Salin Artikel

Jelang Tahun Politik, Pemuda Lintas Agama Lampung Waspadai Politisasi Agama

LAMPUNG, KOMPAS.com - Elemen pemuda lintas agama mewanti-wanti agar tiap kontestan politik tidak mempolitisasi agama.

Politisasi agama dianggap cenderung merusak keharmonisan dan memancing konflik.

Isu politisasi agama yang mulai meningkat menjelang tahun politik dengan Pemilu dan Pilkada 2024 ini menjadi benang merah dalam acara Halal Bihalal Lebaran 2022 di Gedung NU Pringsewu, Minggu (22/5/2022) malam.

Ketua Panitia Halal Bihalal Pemuda Lintas Agama, Fitri Amin Buchori mengatakan intoleransi cenderung meningkat ketika ada gelaran kontestasi politik.

"Acara ini juga untuk memberi pesan jelang hajat politik yang akan datang, Pemilu dan Pilkada 2024," kata Fitri dalam keterangan tertulis, Senin (23/5/2022).

Menurutnya, Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 menjadi contoh buruk bagaimana agama dimanfaatkan dalam politik.

Isu-isu agama kerap kali muncul dan kerap memancing konflik.

"Tidak menutup kemungkinan politisasi SARA akan terjadi lagi dalam hajat politik yang akan datang," kata Fitri.

Untuk itu, elemen pemuda di Kabupaten Pringsewu berpesan supaya tidak membawa SARA lagi ke dalam kontestasi politik.

"Mengingat dampaknya yang cukup besar bagi kehidupan harmonis masyarakat Indonesia yang heterogen," kata Fitri.

Kegiatan ini dihadiri ratusan pemuda lintas agama, masyarakat, komunitas, dan organisasi.

Diantaranya dari GP Ansor, Banser, Pemuda Katolik, Forum Pemuda Kristen, Perhimpunan Pemuda Hindu, Pemuda Budha, BPK Oi Pringsewu dan RamonesArt.

Serta berbagai komunitas, terdiri dari Berbagi Nasi, Vespa Bambu Seribu, Indonesia Escorting Ambulance, My Trip My Adventure, Komunitas IT, dan Komunitas Sepeda Tua Indonesia.

Kegiatan yang dikemas dengan semangat nasionalisme ini, juga untuk menguatkan rasa persaudaraan pemuda dari berbagai latar belakang berbeda.

Dalam acara itu, juga dilakukan deklarasi elemen pemuda, untuk berkomitmen menjunjung semangat toleransi demi kesatuan dan persatuan pemuda Indonesia.

Deklarasi dengan menancapkan bendera masing-masing organisasi dan komunitas di bawah tiang bendera merah putih.

Deklarasi diiringi lagu Iwan Fals dengan judul 'Di Bawah Tiang Bendera' dan 'Indonesia Pusaka' ciptaan Ismail Marzuki.

Fitri mengatakan dengan keberagaman latar belakang itu menjadi hal yang indah. Ketika direkatkan dengan semangat budaya/kearifan toleransi.

"Semua yang berbeda ini, kita satukan untuk menjadi satu kesatuan, mewujudkan Indonesia tetap dalam satu bingkai NKRI," kata Fitri.

https://regional.kompas.com/read/2022/05/23/210431178/jelang-tahun-politik-pemuda-lintas-agama-lampung-waspadai-politisasi-agama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke