam pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, jurusan Tasawuf Psikoterapi. 

"Mulai kuliah tahun 2002, saya tinggal di rumah orangtua di Bandung. Di rumah ini, saya tinggal sendirian. Karena tinggal sendirian ini saya jadi sering mengalami halusinasi dan delusi," ujar anak dari 4 bersaudara pasangan Yayat Ruchiat dan Dewi Setiasih N ini.

Tiga tahun berlalu, tepatnya tahun 2005 saat memasuki semester 7, Agung terpaksa berhenti kuliah karena sakit.

"Dokter memvonis saya skizofrenia, sejak saat itu sampai tahun 2009 saya menjalani pengobatan. Sempat dirawat di klinik selama 6 bulan, setelah itu saya berobat jalan, dengan catatan tidak boleh lepas minum obat," tutur suami dari Ninna Supriani ini.

Saat divonis mengidap skizofrenia, ia sempat tidak bisa menerima kenyataan. Hatinya bergejolak, menolak bahwa dirinya skizofrenia.

"Penolakan ini pula yang membuat penyakit saya ini terus kambuh. Istri sempat meninggalkan saya dan menjauh karena takut. Begitu pula orang-orang di lingkungan sekitar yang seakan menjauh," kata ayah dari dua anak tersebut. 

Agung menuturkan, dampak dari penolakan tersebut, ia berhenti meminum obat. Kondisi tersebut berlangsung hingga 2020.

Di tahun itu pula, Agung mengalami gejala yang fatal. Sejak saat itu ia mulai pasrah, menerima keadaan dirinya mengidap skizofrenia.

"Justru sejak saat itu, saya merasa lebih baik. Kemudian, dengan kepasrahan itu, saya mulai kembali mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter," ujar Agung.

Kondisi Membaik

Sejak awal 2020 pula, kesehatan Agung mulai membaik. Istri dan kedua anak tercintanya pun kembali ke dalam kehidupannya.

Agung menuturkan, selain rutin mengonsumsi obat, ia juga mulai mengalihkan fokus perhatian berupa halusinasi dan delusi yang dialaminya dengan banyak melakukan aktivitas positif.

Salah satunya, dengan kembali menekuni hobi bermusik yang lama ia tinggalkan.

"Dulu semasa SMA, saya suka musik rap. Idola saya Eminem, Iwa K, Saykoji. Dulu hanya jadi pendengar setia saja," ujar Agung.

Hobi tersebut, kata Agung, ia fokuskan sejak kondisi kesehatannya mulai pulih pada 2022.

Salah satunya dengan menciptakan lagu dan mengaransemen lagu tersebut menjadi karya musik.

"Sejak 2020 itu sampai sekarang, saya sudah menciptakan lagu rap sebanyak 15 judul lagu. Lirik dan aransemennya saya sendiri yang bikin," tutur Agung.

Menginjak Maret 2022, lagu bergenre raff yang ia ciptakan mulai dirilis dan dipublikasikan melalui aplikasi streaming. Mulai dari Spotify, Resso, YouTube Music, hingga TikTok.

"Sudah ada 14 lagu dengan tema keagamaan, dan mental isu seputar penyakit skizofrenia yang ada di Spotify. Alhamdulillah pula, dari Maret sampai sekarang itu, pendengar streaming saya di Spotify sudah mencapai belasan ribu orang dan setiap bulan pendengarnya selalu bertambah," sebut Agung.

Penyintas skizofrenia ini berharap, perjuangannya untuk survive bisa memotivasi penderita gangguan mental lainnya untuk tetap semangat dan menjalani hidup normal berdampingan dengan orang-orang yang dicintai dan berguna bagi lingkungan.

"Dalam proses penyembuhan ini, kalau saya pribadi yang paling berperan itu adalah ibu. Beliau ini yang tidak pernah putus semangat pada saya, bahwa saya bisa kembali sehat dan survive menjalani hidup," sebut Agung.

Agung berpesan, kepada para pengidap skizofrenia untuk tidak putus obat, walaupun kondisi kesehatan sudah mulai stabil. Karena, kalau putus obat kemungkinan untuk kambuh masih sangat besar.

"Untuk pulih total itu kemungkinannya memang tidak ada. Penyakit masih ada, tapi itu bisa kita kontrol dengan melakukan banyak aktivitas positif. Saya sendiri, aktif di Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI). Di komunitas, kami saling support dan saat ini banyak juga pendengar karya lagu raff saya dari KPSI," kata Agung. 

https://regional.kompas.com/read/2022/06/21/113656778/kisah-penyintas-skizofrenia-asal-sumedang-putus-kuliah-sempat-ditinggal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke