Salin Artikel

Melihat Peternakan Sapi Selandia Baru di Sudut Kota Semarang

Namun siapa sangka, di ujung Kecamatan Gunungpati, tepatnya Desa Sumurrejo terdapat sepetak lahan peternakan legendaris yang jadi penghasil susu perah dengan kualitas unggulan.

Markas dengan kavling berjajar rapi itu dinamai Kelompok Tani Ternak Rejeki Lumintu (K.T.T Rejeki Lumintu).

Di sana para petani dan peternak Desa Sumurrejo bekerja sehari-hari.

K.T.T Rejeki Lumintu ini berdiri sejak  1990 dan saat ini memiliki 33 anggota peternak.

Semula, sapi-sapi ini ditempatkan di kandang pekarangan rumah.

Namun mulai 1995, masyarakat berembug dan memutuskan untuk memindah sapi-sapi tersebut ke lahan sewa yang dipakai hingga saat ini.

Ketua K.T.T Rejeki Lumintu, Nurdi, mengatakan, para peternak memang hidup damai dan guyub rukun.

Alasannya, mereka sedang bersama-sama mencapai sebuah kesejahteraan.

Sementara itu, Nurdi juga menuturkan, sebagian peternak pernah mendapat hibah sapi dari pemerintah.

Katanya, sapi hibah tersebut didatangkan langsung dari Selandia Baru.

"Dulu terakhir tahun 2010 ada lima sapi. Kalau sekarang, ya sudah masuk di masa-masa akhir," tutur Nurdi kepada Kompas.com.


Sembari menunggu waktu untuk memerah sapi, Nurdi bercerita banyak tentang aktivitas dan hasil pekerjaan peternak di KTT Rejeki Lumintu.

Seringnya, para peternak datang ke kavling ketika pagi dan sore hari.

Mengingat, jadwal memerah susu adalah sekitar pukul 07.00 hingga 09.00 WIB, dan antara pukul 15.00 sampai 17.00 WIB.

Sebelum memerah susu, para peternak membersihkan kandang, memandikan sapi, dan melumasi ambing dengan minyak goreng.

"Itu dilakukan agar hasil susu bisa steril," jelas Nurdi.

Dalam satu hari, imbuh Nurdi, susu hasil perahan peternak K.T.T Rejeki Lumintu bisa mencapai 500 liter.

Hanya saja, belum sempat disebar ke luar Semarang, susu perah tersebut sudah habis di tangan pembeli dan pengepul.

Para peternak menjual satu liter susu seharga Rp 5.500 saja. Jika sudah sampai ke tangan pengepul, harga yang dijual sebesar Rp 8.000.

Sementara itu, untuk menjaga kualitas susu, para peternak memberi makan sapi dengan sejumlah macam makanan.

Rumput hijau sebagai makanan pokok, ampas tahu, konsentrat sapi, juga potongan singkong dan kulitnya.

Nurdi memaparkan, sebenarnya, kualitas susu dari K.T.T Rejeki Lumintu tidak kalah unggul dibanding susu dari Boyolali.

Namun, dalam satu hari, K.T.T Rejeki Lumintu belum bisa mengahsilkan lebih dari 1.000 liter.

"Itulah mengapa pabrik Cimory yang di Ungaran tidak mengambil susu dari kami. Misal diambil semua, kita yang di sini tidak kebagian," jelas Nurdi.


Dapat dukungan tapi belum berkembang

Di balik semua itu, K.T.T Rejeki Lumintu juga mendapat dukungan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Selain mendapat pantauan, penyuluhan, pengecekan kesehatan hewan, Nurdi dan kawan-kawannya juga sering mendapat pelatihan pengelolaan hasil ternak.

Salah satu peternak, Ragil mengungkapkan bahwa langkah pemerintah tersebut telah membantu peternak setempat.

Hanya saja, para peternak tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan pengolahan produk inovasi.

"Bisa dibilang kita tidak berhenti bekerja dari sebelum pagi sampai sore hari. Jadi untuk manajemen produk, kami belum ada," tutur Ragil.

Ragil juga menyebutkan, sejumlah susu hasil ternak K.T T Rejeki Lumintu juga pernah dikirim ke suatu pabrik sabun.

Namun karena tidak banyak konsumen yang berminat, maka distribusi tersebut tidak sering dilakukan.

Pihaknya berharap, nantinya akan ada generasi penerus yang berminat dan bisa mewujudkan inovasi dari hasil ternak K.T.T Rejeki Lumintu.

"Karena kami sudah berumur, jadi ini saatnya yang lebih muda yang bertindak," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/16/204830578/melihat-peternakan-sapi-selandia-baru-di-sudut-kota-semarang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke