Salin Artikel

Setahun Tenggelamnya KRI Nanggala di Perairan Bali

Setelah melakukan pencarian selama tiga hari atau 72 jam, kapal selam buatan Jerman 1978 itu dinyatakan tenggelam pada 24 April 2021.

Sebanyak 53 kru kapal dinyatakan gugur. Nanggala akhirnya tenggelam ‘on eternal patrol’ atau dalam patroli keabadian.

Menyelam untuk persiapan tembakan torpedo

Peristiwa Nanggala berawal saat kapal serang bermotor diesel-listrik tipe U-209 itu memulai latihan perang di Perairan Bali pada pukul 02.30 Wita.

Sekitar pukul 03.00 Wita, Nanggala dizinkan untuk menyelam di kedalaman 13 meter untuk persiapan latihan perang menembakkan torpedo.

Sebagai syarat prosedur latihan, sea rider penjejak yang di dalamnya terdapat Komando Pasukan Katak (Kopaska) telah bersiap mendampingi kapal selam.

Jika torpedo meluncur, sea rider akan mengikuti.

Ketika itu, geladak haluan dan conning tower masih terlihat oleh tim penjejak dalam jarak 50 meter.

Pukul 03.00 Wita, kru kapal meminta izin menyelam di kedalaman 13 meter untuk bersiap menembak torpedo. Namun, sekitar 16 menit kemudian kejanggalan terjadi.

Sea rider memonitor periskop dan lampu pengenal dari KRI Nanggala-402 yang perlahan mulai menyelam dan tak terlihat.

Kapal berjuluk monster laut itu seharusnya meminta otorisasi penembakan, tetapi saat dipanggil, tak ada respons apa pun.

Nanggala dinyatakan hilang kontak pada pukul 03.46 waktu setempat.

Pemerintah melalui TNI AL mengerahkan tiga KRI untuk mencari Nanggala yakni KRI Raden Eddy Martadinata-313, KRI I Gusti Ngurah Rai-332 dan KRI Diponegoro-365.

Lalu sekitar pukul 07.00 ditemukan tumpahan solar di lokasi penyelaman kapal Nanggala.

Piahk TNI AL juga mendeteksi adanya kemagnetan tinggi pada kedalaman antara 50 meter hingga 100 meter di salah satu titik pencarian Nanggala.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo kala itu menyebutkan jika cadangan oksigen Nanggala hanya bisa bertahan 72 jam dalam kondisi black out.

Sebelum 72 jam sejak dinyatakan hilang kontak, bantuan dari pihak luar negeri berdatangan untuk membantu Nanggala. Seperti dari China, Malaysia, Singapura, Australia dan Amerika Serikat.

Namun setelah 72 jam pencarian, pada Sabtu, 24 April 2021, KRI Nanggala-402 dinyatakan tengelam.

"Pagi dini hari tadi merupakan batas akhir live support berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam. Unsur-unsur TNI AL telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti otentik menuju fase tenggelamnya KRTI Nanggala," ujar Panglima TNI Hadi Tjahjanto dalam konferensi pers, Sabtu (24/4/2021).

Beberapa barang yang ditemukan di Perairan Bali adalah pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin dan botol oranye pelumas periskop kapal selama.

Selaian itu ditemukan alat shallat milik ABK Nanggala serta spons untuk menahan panas.

"Dengan adanya bukti otentik Nanggala, maka pada saat ini kita isyaratkan dari submiss menjadi subsunk," ujar Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono.

Penyelaman ini mengandung risiko besar mengingat bangkai kapal tenggelam di kedalaman 838 meter.

Namun, upaya tersebut tetap membuahkan hasil.

Upaya operasi pengangkatan itu berhasil mengidentifikasi sejumlah bagian kapal selam dan mengangkat puluhan benda.

Seluruh benda dari KRI Nanggala-402 yang ditemukan di dasar laut itu, termasuk dua sekoci (liferaft) yang masing-masing berbobot sekitar 700 kilogram, sudah diserahkan ke TNI AL.

Misi ini juga berhasil mengangkat material-material penting.

Operasi pengangkatan didasari hasil citra temuan KRI Rigel-933 yang kemudian diobservasi kapal Singapura, MW Swift Rescue.

Dari 13 kali operasi bawah laut bersama pihak China, tim mendapatkan gambar dan video bagian kapal lebih lengkap.

Diketahui jika bagian KRI Nanggala-402 terbelah tiga. Yang sudah teridentifikasi dan diketahui posisinya adalah haluan (bow section), anjungan (sail section), dan buritan (stern section).

Namun, letak bagian-bagian kapal selam itu terpantau berjarak.

Lokasi haluan kapal selam dan titik acuan perkiraan kedaruratan (datum) sekitar 47 meter.

Dasar perairan lokasi Nanggala digambarkan berlumpur dan sejumlah barang dan bagian kapal selam ditemukan dalam kondisi tertimbun lumpur.

Hasil observasi bawah laut juga menemukan adanya area yang belum teridentifikasi dan diperkirakan sebagai kawah (crater) di dasar perairan dengan diameter 36 meter dan kedalamannya diperkirakan 10-15 meter.

Berakhirnya operasi ini menjadi puncak upaya seluruh petugas menyelamatkan sisa-sisa dari peristiwa KRI Nanggala-402.

Kini, bangkai KRI Nanggala-402 bersemayam dengan seluruh kru Hiu Kencana di samudera keabadian.

Untuk mengenang gugurnya 53 kru KRI Nanggala di Perairan Bali, TNI AL membangun monumen kapal selam di Koarmada II Surabaya.

Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono pada Kamis (3/5/2021).

Ukuran monumen dibangun sama persis dengan ukuran bentuk KRI Nanggala. Di dalamnya berisi berbagai kenangan dari Nanggala.

"Besarnya satu banding satu, di dalamnya berisi sejarah pembangunan dan juga para syuhada atau pahlawan yang gugur bersama KRI Nanggala 21 April lalu," kata dia, di Koarmada II Surabaya, Kamis.

Selain itu monumen tersebut dibangun untuk mengingat bahwa on eternal patrol masih ada dengan adanya monumen itu.

"Jadi, seperti mereka tetap beroperasi di laut tanpa batas," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/04/22/054500878/setahun-tenggelamnya-kri-nanggala-di-perairan-bali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke