Salin Artikel

Saat Pernyataan Megawati soal Minyak Minyak Goreng Ditafsirkan Berbeda oleh Kader PDI-P…

KOMPAS.com - Pernyataan Megawati Soekarnoputri tentang minyak goreng mendapat sorotan.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu merasa heran lantaran banyak warga rela mengantre lama untuk membeli minyak goreng.

“Saya tuh sampai ngelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng. Saya itu sampai mikir, 'Jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng? Sampai begitu rebutannya,'" ujarnya, dalam webinar "Cegah Stunting untuk Generasi Emas" yang disiarkan YouTube Tribunnews, Jumat (18/3/2022).

Di dunia maya, tak sedikit yang mengkritisi pernyataan Megawati itu. Bahkan para warganet pun menjadikan perkataan itu sebagai meme.

Namun, reaksi berbeda dimunculkan oleh kader PDI-P. Salah satunya disampaikan Sekretaris Fraksi PDI-P DPR RI Bambang Wuryanto.

Menurutnya, orang yang berkomentar miring soal pernyataan Megawati tidak paham cara berpikir sang ketua umum partai berlambang banteng moncong putih itu.

"Mohon izin, yang berkomentar belum belajar ini. Orang belum belajar cara berpikirnya Ibu Mega. Ibu Ketum sering memakai statement yang unlearn," ucapnya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (21/3/2022), dikutip dari Tribunnews.

Pria yang kerap disapa Bambang Pacul itu menerangkan, sebagai seorang politisi, ada maksud lain yang ingin disampaikan Megawati.

Bambang menjelaskan, ada dasar filosofi yang digunakan politisi saat menyampaikan suatu pernyataan, yaitu learn, relearn, dan unlearn.

"Nah Bu Mega apakah relearn? Bukan. Bu Mega adalah unlearn. Kalau minyak goreng enggak ada, sudah lupakan. Ibu-ibu boleh misalnya dengan cara apa memasaknya. Ibu (Mega) mengatakan dengan cara dikukus, bisa direbus, bisa digoreng dengan cara lain," ungkapnya.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI-P Jawa Tengah ini juga membantah adanya anggapan bahwa pernyataan Megawati bertujuan menyudutkan ibu-ibu yang mengantre minyak goreng.

"You are wrong. Ibu ketum kan sering gitu, sering melakukan unlearn. Kawan-kawan melihat masih di sini, wah Bu Mega tidak punya hati sama ibu-ibu. Kan bisa digoreng dengan cara lain, pakai minyak kelapa kan ada," tandasnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-P Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mempunyai penafsiran berbeda mengenai pernyataan Megawati.

Rudy, sapaannya, mengungkapkan bahwa pernyataan Megawati itu merupakan pesan kepada para kaum elite pemangku kebijakan.

"Namun, apa yang dibicarakan Mbak Mega adalah bahasa Jawa-nya digodok. Para elite politik agar menggodok, merumuskan, supaya tidak antre minyak goreng bagaimana," bebernya di Solo, Jawa Tengah, Kamis (24/3/2022).

Lalu, apa yang “digodok”? Menurutnya, para elite harus merumuskan sebuah kebijakan atau solusi atas apa yang dialami rakyat.

"Kalau saya sebagai orang Jawa bilang digodok itu dibicarakan. Dimasak dulu, dicarikan solusinya dulu dibicarakan supaya tidak antre minyak. Tapi penyampaian seperti itu saya tidak mau mengomentari," tuturnya.

Sedangkan, mengenai komentar miring netizen, Rudy menyampaikan bahwa itu adalah hak tiap orang untuk berpendapat.

"Tapi kalau netizen melihat seperti itu, itu hak pribadi masing-masing. Tapi saya menangkapnya ini adalah makna dari kata godok, digodok itu dibicarakan, dimusyawarahkan. Sebelum ada kejadian seperti itu digodok," papar mantan Wali Kota Solo ini.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Solo, Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Ardi Priyatno Utomo)

https://regional.kompas.com/read/2022/03/25/051900678/saat-pernyataan-megawati-soal-minyak-minyak-goreng-ditafsirkan-berbeda-oleh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke