Salin Artikel

Ramai Murid Menunggu Guru di SD Perbatasan RI–Malaysia, Begini Hasil Investigasi Disdik Nunukan

Kepala UPT Lumbis, Romi mengatakan, riuhnya sorotan kinerja guru di perbatasan RI–Malaysia tersebut, berawal dari unggahan masyarakat setempat dengan akun Balson dan diteruskan oleh akun Jemy Pompongan Matus.

"Kami sudah melakukan rapat, mengundang pemilik unggahan, kepala sekolah, guru, juga tiga kepala desa sebagai perwakilan masyarakat adat," ujarnya, Jumat (10/6/2022).

Dalam forum tersebut, Balson mengatakan, foto sejumlah bocah SD menunggu guru untuk belajar diambil pada 2 Mei 2022, dan diunggah olehnya ke Facebook pada 2 Juni 2022.

Balson yang tinggal di depan gedung SDN 008 Lumbis mengaku prihatin dengan kondisi tersebut, sehingga mempertanyakan kinerja guru yang terkesan membiarkan muridnya tidak belajar.

Padahal mereka amat rindu sekolah pasca kebijakan belajar daring dilakukan akibat pandemic covid-19.

"Postingan itu pun menjadi ramai, apalagi Kepala Sekolahnya, Pak Sayi, masih baru dilantik. Dia baru pegang SK penunjukan dua bulan lalu. Sementara Kepala Sekolah memiliki catatan bahwa aktivitas belajar mengajar tidak ada masalah sejak dia dilantik," jelas Romi.

Belum ada penyerahan dan nihil mebel

Kepala Sekolah, Sayi menjelaskan, kondisi adanya murid-muridnya menunggu jam belajar disebabkan sejumlah faktor.

Yang pertama, sejak selesai dibangun 2021 lalu oleh Kementrian PUPR, sampai hari ini, belum ada penyerahan bangunan dengan 6 roombel tersebut, dari pihak kontraktor.

"Jadi kuncinya diambil dari tukang, dan karena bangku dan perlengkapan lain belum tersedia, dipakailah dua lokal. Bangkunya menggunakan bangku lama, papan tulis dibeli guru," kata Romi lagi.

Sekolah pun menerapkan sif dalam proses belajar mengajar bagi sekitar 80 murid sekolah tersebut.

Kelas 1 dan 2, dijadwalkan pada jam pelajaran pertama. Kelas 3 dan 4, pada jam pelajaran kedua. Dan kelas 5 sampai kelas 6, pada jam pelajaran terakhir.

Jalanan menuju sekolah tidak bisa dilewati saat hujan

Harus diakui, keadaan murid murid yang menunggu guru memang terjadi. hanya saja, hal itu bukan sebuah kesengajaan.

Sejumlah guru, tinggal di wilayah Mansalong, berjarak sekitar 5 km dari sekolah yang ada di Desa Beringin.

"Jalanan menuju sekolah itu lewat Gunung Lalo. Jalanan masih jelek dan tidak bisa dilewati saat hujan. Itu menjadi alasan beberapa guru tidak bisa datang tepat waktu ke sekolah dan sampai agak siang, karena menunggu jalanan bisa dilewati," jelasnya.

Kondisi ini pun diharap bisa menjadi maklum. Pihak sekolah dan pemilik unggahan, sama-sama meminta maaf atas ramainya sorotan tersebut.

Romi menegaskan, saat ini masalah sudah jelas. Adapun alasan beberapa guru tidak datang tepat waktu, diharap bisa dimaklumi.

"Kami juga memahami kondisi itu. Pihak sekolah juga meminta maaf jika dalam proses belajar mengajar ada yang tidak terlaksana," kata Romi.

Sebelumnya, sejumlah oknum guru di SDN 008, Desa Beringin, Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, menuai kritik dari masyarakat setempat karena dianggap telah mengabaikan tugasnya sebagai tenaga pendidik.

Kritikan tersebut diunggah oleh akun Facebook Jemi Pompong Matus, pada Minggu (4/6/2022) lalu.

Dalam postingannya, Jemi mengatakan, sejumlah guru kerap lambat tiba di sekolah, bahkan baru muncul ketika anak-anak sudah pulang.

“Istilahnya murid menunggu guru, bukan guru menunggu murid,” tulis Jemi.

Dia juga menyoroti tenaga honorer yang berstatus putra daerah yang hanya muncul tiga bulan sekali di sekolah.

“Bagaimana anak-anak kita mau pintar jika begini, kalau tidak mau mengajar, silakan mengundurkan diri,” lanjutnya.

Untuk kasus ini, Jemi meminta pemerintah melakukan evaluasi tenaga honor pada sekolah dimaksud.

https://regional.kompas.com/read/2022/06/10/210014678/ramai-murid-menunggu-guru-di-sd-perbatasan-rimalaysia-begini-hasil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke